PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TEMAN SEBAYA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI KEPUTIHAN PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 2 GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

ELSA PERNANDA UTARI NIM I

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

PERBANDINGAN ANTARA PEMBERIAN CERAMAH DENGAN BUZZ GROUP DISCUSSION

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI MELALUI PEER GROUP TERHADAP KESIAPAN MENARCHE SISWI SD MUHAMMADIYAH PURWODININGRATAN 2 YOGYAKARTA

PENGARUH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

: THERESYA GATRA STERI

BAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

JST Kesehatan, Oktober 2017, Vol. 7 No. 4 : ISSN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh: ERNY KURNIASIH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH PENYULUHAN MENARCHE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE SISWI KELAS V DAN VI DI SD NEGERI BERBAH 1 SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Intan Purnama Sari

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA 2012

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGENAI MENARCHE TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN SISWI SMP KELAS VII MENJELANG MENARCHE DI SMP NEGERI 1 SEMARAPURA.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Andini Ania Sari

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH PEER EDUCATOR TERHADAP PHBS PADA ANAK KELAS V SD N 2 DI JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DESA MURTIGADING SANDEN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP TERHADAP PERNIKAHAN DINI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 GODEAN SLEMAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU PERAWATANDIRI SAAT MENSTRUASI PADA SISWI KELAS VII DI SMPN 3 BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA KELAS II DI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

PENGARUH PENYULUHAN PREEKLAMSIA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN KUNJUNGAN ANC PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP DAMPAK SEKS BEBAS SISWA KELAS X USIA TAHUN DI SEKOLAH MAN GANDEKAN BANTUL 2013

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Rohmana, et al, Pengaruh Permainan Ular Tangga terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam...

BAB I PENDAHULUAN. kematangan seksual. Perubahan-perubahan ini terjadi pada masa-masa

PERBEDAAN KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TEMAN SEBAYA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI KEPUTIHAN PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 2 GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: TRI DITA KURNIAWATI 201310201197 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2015

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TEMAN SEBAYA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI KEPUTIHAN PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 2 GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melangkapi Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun Oleh: TRI DITA KURNIAWATI 201310201197 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2015

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TEMASEBAYATERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI KEPUTIHAN PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 2 GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA 1 Tri Dita Kurniawati 2, Warsiti 3, Yuni Purwati 4 STIKES Aisyiyah Yogyakarta Email : deetaneanew@gmail.com Abstract : This research aims at knowing the influence of peer health education to face the anxiety level of whiteness on SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta. This research is a Quasi-Experiment design with the design of the Non Equivalent Control Group Design. The sample was 50 respondents who met the inclusion criteria. To analyze the relationship between two variables used Wilcoxon Signed Rank Test. The results reveal that showed statistical test p-value, 0.000 less than 0.05 (0.000 <0.05). So it can be concluded that there is the influence of peer health education to face the anxiety level of whiteness. Keyword : Health education, anxiety, whitish Intisari : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan teman sebaya terhadap tingkat kecemasan menghadapi keputihan pada siswi SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment design dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design. Sampel penelitian ini adalah 50 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Untuk menganalisa hubungan dua variabel digunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian diketahui bahwa didapatkan hasil uji statistik nilai p, 0,000 lebih kecil dari pada 0,05 (0,000<0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan teman sebaya terhadap tingkat kecemasan menghadapi keputihan. Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kecemasan, keputihan. 1 Judul skripsi 2 Mahasiswa PPN-PSIK STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen PPN-PSIK Aisyiyah Yogyakarta 4 Dosen PPN-PSIK Aisyiyah Yogyakarta

PENDAHULUAN Keputihan adalah suatu gejala penyakit yang ditandai dengan keluarnya cairan dari alat alat genetalia yang berupa cairan berwarna putih (Wiknjosastro, 2005). Keputihan ada dua macam yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal terlihat bening, tidak berbau dan biasanya muncul beberapa saat sebelum atau sesudah menstruasi (12 14 hari sesudah menstruasi), saat kondisi terangsang, serta kondisi kelelahan atau stress. Keputihan yang tidak normal berupa keluarnya cairan berlebihan dari yang ringan sampai yang berat, misalnya cairan kental berbau busuk yang tidak biasanya dan berwarna kuning sampai kehijauan (Indarti, 2004). Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Banyak wanita Indonesia yang tidak tahu tentang keputihan sehingga mereka menganggap keputihan sebagai hal yang wajar terjadi pada setiap wanita (Indarti, 2004). Meskipun termasuk penyakit yang sederhana, kenyataannya keputihan adalah penyakit yang tidak mudah disembuhkan. Penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua umur termasuk remaja putri. Jumlah wanita di Dunia yang pernah mengalami keputihan 75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih (Nurmah, 2006). Sebuah survei telah dilakukan terhadap wanita pada beberapa Apotek di Yogyakarta, selama satu bulan menunjukkan bahwa 60% pengunjung wanita tersebut sedang atau pernah menggunakan obat untuk mengatasi masalah kesehatan pada organ reproduksinya dan relatif sering adalah apa yang dikenal dengan keputihan. Sebanyak 50% pelajar putri sekolah menengah dan perguruan tinggi di Yogyakarta pernah mengalami keputihan ketika berusia kurang dari 25 tahun (Widayati, 2007). Masalah keputihan menjadi perhatian bersama karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari keputihan ini antara lain adalah infeksi, penyakit radang panggul, infertile bahkan membuat seseorang merasa cemas yang berlebihan dan menimbulkan ketidak percayaan pada diri sendiri (Indarti, 2004). Pada remaja putri dampak yang ditimbulkan dari keputihan antara lain merasa malu karena merasa berbeda dengan teman sebayanya, minder bahkan sampai membatasi kegiatan sosialnya (Depkes RI, 2009). Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang ditandai oleh rangsangan fisiologis, perasaan-perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan ketakutan, persangkaan (firasat) (Hawari, 2008). Kecemasan bisa berpengaruh buruk pada seseorang jika frekuensi timbulnya sering. Kecemasan dapat timbul dengan sendirinya atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Siagian (2006) didapatkan hasil 33,3% siswi mengalami tingkat kecemasan ringan dalam menghadapi keputihan dan 2,8% siswi mengalami tingkat kecemasan berat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan mengenai keputihan. Semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami oleh siswi dalam menghadapi keputihan, maka semakin berat dampak yang akan dialami seperti ketakutan yang berlebih akan timbulnya penyakit berbahaya bahkan siswi dapat mengalami stress hingga panik dan sebaliknya. Pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang cukup besar pada masalah kesehatan wanita, baik bagi pelajar maupun masyarakat. Bagi pelajar Indonesia,

perhatian pemerintah dalam bidang kesehatan ini diwujudkan dengan dilaksanakan program UKS di setiap sekolah/institusi pendidikan yang terkait. Pemerintah juga bekerjasama dengan BKKBN membentuk BKR (Bina Keluarga Remaja) dengan kegiatannya meliputi penyuluhan, seminar, dan diskusi tentang kesehatan reproduksi remaja dengan membentuk kelompok teman sebaya untuk menyampaikan pendidikan dalam hal ini mengenai keputihan (BKKBN dan UNFPA, 2006). Pendidikan kesehatan melalui teman sebaya diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang keputihan dan dapat mengurangi tingkat kecemasan pada siswi. Teman sebaya merupakan sumber dukungan sosial yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri remaja. Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain merupakan pengaruh yang penting bagi rasa percaya diri pada remaja (Santrock, 2007). Teman sebaya atau peers adalah anak-anak dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi selain dari lingkungan keluarga. Melalui kelompok teman sebaya anak-anak menerima umpan balik dari teman-teman mereka tentang kemampuan mereka. Anak-anak menilai apa-apa yang mereka lakukan, apakah dia lebih baik dari pada teman-temannya, sama, ataukah lebih buruk dari apa yang anakanak lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam keluarga karena saudarasaudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda (bukan sebaya) (Santrock, 2007). Tujuan umum untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan teman sebaya terhadap tingkat kecemasan menghadapi keputihan pada siswi SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta. Tujuan khusus, mengetahui tingkat kecemasan siswi sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya pada kelompok eksperimen dan mengetahui tingkat kecemasan pada siswi pre test dan post test. Hipotesis Ada pengaruh pendidikan kesehatan teman sebaya terhadap tingkat kecemasan menghadapi keputihan pada siswi SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi Eksperimen yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang ditimbulkan, sebagai suatu akibat dari adanya intervensi atau perlakuan tertentu (Notoatmodjo, 2002). Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan Non Equivalent Control Group Design (Sugiono, 2008). Dalam desain penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang keduanya tidak dipilih secara random. Kemudian dilakukan pretest pada kedua kelompok tersebut dan diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu kemudian dilakukan posttest pada kedua kelompok tersebut (Riyanto, 2011). Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 18 September 2014, terdapat 20 siswi SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta yang semuanya mengalami keputihan. Ada 4 siswi yang menggunakan pantilener setiap hari, dan 10 diantaranya mengeluh merasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas sehari sehari serta tidak percaya diri saat mengalami keputihan.

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner berdasarkan Analog Anxiety Scale (AAS) yang telah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Jakarata yang merupakan modifikasi dari Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). penilaian AAS mencakup 6 gejala psikis yang menyertai kecemasan, yaitu cemas, tegang, takut, tidak bisa tidur, depresi atau perasaan sedih. Skor yang diperoleh dari AAS kemudian dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :Tidak cemas : Skor < 150, Cemas ringan : Skor 150 199, Cemas sedang : Skor 200 299, Cemas berat : Skor 300 399, Panik : Skor >400. Adapun cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor dari hasil pengisian kuisioner pada pretest dan Posttest. Kuisioner dibagikan kepada responden, baik itu kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, kuisioner diberikan sebelum pemberian pendidikan kesehatan oleh teman sebaya dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Sedangkan pada kelompok kontrol, kuisioner diberikan pada pre test dan akhir post test. Dalam pengumpulan data, peneliti dibantu oleh asisten. HASIL DAN PEMBAHASAAN Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta tanggal 7 Januari 2015, pada siswi kelas VII, VIII, dan IX. Keseluruhan berjumlah 50 siswi yang mengalami keputihan, dengan rentang usia antara 12 15 tahun dan tinggal bersama orang tuanya. SMP Muhammadiyah 2 Gamping merupakan salah satu sekolah swasta berbasis Islami yang beralamat di Guyangan, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Dengan tenaga guru sebanyak 25 orang dan karyawan sebanyak 4 orang. SMP Muhammadiyah 2 Gamping secara resmi berdiri pada 1 july 1979, nomor SK Pusat 185/sp/p/u/lk/79 dan SMP Muhammadiyah 2 Terakreditasi B. Jumlah keseluruhan siswa 290, terdiri dari 169 siswa laki laki dan 12 siswa perempuan. Fasilitas yang dimiliki terdiri dari ruang kelas, kantor kepala sekolah dan guru, ruang perpustakaan, ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), ruang laboratorium, mushola, aula, dan toile. Karakteristik Responden Penelitian Tabel 1 Karakteristik Responden Hasil Penelitian No Karakteristik Responden 1 Umur 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen (f) (%) (f) (%) 6 6 8 5 24,0 24,0 32,0 20,0 4 8 8 5 16,0 32,0 32,0 20,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 2 Kelas Kelas VII Kelas VIII Kelas IX 10 10 5 40,0 40,0 20,0 10 10 5 40,0 40,0 20,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur pada kelompok kontrol terbanyak umur 14 tahun berjumlah 8 siswi (32,0%) dan pada kelompok eksperimen terbanyak umur 13 tahun dan 14 tahun masing masing berjumlah 8 siswi (64,0 %). Karakteristik responden pada kelompok kontrol berdasarkan kelas menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah berasal dari kelas VII dan kelas eksperimen berdasarkan kelas menunjukkan bahwa responden VIII, masing masing sebanyak 20 siswi (80,0%) dan responden pada kelompok terbanyak adalah berasal dari kelas VII dan kelas VIII, masing masing sebanyak 20 siswi (80,0%). Tabel 2 Frekuensi Tingkat Kecemasan Pada Siswi SMP Muhammadiyah 2 Gamping Dalam Menghadapi Keputihan Pada Pre Test Dan Post Test No 1 2 3 4 5 Tingkat Kecemasan Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Panik Pre Test Post Test (F) (%) (F) (%) 0 00,0 1 4,0 6 24,0 4 16,0 11 44,0 11 44,0 8 32,0 9 36,0 0 00,0 0 00,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 2 terdapat perubahan tingkat kecemasan pada pre test dan post test, adanya penurunan tingkat kecemasan yaitu terdapat 1 siswi (4,0%) tidak mengalami cemas, dan 1 siswi (4,0%) mengalami peningkatan tingkat kecemasan berat Tabel 3 Hasil Uji Wilcoxon Match Pairet Test N Pre test Post test Negative Ranks 1 a A. Post Test < Pre Test B. Post Test > Pre Test C. Post test = Pre Test Posttest Pretest Z Positive Ranks Ties 22 c Total 25 Data hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa pada pre test dan post test pada kelompok kontrol 1 orang siswi memiliki nilai yang menurun (negative ranks), 22 orang mempunyai nilai yang sama (ties), 2 siswi yang mengalami peningkatan nilai (positive ranks) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,564. Pada kelompok kontrol didapatkan nilai P > 0,05 maka artinya pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikansi pada pre test dan post test. 2 b -0,577 a p-value 0,564

Tabel 4 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada siswi SMP Muhammadiyah 2 Gamping dalam menghadapi keputihan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya Tingkat Sebelum Setelah No 1 2 3 4 5 Kecemasan Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Panik (F) (%) (F) (%) 0 00,0 6 24,0 6 24,0 8 32,0 10 40,0 6 24,0 9 36,0 5 20,0 0 00,0 0 0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4 terdapat kecenderungan penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan pendidikan kesehatan oleh teman sebaya yaitu terdapat 6 siswi (24%) tidak mengalami cemas, 8 siswi (32%) mengalami cemas ringan yang sebelumnya ada 6 siswi (24%), 6 siswi (24%) mengalami cemas sedang yang sebelumnya ada 10 siswi (40%), 5 siswi (20%) mengalami cemas berat yang sebelumnya terdapat 9 siswi (36%) Tabel 5 Hasil Uji Wilcoxon Match Pairet Test N PostTest PreTest Negative Ranks 18 a Positive Ranks 0 b Ties 7 c Total 25 a. PostTest < PreTest b. PostTest > PreTest c. PostTest = PreTest Kelompok Eksperimen Posttest Pretest Sebelum Dan Sesudah Z -4,243 a p-value,000 Data hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya pada kelompok eksperimen 18 siswi memiliki nilai yang menurun (negative ranks), 7 orang mempunyai nilai yang sama (ties), tidak ada siswi yang mengalami peningkatan nilai (positive ranks) dan memiliki nilai signifikansi (p) 0,000. Untuk menentukan hipotesis diterima atau ditolak maka besarnya nilai signifikan (p) dibandingkan dengan taraf kesalahan 5% (0,05). Jika p > 0,05 maka hipotesis ditolak dan jika p < 0,05 maka hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara statistik, adanya pengaruh pendidikan kesehatan teman sebaya terhadap tingkat kecemasan menghadapi keputihan pada siswi SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta.

Tabel 6 Mann Whitney Test Kelompok Kontrol Pre Test Dan Kelompok Eksperimen Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tingkat kecemasan N Mean Rank Sum of Rank Pre kontrol Pre eksperimen Z test Symp. Sig 25 25 25,12 25,88 -,197,844 628,00 647,00 Nilai z test dari hasil pengujian adalah sebesar -0,197 dengan symp. Sig sebesar 0,844 (symp.sig >0,05), sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Dengan diterimanya Ho berarti tidak ada perbedaan signifikan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol pre test dan kelompok eksperimen sebelum diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya. Tabel 7 Mann Whitney Test Kelompok Kontrol Post Test Dan Kelompok Eksperimen Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tingkat kecemasan N Mean Rank Sum of Rank Pre kontrol Pre eksperimen Z test Symp. Sig 25 25 30,30 20,70-2,424,015 757,50 517,50 Berdasarkan tabel 7 tersebut maka dapat diketahui: Nilai z test dari hasil pengujian adalah sebesar -2,424 dengan symp. Sig sebesar 0,015 (symp.sig <0,05), sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan diterimanya Ha berarti ada perbedaan signifikan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol post test dan kelompok eksperimen sesudah diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya. PEMBAHASAN Tingkat Kecemasan Responden Pada Kelompok Eksperimen Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Teman Sebaya Tentang Keputihan Berdasarkan tabel 3 dan 4 secara signifikan tidak ada perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan, 84% responden mayoritas mengalami kecemasan sedang. Kecemasan yang dirasakan setiap orang adalah perasaan yang timbul karena adanya suatu masalah yang sedang dihadapi, ditandai dengan adanya rasa takut, khawatir, gelisah, bingung, serta dapat mengganggu perilaku seseorang tetapi masih dalam batas normal (Hawari, 2006). Adikusuma (2003) faktor faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan antara lain umur, pengalaman, dukungan, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Dalan penelitian ini faktor faktor tersebut sudah dikendalikan oleh peneliti. Pada tabel 2 sebaran usia responden kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah homogen, dengan umur 12 15 tahun dan seluruh responden berjenis kelamin perempuan. Selain itu responden memiliki pengalaman yang sama dalam hal ini sudah mengalami menstruasi, untuk tingkat pendidikan pada tabel 4.1 peneliti sudah menentukan responden terdiri dari 20 siswi kelas VII, 20 siswi kelas VIII dan 10 siswi kelas IX. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu dukungan, pada penelitian ini dukungan dikendalikan hanya sebatas tinggal bersama orang tuanya.

Namun terkait dengan aspek lain seperti pemberian informasi tentang keputihan yang diberikan oleh orang tua, lingkungan sosial dimana responden tinggal dan tingkat pendidikan orang tua tidak digali. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2013) yang meneliti tentang tingkat kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N Gondangrejo. Hasil penelitian didapatkan 25% responden tidak mengalami kecemasan, 7% mengalami cemas ringan dan 68% responden mengalami cemas sedang, hasil tersebut menunjukan bahwa 68% mayoritas responden mengalami kecemasan sedang. Tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen setelah diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya tentang keputihan Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya diperoleh rata rata tingkat kecemasan siswi menghadapi keputihan sebesar 40% mengalami cemas sedang dan setelah diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya diperoleh nilai rata rata tingkat kecemasan siswi sebesar 32% dengan kategori cemas ringan. Stuart & Sudden (2001), menyatakan bahwa salah satu faktor peyebab timbulnya kecemasan adalah kurangnya pengetahuan siswi tentang keputihan. Pengetahuan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan siswi dalam menghadapi keputihan dan pengetahuan akan meningkat jika diberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya promotif dan preventif. Dalam hal ini pendidikan kesehatan merupakan tindakan penting yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan siswi tentang keputihan (khadijah, 2004). Menurut Prasko (2011) pengertian pendidikan kesehatan yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fathaturrayyan (2010) yang meneliti pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche pada siswi kelas V dan VI SDN Rejodadi Kasihan Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian dengan uji statistic nilai signifikasi sebesar 0,001 maka p < 0,05. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche. Tingkat kecemasan pre test dan post test pada kelompok kontrol Berdasarkan tabel 5 ada perbedaan terhadap tingkat kecemasan pada pre test dan post test. Seharusnya nilai tingkat kecemasan pada pre test dan post test sama (P < 0,05), artinya tidak ada perbedaan terhadap tingkat kecemasan pada kelompok kontrol pre test dan post test, karena tidak diberikan perlakuan terhadap kelompok kontrol. Namun demikian, pada penelitian ini terdapat perubahan. Secara deskriptif tabel 4.2 menunjukkan adanya perubahan tingkat kecemasan, yaitu terdapat 1 siswi tidak mengalami cemas dan 1 siswi mengalami peningkatan tingkat kecemasan yaitu cemas berat. Pada saat penelitian, kelompok kontrol berada disebuah ruang kelas yang berbeda dengan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol berada di ruangan kelas selama 90 menit, 10 menit pertama digunakan untuk pengambilan data pre test.

Responden sangat antusias dan mengisi kuisioner sesuai dengan petunjuk yang ada. Setelah pengambilan data pre test selesai, asisten peneliti memberikan games kecerdasan yang melibatkan responden, kegiatan itu berlangsung selama 40 menit. Setelah itu dilakukan pengambilan data post test selama 10 menit, pada saat itu terlihat beberapa responden yang mengisi kuisioner dengan mencontek hasil responden lain meskipun asisten peneliti sudah mengingatkan untuk mengisi kuisioner sesuai dengan kondisi yang dialami oleh responden. Setelah pengumpulan data post test pada kelompok kontrol selesai, dilanjutkan pemberian pendidikan kesehatan tentang keputihan yang disampaikan oleh asisten peneliti selama 30 menit Perbedaan tingkat kecemasan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada kedua kelompok dilakukan uji Mann Withney Test. Tingkat kecemasan pada kelompok kontrol pre test dan kelompok eksperimen sebelum diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya, diperoleh Nilai z test dari hasil pengujian adalah sebesar -0,197 dengan symp. Sig sebesar 0,844 (symp.sig >0,05), sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Dengan diterimanya Ho berarti tidak ada perbedaan signifikan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol dan eksperimen sebelum diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya. Sedangkan hasil pengujian tingkat kecemasan pada kelompok kontrol post test dan kelompok eksperimen sesudah diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya, diperoleh nilai z test dari hasil pengujian adalah sebesar -2,424 dengan symp. Sig sebesar 0,015 (symp.sig <0,05), sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan diterimanya Ha berarti ada perbedaan signifikan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol dan eksperimen sesudah diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya. Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon Macth Paires Test, bahwa nilai Z test yang diperoleh 4,243 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hal tersebut berarti bahwa nilai p hitung lebih kecil dari taraf signifikan (0,000 < 0,05), artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan teman sebaya terhadap tingkat kecemasan menghadapi keputihan pada siswi SMP Muhammadiyah 2 Gamping, Sleman Yogyakarta. Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah pemahaman perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat. Sedangkan Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perorangan, masyarakat, dan bangsa (Machfoedz, 2006). Peer group (kelompok sebaya) merupakan salah satu media pendidikan yang cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang suatu hal terutama sesuatu yang dianggap tabu yaitu kesehatan reproduksi khususnya keputihan. Dalam kelompok sebaya remaja mendiskusikan tentang suatu masalah dan mereka menemukan sesuatu yang tidak merekan temukan dirumah. Hubungan yang bersifat pribadi menyebabkan seseorang dapat mencurahkan hatinya kepada teman temannya baik sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang menyedihkan. Dalam kelompok ini terjadi kerja sama, tolong menolong, akan tetapi sering terjadi persaingan dan pertentangan. Kebanyakan remaja tidak sungkan berbicara dengan teman sebaya, dari pada berbicara kepada orang yang lebih tua atau orang tuanya sendiri. Terlebih remaja putri akan lebih terbuka membicarakan hal yang bersifat pribadi kepada teman sebaya dari

pada kepada orag tuanya. Biasanya orang tua melarang anaknya untuk bertanya hal hal yang bersifat porno, sehingga membuat remaja penasaran. Menurut Eryani, dkk (2003 dalam Emilia, 2008) penyampaian materi oleh peer educator disampaikan melalui ceramah dan diskusi. Metode diskusi sering dianggap lebih unggul dibanding dengan metode ceramah, karena sasaran atau audiens yang homogeny dan memiliki tujuan yang sama. Hal ini disebabkan adanya perasaan identitas yang sama sebagai satu kelompok yang mengalami masalah yang sama, resiko yang sama sehingga muncul saling tukar pikiran dan pendapat diantara teman sekelompok. SIMPULAN DAN SARAN simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam bab sebelumya dapat disimpulkan bahwa : Tingkat kecemasan siswi pada kelompok eksperimen sebelum diberikan pendidikan kesehatan oleh teman sebaya mengenai keputihan sebesar 40% dengan kategori cemas sedang, Tingkat kecemasan siswi pada kelompok eksperimen setelah diberikan pendidikan kesehatan oleh teman sebaya mengenai keputihan sebesar 32% dengan kategori cemas ringan., Tingkat kecemasan siswi pada kelompok kontrol pretest sebesar 44% dengan kategori cemas sedang dan posttest sebesar 44% dengan kategori cemas sedang. Perbedaan tingkat kecemasan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen : tingkat kecemasan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberikan intervensi didapatkan nilai (p > 0,05) tidak ada perbedaan signifikan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol pre test dan kelompok eksperimen sebelum diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya. Tingkat kecemasan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diberikan intervensi didapatkan nilai (p < 0,05) tidak ada perbedaan signifikan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol pre test dan kelompok eksperimen sebelum diberikan pendidikan kesehatan teman sebaya. Saran Bagi Profesi kesehatan diharapkan bagi tenaga kesehatan, dapat melakukan intervensi yang tepat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja khususnya tentang keputihan. Bagi Institusi sekolah sebaiknya pendidikan kesehatan tentang reproduksi khususnya mengenai keputihan ditambahkan sebagai mata pelajaran misalnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR), untuk mengantisipasi kecemasan yang timbul pada siswi didik yang dikhawatirkan dapat mengganggu kelancaran proses belajar. Bagi siswi SMP yang sudah mengalami keputihan sebaiknya membekali diri dengan informasi yang cukup tentang keputihan, misalnya informasi dari buku atau sumber yang lain. Sehingga apabila pendidikan kesehatan reproduksi khususnya keputihan secara formal dari guru atau tenaga kesehatan tidak didapat atau belum diberikan, mereka dapat mengantisipasi kecemasan yang mungkin timbul. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat dan tertarik melanjutkan penelitian ini yang berkaitan dengan tingkat kecemasan menghadapi keputihan dengan cakupan lebih luas menggunakan metode yang lainnya dan menggali lebih dalam faktor dukungan keluarga mengenai pemberian informasi tentang keputihan, lingkungan sosial, dan tingkat pendidikan orang tua guna mendapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN Putu,(2009).Perkembangan remaja pada masa puberitas http://digilib.org/kesehatan remaja/docs/bab-i/1.(diakses 28 Oktober 2014) Rahmawati. (2010). Problema Kesehatan Reproduksi Remaja Dikalangan Santri. http: //www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view:artcle&id:559:akhwatun a- edisi-30-problema-kesehatan-reproduksi-remaja.(diakses 28 Oktober 2014) Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Santrock, Jhon,W. (2007). Perkembangan Anak, edisi ketujuh, jilid dua. Erlangga. Jakarta. Sari, A. (2010). Kesehatan Remaja, Salemba Medika. Jakarta. Siagian. (2006). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Keputihan Pada Siswi Kelas 2 di MAN II Yogyakarta. Skripsi tidak dipublikasikan. STIKes Aisyiyah Yogyakarta. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta.Bandung. Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Wiknjosastro, G.H., Sumapraja, S., Santoso, S. S. I., Musbir, W., Koesno, H., Lestari., H.(2005). Dalam Ilmu Kebidanan: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawi