HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI DENGAN PERTISIPASI SUAMI DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PRIA DI RW 06 KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU TAHUN 2013 ABSTRAK Fitri Handayani Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi negara berkembang khususnya Indonesia, dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka pertumbuhan penduduk tersebut direncanakan melalui program Keluarga Berencana (KB). Untuk menyukseskan visi dan misi program KB, pemerintah mengalami masalah dimana masih rendahnya partisipasi suami dalam program KB. Hal ini terlihat dari data BPPMKB 3 tahun terakhir dimana peserta KB aktif pria 3,18% pada tahun 2010, 3,67% pada tahun 2011, dan 2% pada tahun 2012.Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di RW 06 Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru terhadap 304 orang suami. Pengambilan sampel dengan teknik Stratified Random Sampling, dengan uji statistik Chi-Square menggunakan sistem komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar suami memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 183 suami (60,2%), sebagian besar suami memiliki sikap yang positif yaitu sebanyak 211 suami (69,4%), dan 179 suami (58,9%) yang menggunakan kontrasepsi. Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan suami dengan partisipasi suami dalam penggunaan kontrasepsi pria, dimana nilai x 2 hitung = 21,01 dengan p=0,000 (p>0,05) dan ada hubungan yang bermakna antara sikap suami dengan partisipasi suami dalam penggunaan kontrasepsi pria, dimana nilai x 2 hitung = 15,89 dengan p=0,000(p<0,05). Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria PENDAHULUAN Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (CIA World Factbook, 2004). Dari hasil sensus penduduk tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia adalah 241.182.182 jiwa sedangkan pada tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia naik menjadi 257.516.167 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia diperkirakan sebesar 1,49 % per tahun atau 9.027 jiwa/hari, atau 377 jiwa/jam, dan apabila diperkirakan laju pertumbuhan Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 42
penduduk berkisar 1,04 (1-2) jiwa/detik (BPS, 2010). Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya disebabkan oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran dan kematian merupakan faktor yang alami sedangkan migrasi merupakan faktor non alami (Dyah, 2008). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka pertumbuhan penduduk tersebut dicanangkan melalui program Keluarga Berencana (KB). Dimana pengertian KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam mencapai tujuan reproduksinya (BKKBN, 2003). Program KB nasional yang selama ini visinya berupa Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), dan dikembangkan menjadi Keluarga Berkualitas 2015. Kemudian visi tersebut dijabarkan kedalam 6 misi program, yaitu : 1) memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas, 2) menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga, 3) meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, 4) meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reperoduksi, 5) meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program Keluarga Berencana, dan 6) mempersiapkan Sumber Daya Manusia berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut usia (Saifuddin, 2006). Meskipun pemerintah Indonesia telah mulai melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada kesetaraan dan keadilan gender, namun demikian masalah utama yang di hadapi saat ini adalah rendahnya partisipasi suami dalam pelaksanaan program KB, baik dalam praktik KB, mendukung istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator dan promotor dan merencanakan jumlah anak (BKKBN, 2000). Prinsip utama dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender adalah dengan meningkatkan partisipasi suami, sehingga suami menjadi lebih bertanggung jawab dalam kesehatan reproduksinya. Hal ini penting karena partisipasi suami dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi adalah masalah yang strategis dalam meningkatkan cakupan program KB dan kesehatan reproduksi. Dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan hak asasi yang membatasi peran serta pria maupun wanita dalam keluarga berencana (Wahidin, 2001). Menurut BKKBN (2003), banyaknya faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam KB yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itu sendiri (pengetahuan, sikap, dan praktek hubungan yang diinginkan), faktor lingkungan (sosial-budaya yang ada di masyarakat, dukungan keluarga khususnya istri, keterbatasan informasi dan akses terhadap pelayanan KB pria, dan keterbatasan jenis kontrasepsi pria sementara persepsi yang ada di masyarakat masih kurang menguntungkan). Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 43
Pengetahuan merupakan dasar dari pembentukan perilaku atau perubahan perilaku seseorang. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan, 2010). Menurut Rosenberg, komponen afekif akan selalu berhubungan dengan komponen kognitif (pengetahuan) dan hubungan tersebut dalam keadaan konsisten, hal ini berarti bila seseorang yang mempunyai sikap yg positif terhadap suatu objek, maka indeks kognitifnya juga tinggi, demikian sebaliknya. Komponen yang terkandung didalam sikap yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (kecendrungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang) (Wawan, 2010). Rendahnya partisipasi pria ini terlihat dari peserta KB Aktif di Indonesia tahun 2010 adalah 75,4% dengan akseptor pria sebanyak 3,18% (BKKBN, 2011), mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2011 yaitu mencapai 75,96% dengan akseptor KB pria sebanyak yaitu 3,67% (BKKBN, 2012), dan pada tahun 2012 mengalami penurunan yaitu 61,9% dimana akseptor KB pria sebanyak 2% (SDKI 2012), hal ini masih jauh dari target RPJMN 2010-2014, meningkatkan kesertaan KB Pria (tahun 2010 sebesar 3,6%, tahun 2011 sebesar 4%, tahun 2012 sebesar 4,3 %, tahun 2013 sebesar 4,6%, dan 2014 sebesar 5%) (BKKBN, 2010). Berdasarkan laporan tahunan provinsi Riau tahun 2011 dimana cakupan peserta KB aktif sebesar 65,96% masih jauh dari target akseptor KB aktif nasional, Di Provinsi Riau sendiri kepadatan penduduk yang sangat besar terdapat di Kota Pekanbaru yaitu 1.470,02 jiwa/km 2. Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Perempuan Masyarakat Dan Keluarga Berencana (BPPMKB) pencapaian akseptor KB pria di Kota Pekanbaru dalam tiga tahun terakhir pada tahun 2010 dan 2011 sebanyak 4,88%, dan terjadi penurunan pada tahun 2012 yaitu 4,52%. Tabel 1.1 Banyaknya Akseptor Aktif Keluarga Berencana Menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi Bulan Desember 2012 Kecamatan PUS Alat Kontrasepsi MOP % Kondom % Jumlah Sukajadi 7.508 2 0,04 % 116 2,1 % 118 Pekanbaru Kota 4.299 6 0,2 % 75 2,5 % 81 Sail 6.163 71 1,4 % 123 2,5% 194 Lima Puluh 7.299 0 0 % 48 1,0 % 48 Senapelan 5.769 18 0,5% 93 2,3 % 111 Rumbai 10.571 7 0,1 % 430 5,4% 437 Bukit Raya 20.874 12 0,1 % 729 3,9% 741 Tampan 25.743 16 0,1 % 956 5,5% 972 Marpoyan Damai 20.213 13 0,1 % 593 4,3 % 606 Payung Sekaki 13.515 11 0,1 % 473 5,0% 484 Rumbai Pesisir 10.144 26 0,4 % 263 4,0 % 289 Tenayan Raya 25.202 0 0 % 1.127 6,1 % 1.127 Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 44
Jumlah 157.300 182 5.026 5.208 % 0,16 4,36 4,52 Sumber : Kantor BPPMKB Kota Pekanbaru Berdasarkan tabel 1.1 persentase akseptor KB pria di Kota Pekanbaru pada bulan Desember 2012 yaitu 0,16% (MOP) dan 4,36% (Kondom). Kota Pekanbaru terdiri dari 12 kecamatan dan Kecamatan Tampan merupakan salah satu cakupan akseptor KB pria nya tertinggi. Berdasarkan data dari BPPMKB Kota Pekanbaru tahun 2012 jumlah akseptor KB pria di Kecamatan Tampan berjumlah 972 orang, terdiri dari 0,1% akseptor KB Metode Operasional Pria (MOP)/Vasektomi dan 5,5% akseptor KB kondom, sedangkan beberapa kecamatan lainnya jumlah akseptor KB pria nya masih kurang yang sangat berbeda jauh dengan pencapaian akseptor KB pria di Kecamatan Tampan (BPPMKB,2012). Kecamatan Tampan terdiri dari 4 kelurahan dimana Kelurahan Tuah Karya merupakan kelurahan dengan jumlah pria yang sudah menikah dan memiliki keturunan yang terbanyak yaitu sebanyak 11.523 orang, dan RW 06 merupakan RW dengan jumlah suami yang sudah memiliki keturnan terbanyak yaitu sebanyak 1.452 orang, Selain itu Kelurahan Tuah Karya mendapat juara III lomba KB lestari tingkat provinsi Riau. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RW 06 Kelurahan Tuah METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di RW 06 Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Februari 2 Maret 2014. Karya melalui wawancara pada 10 orang suami, 10 orang berpendidikan SMU mengetahui tujuan dari KB yaitu untuk mencegah kehamilan dan merencanakan kelahiran supaya keluarga sejahtera. Sementara pengetahuan tentang jenis kontrasepsi pria yang paling umum diketahui oleh responden adalah metode kondom, sedangkan MOP hanya 6 orang yang mengetahui, dan 1 orang yang menyebutkan bahwa senggama terputus sebagai metode kontrasepsi pria. Namun secara umum responden tidak mengetahui lama pemakaian kontrasepsi, dan efek samping dari penggunaan konrasepsi tersebut. Umumnya mereka menyebutkan efek samping yang keliru dan mereka menyebutkan efek samping tanpa menjelaskan untuk kontrasepsi apa, walaupun secara umum mereka tahu tenang metode kontrasepsi pria namun mereka tidak mau menggunakannya karena menurut mereka urusan ber- KB itu adalah urusan istri mereka. Dengan melihat uraian diatas maka peneliti tertarik mangangkat judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Partisipasi Suami Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria Di RW 06 Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2013. penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pria yang sudah menikah dan Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 45
memiliki keturunan yang berada di wilayah RW 06 Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru pada sebanyak 1.452 orang. sampel pada penelitian ini sebanyak 304 orang pria yang sudah menikah dan memiliki keturunan yang berada di wilayah RW 06 Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan, dengan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Stratified Random Sampling. Dalam HASIL Setelah dilakukan analisa univariat, hasil penelitian dilanjutkan dengan analisa bivariat yaitu dengan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel penelitian ini mengambil seluruh RT yang ada di RW 06 Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru secara acak dengan menggunakan tabel random. penelitian ini diperoleh melalui hasil kuesioner pada 304 orang pria yang sudah menikah dan memiliki keturunan di RW 6 Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. independent dengan variabel dependent dengan derajat kepercayaan 95% maka didapat hasil sebagai berikut: 1. Hubungan Pengetahuan Suami Dengan Partisipasi Suami Dalam Penggunakan Alat Kontrasepsi Pria Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Suami Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria Di RW 06 Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2013 Pengetahuan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria Jumlah Suami Ya Tidak f % f % f % Tinggi 127 41,8% 56 18,4% 183 60,2% Rendah 52 17,1% 69 22,7% 121 39,8% Jumlah 179 58,9% 125 41,1% 304 100% Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 304 suami, yang memiliki pengetahuan tinggi lebih cenderung menggunakan alat kontrasepsi pria yaitu sebanyak 127 suami (41,8%) dibandingkan dengan suami yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria yaitu sebanyak 56 suami X 2 Hitung P value 21,01 0,000 X 2 Tabel= 3,84 (18,4%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai x 2 hitung = 21,01 dengan p = 0,000 (p<0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan suami dengan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pria. Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 46
2. Hubungan Sikap Suami Dengan Partisipasi Suami Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria Tabel 4.6 Hubungan Sikap Suami Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria Di RW 06 Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2013 Sikap Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria Jumlah Suami Ya Tidak f % f % f % Positif 140 46,1% 71 23,3% 211 69,4% Negatif 39 12,8% 54 17,8% 93 30,6% Jumlah 179 58,9% 125 41,1% 304 100% Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 304 suami, yang memiliki sikap positif lebih cenderung pada suami yang menggunakan alat kontrasepsi pria yaitu sebanyak 140 orang (46,1%) dibandingkan dengan suami yang memiliki sikap positif dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria yaitu sebanyak 71 suami (23,3%). X 2 Hitung P value 15,89 0,000 X 2 Tabel= 3,84 Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai x 2 hitung = 15,89 dengan p = 0,000 (p<0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap suami dengan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pria. PEMBAHASAN Hubungan Pengetahuan Suami Dengan Partisipasi Suami Dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi Pria Dari hasil analisa bivariat dapat dilihat bahwa dari 304 suami, yang memiliki pengetahuan tinggi lebih cendrung menggunakan alat kontrasepsi pria yaitu sebanyak 127 suami (41,8%) dibandingkan dengan suami yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria yaitu sebanyak 56 suami (18,4%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai nilai x 2 hitung = 21,01 dengan p = 0,000 (p<0,05) artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan suami dengan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pria. Menurut notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Menurut Nursalam dan Priani (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, informasi dan pengalaman. Bertambahnya umur Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 47
seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umurumur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Sehinggga suami yang mempunyai umur antara 21-35 tahun yang tergolong masih muda akan lebih mudah dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan, akan memperluas pengetahuan suami tentang keluarga berencana dan membentuk sikap yang positif terhadap keluarga berencana, sehingga suami akan berperilaku positif dalam berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi pria. Pada penelitian ini sebagian besar suami berumur 21-35 tahun yaitu sebanyak 211 orang (69,4%). Semakin tinggi tingkat pedidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Ini sesuai dengan penelitian ini dimana sebagian besar suami berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 257 suami (84,5%). Dengan pengetahuan yang tinggi terhadap Keluarga Berencana akan memberikan dampak positif terhadap perilaku seseorang untuk berperilaku baik dengan berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi pria. Menurut Nursalam dan Priani (2004) seseorang yang mempunyai pekerjaan akan mempunyai lebih banyak informasi dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan penelitian ini sebgain besar suami bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 148 suami (48,7%). Dengan adanya pekerjaan seseorang mempunyai waktu untuk mendapat informasi yang diperoleh baik dari media masa maupun dari temannya, sehingga informasi yang di peroleh semakin banyak dan pengetahuan yang dimilikinya lebih tinggi. Masih kurangnya informasi yang didapat responden kemungkinan berasal dari masih kurangnya penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang alat kontrasepsi pria atau kurangnya responden dalam memanfaatkan media yang ada untuk mendapatkan informasi seperti buku, majalah, internet, dan lain-lain sehingga sebagian pengetahuan suami masih rendah (39,8%). Maka dapat disimpulkan suami yang memiliki pengetahuan tinggi telah mengetahui mengenai KB pria termasuk peran sertanya dalam mewujudkan keberhasilan program KB, sehingga memiliki kecendrungan untuk berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi pria dibandingkan dengan para suami yang tidak mengetahui mengenai KB pria. Pengetahuan tinggi yang dimiliki para suami mengenai KB pria akan dijadikan sebagai landasan atau dasar dari tindakan yang akan dilkukan. Para suami yang mempunyai pengetahuan yang tinggi mengenai KB pria dan meyakini kebenaran akan pentingnya partisipasi suami dalam ber-kb akan terus berusaha mewujudkannya dalam praktik nyata namun masih ada suami yang memiliki pengetahuan tinggi tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi pria dikarenakan, istri mereka tidak mengizinkan mereka menggunakan kontrasepsi, sebagian besar menganggap penggunaan kondom dapat mengganggu hubungan suami istri, sebagian besar suami Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 48
beranggapan penggunaan kondom dapat menyebabkan impoten. Oleh karena persepsi yang salah dikalangan suami tersebut tenaga kesehatan perlu meluruskan anggapan yang salah tersebut sehingga suami yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dapat menggunakan alat kontrasepsi pria sehingga program pemerintah dapat tercapai. Berdasarkan hasil penelitian dari Sariyono (2004), dari 100 responden, responden yang berpengetahuan tinggi tentang keluarga berencana cenderung lebih besar untuk memakai metode kontrasepsi KB dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan rendah. Hasil analisa uji statistik chi-square didapatkan bahwa ada hubungan antara responden pria yang berpengetahuan tinggi tentang keluarga berencana dengan pemakaian metode kontrasepsi KB dengan nilai p value = 0,001 (p<0,05). DAFTAR PUSTAKA Agung Prabowo dan Dewi Kartika Sari, (2011). Hubungan Pengetahuna Dan Sikap Pria Tentang Keluarga Berencana Dengan Prilaku Pria Dalam Berpartisipasi Menggunakan Kontrasepsi Keluarga Berencana Di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes (tesis) Alimul, A, (2002). Riset Keperawatan Dan Tekhnik Penulisan Ilmiah, Jakarta : Salemba Medika Ancok, D, (2002). Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Pusat Study Kependudukan dan Kebijakan UGM.Yogyakarta Anonim, (2007). (www.bkkbn.go.id. Visi Dan Misi BKKBN. Diakses tanggal 23 Maret 2007) Arikunto, S, (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S, (1988). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Liberty: Yogyakarta Badan Pusat Statistik, (2007). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Jakarta BKKBN, (2000). Peningkatan Peran Suami Dalam Pelaksanaan KB di Lingkungan Keluarganya, Jakarta, (2000). Peran Pria melalui Program KB dalam Kesehatan Maternal. Gema Partisipasi Pria. Jakarta, (2001). Studi Kuantitatif Sasaran Khalayak di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kerjasama Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi/Pusna dan Puslitbang KS dan PP/Pusra, BKKBN. Jakarta, (2003). (http://www.bkkbn.go.id/ge mapria/infodetail.php?infid=79. Faktor-Faktor yang Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 49
mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Pria dalam KB), (2004). Panduan Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi Berwawasan Gender di Tempat Kerja. Jakarta, (2004). Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Direktur Peningkatan Partisipasi Pria, (2005). Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB dan KR. Jakarta: BKKBN., (2008). Evaluasi Tiga Tahun Pelaksanaan Rpjm 2004-2009 Bersama Menata Perubahan Kementrian Negara Perencana Pembangunan Nasional/Bapenas Dalam BKKBN 2008, (2010). Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Bandung, (2011). (www.bkkbn.go.id. Pertisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana. Tanggal 2 Januari 2011), (2011). (www.bkkbn.go.id. Pil KB Pria Aman Dan Efektif. Diakses tanggal 3 November 2011), (2011). (www.bkkbn.go.id. Pil KB Untuk Di Ujia BPOM. Dikases tanggal 25 Januari 2011), (2012). (www.bkkbn.go.id. Partisipasi Pria Dalam Ber- KB. Diakses tanggal 5 September 2012) BPPMKB Kota Pekanbaru, (2010). Laporan Bulanan Penggunaan Alat Kontrasepsi Kota Pekanbaru Tahun 2012 BPS, (2010). (http://id.wikipedia.org/wi ki/sensus Penduduk Indonesia 2010. diakses 16 mei 2012) Budiarto, E, (2001). Metodelogi Penelitian. Jakarta : EGC Budiono, (2002). (http://www.google. Pemilihan Alat Kontrasepsi. Co.id. Diakses 10 mei 2012) CIA World Factbook, (2004). (http:// id.wikipedia.org/wiki/daftar Negara Menurut Jumlah Penduduk. Diakses 16 mei 2012) Dinkes Provinsi Riau, (2011). Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2011 Dyah, (2008). Panduan Lengkap KB Terkini. Yogyakarta : Mitra Cendikia Hafid, A, dkk, (2013). Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Alfabeta Hartanto, H, (2010). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Kumalasari, dkk, (2012). Kesehatan Reproduksi dan keluarga berencana. Jakarta: Salemba Medika Manuaba IGB, (2002). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 50
Masbimoro W.E, (2009). Tingkat Pengetahuan. Jakarta : FKUI Notoatmojo, S, (2000). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset: Jakarta., (2005). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Riyanto, A, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Saifuddin, (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono, (2008). Buku Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sulistyawati, A, (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika Sunaryo, (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC Sumatri, A, (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Suryono, A, (2008). Pasangan Suami Istri dalam Meningkatan Partisipasi KB Pria. http://prov.bkkbn.go.id/jaten g/article_detail.php?aid=15, diperoleh tanggal 17 September 2008 (tesis) Sri Madya Bhakti Ekarina, (2008). Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali (tesis) Wawan, D, (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika Widayatun, (2009). Ilmu perilaku. Yogyakarta: Nuha Medika Wulansari, P, (2007). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 51