BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

MAKNA TRADISI SAPARAN BAGI MASYARAKAT DUSUN MULUNGAN KELURAHAN NOGOSAREN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

Dampak Perubahan Sosial Budaya

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

Human Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Hilir Tengah, Kecamatan Ngabang,

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

Daftar pertanyaan wawancara dan hasil deskripsi dari hasil wawancara dengan : A. Bapak M. Rani (Panyangahatn di Desa Pahokng)

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baik

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. budi Koentjaraningrat (dalam Soeloeman, 2007:21). Kebudayaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. Antropolog Indonesia Koentjaraningrat dalam bukunya. itu mempunyai paling sedikit tiga wujud yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Definisi Kebudayaan Dalam buku Tri Widiarto (Koentjaraningrat) mendefinisikan etimologi istilah kebudayan atau budaya berasal dari kata Sansekerta Buddhayah bentuk jamaknya Buddhi, artinya akal. Sedangkan pada diri manusia terdapat unsur-unsur potensi budaya. (Koentjaraningrat, 1986:32). a. Cipta, yakni kemampuan akal pikiran yang menimbulkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia selalu memiliki keinginan untuk mengetahui rahasia-rahasia alam dan kehidupan. Dengan akal, pikiran dan nalar (ratio) manusia selalu mencari, menyelidiki dan menemukan sesuatu yang baru, serta mampu menciptakan karya-karya besar. b. Rasa, dengan panca inderanya manusia mengembangkan rasa keindahan atau estetika dan melahirkan karya-karya kesenian. c. Karsa, atau kehendak, dengan ini manusia selalu menghendaki untuk menyempurnakan hidupnya, merindukan kemuliaan hidup, mencapai kesusilaan, budi pekerti luhur dan selalu mencari perlindungan dari sang pencipta. Dengan potensi cipta, rasa dan karsa itu manusia hidup berbudaya atau berperadaban. Kebudayaan mencakup pengertian sangat luas. Berdasarkan uraian tersebut maka kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan gagasan, tindakan, 7

dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia melalui belajar. Kebudayaan merupakan keseluruhan hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan. Adanya kait mengait diantara unsur-unsur itulah sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah sebagai sistem. Artinya, kebudayaan merupakan kesatuan organis dari rangkaian gejala, ujud, dan unsur-unsur yang berkaitan satu dengan yang lain. (Tri Widiarto, 2009:10). Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa kebudayaan adalah budi daya manusia dalam hidup bermasyarakat. Sementara itu kebudayaan juga sering disamakan dengan istilah kultur atau culture (bahasa Inggris). Sebenarnya istilah tersebut berasal dari kata colere (bahasa latin) artinya mengelola atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah menjadi lahan pertanian. Dalam buku Tri Widiarto yang berjudul Psikologi Lintas Budaya Indonesia. (Tri Widiarto, 2009:11). Kebudayaan Indonesia adalah salah satu kondisi yang majemuk karena bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan wilayah-wilayah itu memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan, itulah yang memberikan bentuk dari kebudayaan itu. Juga proses sosialisasinya yang kemudian dikembangkan dalam kerangka masing-masing kultur itu, memberi warna kepada kepribadian yang muncul dari lingkungan wilayah budaya itu sendiri. Menurut 8

Pamerdi Giri Wiloso (1990:19). Kebudayaan suatu masyarakat merupakan identitas masyarakat itu yang para warganya dijadikan pedoman dalam kehidupan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Pamerdi Giri Wiloso (1990:17) bahwa kebudayaan nasional mempunyai fungsi untuk memperkokoh solidaritas bangsa dan memperkokoh persatuan bangsa. 2. Wujud Kebudayaan Menurut (Koentjaraningrat, 1974:5-7) berpendapat bahwa kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah : a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari idé-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Ketiga wujud dari kebudayaan terurai di atas, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Baik pikiranpikiran dan ide-ide, maupun perbuatan dan karya manusia, menghasilkan bendabenda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik itu membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan juga mempengaruhi cara berpikirnya. 9

Ketiga wujud dari kebudayaan terurai di atas, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan lain. Kebudayaan dan adat-istiadat mengatur dan memberiarah kepada perbuatan dan karya manusia. 3. Unsur-Unsur Kebudayaan Menurut (Koentjaraningrat, 1974:2) unsur-unsur universal itu, yang sekalian merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia ini, adalah: a. Sistem religi dan upacara keagamaan, b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan, c. Sistem pengetahuan, d. Bahasa, e. Kesenian, f. Sistem mata pencaharian hidup, g. Sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur universal tersebut masing-masing dapat dipecah lagi ke dalam sub-unsur-unsurnya. Demikian ketujuh unsur kebudayaan universal tadi memang mencakup seluruh kebudayaan makhluk manusia dimanapun juga di dunia, dan menunjukkan ruang lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsepnya. 4. Pengertian Upacara Adat Tradisional Adat adalah peraturan hidup sehari-hari. Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan para warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan. Upacara tradisional merupakan merupakan suatu kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat pendukungnya dalam usaha bersama untuk mencapai 10

tujuan keselamatan, yang mengandung aturan-aturan yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh warga masyarakat. (Herusatoto, 1984:1). Dari pengertian diatas, terdapat hal-hal yang sangat penting dalam upacara tradisional maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Upacara tradisional merupakan kegiatan sosial yang dilakukan warga masyarakat yang mendukung upacara tradisional daerah setempat yang mempunyai tujuan bersama yaitu untuk keselamatan. b. Untuk mencapai keselamatan maka warga masyarakat melakukan upacara tradisional, keselamatan yang dimaksud adalah bebas dari kutukan contohnya dari penyakit, gagal panen, kematian dan termasuk kerukunan dan keamanan antar warga masyarakat setempat. c. Dalam melaksanakan upacara tradisional suatu usaha yang baik oleh warga masyarakat sebagai pendukungnya. Upacara tradisional dalam pelaksanaannya mengandung aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh warga masyarakat bersama. Usaha dan kerjasama tersebut diwujudkan dalam gotong-royong bersama termasuk biaya pelaksanaan upacara tradisional semuanya dapat dipikul dan ditanggung bersama demi kelancaran pelaksanaan upacara (Boestami, 1985:1). Di dalam masyarakat, tradisi tidak terlepas dari aturan norma yang harus di taati yang nantinya sangat berguna untuk mencapai tujuan hidup yang selaras dengan cita-cita yang diinginkan. Tradisi merupakan adat-istiadat atau kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun di dalam suatu masyarakat. Adat kebiasaan itu tumbuh melalui proses belajar yang diturunkan oleh para pendahulu yang telah tiada 11

kepada generasi berikutnya. Contohnya adalah upacara tradisi, upacara tradisi diwariskan oleh nenek moyang kepada masyarakat tidak dapat berjalan dengan sendirinya tetapi melalui proses belajar. Upacara tradisional dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat diantaranya adalah dapat meningkatkan rasa kebersamaan solidaritas yang tinggi, rasa kekeluargaan dan gotong-royong karena di dalam upacara tradisional membutuhkan suatu kerjasama yang baik antar warga masyarakat yang sebagai pendukungnya. Manusia tidak dapat melakukan suatu pekerjaan yang berat tanpa adanya bantuan dari orang lain maka denga itu perlu diadakan gotong-royong untuk melakukan pekerjaan berat tersebut. 5. Tujuan Upacara Tradisional Tujuan upacara tradisional menurut Hambali, dkk (1985:2) berpendapat bahwa tujuan upacara tradisional adalah untuk mewujudkan pengertian dan pemahaman atas nilai-nilai serta gagasan vital yang terkandung didalamnya, sedangkan menurut Daud Kadir, dkk (1985:4) upacara tradisional mempunyai tujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, dan menurut Budiono Heru Satoto (1984:98) menyatakan bahwa upacara tradisional mempunyai tujuan untuk menghindarkan gangguan dari roh jahat. Dari ke tiga pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa melalui upacara tradisional terkandung nilai-nilai kehidupan yang berpengaruh bagi masyarakat, dengan demikian dapat dikatakan bahwa: 12

a. Upacara tradisional yang diselenggarakan mengandung nilai-nilai kehidupan yang harus dipahami dan dimengerti oleh masyarakat sebagai pendukungnya dalam menjalankan hubungan sosial dalam masyarakat. b. Upacara tradisional mempunyai tujuan untuk menghindarkan manusia dari gangguan roh jahat, untuk itulah upacara perlu diselenggarakan. c. Upacara tradisional mempunyai tujuan sebagai alat komunikasi antar sesama dan juga sebagai penghubung antar dunia nyata dan dunia gaib. 6. Komponen-Komponen Upacara Tradisional Koentjaraningrat mengatakan bahwa semua komponen upacara keagamaan seperti tempat upacara, waktu atau saat-saat upacara, peralatan atau perlengkapan upacara dan lain sebagainya mempunyai sifat sakral atau keramat. (Koentjaraningrat, 1977:249) Manusia menyadari bahwa selain dirinya didunia ini ada suatu alam yang tidak Nampak dan berada diluar jangkauan akalnya yaitu gaib. Dunia gaib itu didiami oleh dewa-dewa yang baik maupun jahat, makhluk-makhluk halus seperti roh-roh leluhur, roh-roh lainnya yang baik dan buruk serta kekuatan sakti yang berguna maupun dapat menyebabkan bencana (Koentjaraningrat, 1974: 95). Dunia gaib dihadapi manusia dengan berbagai macam perasaan yaitu takut, karena manusia merasa bahwa orang yang sudah meninggal rohnya masih berada disekitarnya. Rasa hormat karena manusia menganggap roh leluhur yang sudah meninggal merupakan cikal bakal yang telah menurunkan anggota masyarakat setempat. Rasa cinta karena manusia merasa dirinya membutuhkan roh-roh para leluhur itu untuk mendatangkan 13

suatu berkah atau keselamatan. Perasaan-perasaan inilah yang membuat manusia terdorong untuk melakukan tindakan yang bertujuan mencari hubungan dengan gaib. Salah satu cara yang digunakan yaitu melalui tradisi Nyangahatn. Koentjaraningrat mengatakan bahwa semua komponen upacara keagamaan seperti tempat upacara, waktu atau saat-saat upacara, peralatan atau perlengkapan upacara dan lain sebagainya mempunyai sifat sakral atau keramat. (Koentajaraningrat, 1977: 249). Untuk lebih memperjelas jenis-jenis tersebut diatas maka diuraikan sebagai berikut: a. Tempat Upacara Tempat upacara biasanya tempat yang terpisah khusus. Tempat itu seolaholah dikhususkan dan tidak boleh didatangi oleh barang siapa yang tak berkepentingan. Mereka yang mempunyai kepentingan tidak boleh berbuat sembarangan ditempat itu harus hati-hati dan memperhatikan larangan serta pantangan (Koentjaraningrat, 1974: 104). Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tempat upacara biasanya membutuhkan tempat yang khusus dan hanya yang berkepentingan saja yang boleh datang berkunjung dengan memperhatikan larangan serta pantangan yang sudah ditetapkan contohnya: di kuburan, terutama pada makam orang-orang yang mempunyai peranan penting dan dianggap mempunyai kesaktian misalnya makam para Ketua Adat atau Kepala Suku dan makam nenek moyang. 14

b. Waktu Penyelengaraan Upacara Waktu pelaksanaan upacara merupakan faktor penting. Waktu dilakukannya upacara tersebut adalah waktu yang berulang tetap, sejajar dengan gerak alam, yang biasanya dilakukan sekali dalam setahun (Koentjaraningrat, 1974:106). Di Indonesia khususnya pada bulan Jawa perayaanperayaan upacara tahunan kebanyakan dilakukan pada bulan Syura, yaitu bulan pertama dari perhitungan tahun Jawa dan bulan Sapar yaitu bulan kedua perhitungan tahun Jawa. Upacara-upacara tradisi dilakukan karena ada dorongan perasaan manusia untuk melakukan perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib. c. Benda-benda Yang Merupakan Alat Dalam Upacara Benda-benda upacara alat-alat yang digunakan untuk menjalankan upacara tradisi. Adapun benda-benda yang digunakan dalam setiap upacara tradisi adalah alatalat bunyian, karena suara yang ditimbulkan akan menambah suasana keramat. d. Orang-orang Yang Melakukan Upacara Upacara tradisi merupakan proses kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat sebagai pendukungnya untuk melakukan suatu rangkaian kegiatan dengan seluruh sistem aturan-aturan dan nilai-nilai budaya yang berlaku yaitu kerukunan, gotongroyong, solidaritas. Dalam pelaksanaan upacara itu dibutuhkan orang-orang yang memainkan peranan penting yaitu Panyangahatn, seorang pemuka adat yang termasuk kategori orang tetua adat dalam masyarakat suku Dayak Kanayatn. 15

Upacara-upacara tradisional yang ada di Indonesia secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi: a. Upacara tradisi yang berkaitan dengan alam, merupakan upacara yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap dunia gaib dan semua peristiwa alam yang ada. b. Upacara tradisi yang berhubungan dengan leluhur. Upacara tradisi ini berhubungan erat dengan adanya harapan keselamatan dalam hidupnya, serta dijauhkan dari gangguan-gangguan makhluk halus dan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri. (Komanjaya Karkoro 1992: V). c. Upacara tradisi yang berkaitan dengan mitos, yaitu upacara tradisi yang di dalamnya mengandung pemujaan terhadap seseorang yang dianggap memiliki kemampuan diatas kemampuan manusia normal (memiliki kesaktian). d. Upacara tradisi yang berkaitan dengan legenda, dalam kaitannya dengan jenis ini dapat dilakukan klasifikasi sebagai berikut: 1. Legenda yang dianggap mempunyai daya kemampuan yang hebat atau benarbenar terjadi di dalam kehidupan masyarakat setempat misalnya batu penunggu kampong yang dianggap sebagai tempat makhluk halus selalu diberi sesajen berupa ancak. 2. Legenda yang menceritakan tentang kejadian di suatu tempat baik menyangkut nama tempat, bentuk potografi yaitu bentuk permukaan suatu daerah apakah berbukit-bukit, berjurang dan sebagainya. (James Dananjaya 1991: 75). 16

7. Fungsi Upacara Tradisional Untuk mengetahui fungsi upacara tradisional dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: a. Upacara tradisi dengan menggunakan pendekatan sosiologis Upacara tradisi ini dilakukan oleh seluruh warga masyarakat Desa Pahokng secara bersama-sama. Di dalam setiap pelaksanaan selalu mengandung aturanaturan atau pantangan yang tidak boleh dilanggar serta norma yang harus dipatuhi oleh semua warga masyarakat denga tujuan untuk memperoleh keselamatan bersama. Dalam upacara ini sangat terasa kebersamaan serta kekeluargaannya diantara satu dengan yang lainnya, sehingga terbangunlah nilai sosial yang sangat tinggi di dalam masyarakat Desa Pahokng. Dengan demikian terbangunlah rasa harmonis aman tenteram dan sejahtera di antara masyarakat Desa Pahokng. b. Fungsi pendekatan antropologis Dilihat dari sudut antropologis upacara tradisi ini mengandung arti doa atau mantera dalam bahasa daerah yaitu bahasa Dayak Kanayatn, yang disertai dengan segala macam perangkat adat dalam pelaksanaan upacara adat Nyangahatn yang dilakukan oleh semua masyarakat dalam bentuk ucapan syukur kepada Jubata (Tuhan) serta untuk meminta keselamatan dan berkat kepada Jubata (Tuhan). 8. Sistem Kerukunan Dalam Upacara Tradisional Kerukunan bagi orang Dayak adalah sebagai dasar utama untuk mencapai persatuan dan kesatuan masyarakat. Pengertian rukun menurut (Sujamto, 1991: 65) 17

adalah keadaan dimana terdapat sikap saling pengertian dan dalam perbedaan dan saling penghargaan serta penuh persahabatan antar sesama masyarakat. Sedangkan menurut (Niels Mulder, 1991: 42-43) pengertian rukun yang dimaksud adalah berada dalam harmoni tenteram dan damai, seperti persahabatan ideal tanpa pertengkaran dan perselisihan, bersahabat dan terpadu dalam tujuan dan saling membantu satu sama lain. Dalam sebuah kehidupan masyarakat yang majemuk selalu diwarnai dengan suatu perbedaan karena setiap individu atau kelompok berasal dari sebuah lingkungan keluarga yang berbeda. Namun bukan berarti perbedaan tersebut tidak dapat diatasi, tetapi jika masing-masing individu atau kelompok ada sikap saling pengertian dan saling menghargai adanya perbedaan maka tidak akan terjadi pertengkaran atau perselisihan. 9. Nilai-Nilai Budaya Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat Nyangahatn diantaranya sebagai berikut: a. Nilai kebersamaan. Upacara adat Nyangahatn terkadang dilaksanakan secara bersama-sama oleh seluruh warga kampung. Pada saat persiapan, para warga melakukannya secara bergotong-royong. Realitas ini menunjukkan bahwa orang Dayak Kanayatn masih menjunjung tinggi semangat kebersamaan. Dengan kegiatan tersebut, masyarakat dapat memperkuat solidaritas di antara mereka. b. Nilai pelestarian sastra lisan dan bahasa asli. Nilai ini tampak dari pembacaan doa dan mantera dimana hal itu merupakan bagian dari sastra lisan yang harus dijaga 18

keberadaannya. Hal ini penting untuk menjaga tergesernya bahasa asli Dayak Kanayatn dari gempuran bahasa Indonesia atau bahasa asing. c. Nilai terima kasih kepada Jubata (Tuhan) atas segala berkat yang telah diberikan kepada manusia. Orang Dayak Kanayatn memahami bahwa hal itu merupakan karunia yang diberikan oleh Tuhan mereka, untuk itu mereka mengungkapkan rasa terima kasih dengan menyelenggarakan upacara adat Nyangahatn. d. Nilai spiritual. Nilai ini tercermin dari berbagai doa yang dipersembahkan kepada Tuhan orang Dayak Kanayatn yang dianggap telah memberikan rejeki yang melimpah. Dari sini tampak bahwa Nyangahatn tidak hanya sekedar tradisi, tetapi juga merupakan sebuah ruang dimana orang Dayak Kanayatn dapat mendekatkan diri dengan Tuhan untuk memohon, mengadu dan meminta perlindungan dari segala keburukan dalam hidup mereka. e. Nilai berbagi kepada sesama. Nilai ini tampak nyata khususnya pada perayaan Nyangahatn seusai panen, dimana hampir semua petani memasak hasil panen pertama, kemudian diadakan makan bersama. Mereka menyebutnya Makatn Nasi Barahu (makan nasi baru dari hasil panen). Jika acara ini diadakan bersama-sama, maka akan banyak nasi yang dimasak dan upacara semakin meriah. (http://yohanessupriyadi.blogspot.com/. Judul: Nyangahatn. Diunduh tanggal 18 Januari 2010). 10. Pengertian Simbol Menurut Budiono Herusatoto dalam bukunya yang berjudul Simbolisme Jawa, simbol atau lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan perantara 19

pemahaman terhadap objek dengan maksud bahwa sesuatu hal atau keadaan tersebut menjadi pemimpin pemahaman si subjek kepada objek dan menurut etimologinya simbol dan simbolisasi diambil dari kata Yunani Sumballo (Sumballein) yang mempunyai beberapa arti yaitu berwawancara, merenungkan, membandingkan, bertemu, melemparkan menjadi satu, menyatukan. Bentuk simbol adalah penyatuan dua hal menjadi satu. Tentang simbol dan simbolisasi terhadap dua macam pendapat atau pemikiran. (Budiono Herusatoto, 2008:18). Simbol merupakan hasil dari alam pemikiran masyarakat Dayak Kanayatn sebagai mahluk ciptaan Jubata yang memiliki keterbatasan. Gejala kehidupan manusia yang dapat lahir, hidup dan mati merupakan suatu pedoman bagi masyarakat Dayak Kanayatn akan ketidak kekalan hidup. Sebagai mahluk ciptaan yang fana, masyarakat Dayak Kanayatn merasa harus hidup dengan manusia ciptaan lain. (Nico Andas Putra, 2004: 134). B. Penelitian Yang Relevan Berikut ini dikemukakan penelitian yang relevan dengan membahas permasalahan yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu: Menurut skripsi Rizsa Renanda (1598002) Makna Tradisi Saparan Dalam Mendorong Kerukunan Warga Masyarakat Desa Warak Kecamatan Sidomukti Kotamadya Salatiga. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Membahas secara luas bagaimana makna tradisi Saparan di Desa Warak Kecamatan Sidomukti Kotamadya Salatiga. Dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Saparan adalah nilai keasatuan yakni rasa persaudaraan dan rasa ingin 20

membantu satu sama lainnya untuk memmunculkan rasa kebersamaan yang didasari oleh rasa senasib seperjuangan, serta nilai komunikasi yakni sebagai sarana komunikasi serta silaturahmi antar warga Desa Warak dan sekitarnya. Dalam penelitian skripsi Rizsa Renanda (1598002) memiliki kesamaan dengan penelitian skripsi yang saya buat, akan tetapi tempat, waktu, dan pelaksanaanya sangat jelas berbeda. Penelitian ini akan membahas secara luas bagaimana makna dari upacara adat Nyangahatn dalam upaya pelestarian budaya suku Dayak Kanayatn di Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat. Serta nilai-nilai kebersamaan masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. 21