NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 2 MODEL PALU

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

Keywords: Anemia, Social Economy

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Asupan Energi, Frekuensi Antenatal Care, Ketaatan Konsumsi Tablet Fe, Anemia

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang gizi terhadap Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Ratih Puspitasari 1,Ekorini Listiowati 2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

keywords: tea consumptions, hemoglobin levels, vocational students

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

Kata kunci :Frekuensi Antenatal Care, Ketaatan Konsumsi Fe, Anemia, Ibu Hamil

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

Pengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI. Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi :

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author :

KAJIAN ANEMIA PADA SISWI SMA DI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN TAHUN 2016 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Kecamatan Bunaken Kepulauan Kota Manado.

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO

Hubungan Anemia Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J410110102 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI SMA NEGERI 1 POLOARTO KABUPATEN SUKOHARJO. Oleh Endar Wahyu Choiriyah*Bejo Raharjo**Anisa Catur Wijayanti ** *Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat. FIK UMS,**Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS,*** *Email: endarwahyuchoiriyah@gmail.com ABSTRAK Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang disebabkan kurangnya zat gizi makro dan zat gizi mikro. Remaja yang terkena anemia akan berisiko pada saat melahirkan bayi dengan berat badan rendah dan dapat mengakibatkan kematian pada ibu maupun bayi pada proses persalinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tigkat asupan protein, zat besi dan vitamin C dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas X dan XI SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian ini menggunkan rancangan observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan recall 3x24 jam dan nilai kadar hemoglobin diperoleh dari pengambilan darah vena dengan alat digital merk easy touch. Populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas X dan kelas XI sebanyak 356 siswi. Pemilihan sampel dengan simple random sampling sebanyak 180 siswi. Uji statistik menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat asupan protein (p=0,10), ada hubungan tingkat asupan zat besi (p = 0,00; RP = 1,33;95% CI : 1,07-1,66) dan asupan vitamin C (p=0,00;rp : 1,58;95% CI 1,22-2,03) dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas X dan XI SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Kata Kunci : Asupan Protein, Asupan zat Besi, Asupan Vitamin C dan Kadar Hemoglobin Kepustakaan : 32, 2004-2014 anemia pada 1

ABSTRACT Anemia is one of the health problems caused by lack of macro-nutrients and micronutrients. Teenagers who are exposed to a risk of anemia at the time of having a baby with low weight and can lead to death in the mother and baby during delivery. The purpose of this study was to determine the relationship between levels of protein, iron and vitamin C with the incidence of anemia among adolescent girls in class X and XI SMAN 1 Polokarto Sukoharjo. This research method using the observational design with cross sectional approach. Data collected by 3x24 hour recall and value hemogobin levels obtained from venous blood sampling with digital tools brands touch easy. The population in this study was student of class X and XI as many as 356 students. Selection of the sample with simple random sampling as 180 students.statistical test using chi square. The results showed that there was no relationship between the level of protein intake (p = 0.10), intake of iron (p = 0.00; PR = 1.33; 95% CI: 1.07 to 1.66) and there was a relationship the level of vitamin C intake (p = 0.00; RP: 1.58; 95% CI 1.22 to 2.03) and the incidence of anemia among adolescent girls in class X and XI SMAN 1 Polokarto Sukoharjo. Keywords: Protein intake. Iron intake. Intake of Vitamin C and Hemoglobin Bibliography: 32, 2004-2014 anemia pada 2

PENDAHULUAN Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Jika perempuan mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (Rajab, 2009). Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional (Sayoga, 2006). Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, folat, riboplafin dan B12 (Briawan, 2014). Asupan protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi, maka dari itu protein bekerjasama dengan rantai protein mengangkut elektron yang berperan dalam metabolisme energi. Selain itu vitamin C dalam tubuh remaja harus tercukupi karena vitamin C merupakan reduktor, maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap (Muchtadi, 2009). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yag digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional.sampel penelitian adalah siswa kelas X dan XlSMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo berjumlah 180 siswa dengan metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan recall 3x24 jam dan nilai kadar hemoglobin diperoleh dari pengambilan darah vena dengan alat digital merk easy touch. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-Squre HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL Responden Menurut Umur Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Umur Frekuensi % 14 25 13,9 15 114 63,3 16 41 22,8 Jumlah 180 100 Distribusi frekuensi umur responden persentase terbesar adalah umur 15 tahun yaitu sebanyak 114orang (63,3%). Sedangkan persentase terkecil adalah umur 14 tahun yaitu sebanyak 25 orang (13,9%). anemia pada 3

Analisis Univariat 1. Tingkat Asupan Protein Tabel 2. Distribusi freuensi responden berdasarkan tingkat asupan protein Asupan Frekuensi % Protein Tidak 156 86,7 Normal Normal 24 13,3 Jumlah 180 100 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mempunyai asupan protein dibawah angka kecukupan gizi yaitu 156 orang (86,7%) dan asupan protein normal yakni seanyak 24 orang (13,3%). 2. Tingkat Asupan Zat Besi Tabel 3. Distrbusi frekuensi responden berdasaran tingkat asupan zat besi Asupan frekuensi % Zat Besi Kurang 130 72,2 Cukup 50 27,8 Total 180 100 Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki asupan zat besi kurang sebanyak 130 orang (72,2%) dan sebagian besar memiliki asupan protein cukup yaitu sebanyak 50 orangi (27,8%). 3. Tingkat Asupan Vitamin C Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasaran tingkat asupan vitamin C Asupan frekuensi % vitamin C Kurang 130 72,2 Cukup 50 27,8 Total 180 100 Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui dari 180 responden, 130 siswi (72,2%) memiliki asupan vitamin C yang kurang, sementara 50 siswi (27,8%) memiliki asupan vitamin C yang cukup. 4. Kadar Hemoglobin Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin Kadar Hemoglobin frekuensi (%) Anemia 143 79,4 Tidak Anemia 37 20,6 Total 180 100 Sebagian besar responden mengalami anemia yaitu 143 orang (79,4%) sedangkan responden yang tidak mengalami anemia yakni sebanyak 37 orang (20,6%). anemia pada 4

Analisis Bivariat 1. Hubungan Antara Tingkat Asupan Protein dengan Kejadian Anemia Tabel 6. Hubungan tingkat asupan protein dengan kejadian anemia. Asupan Protein Kejadian Anemia Anemia Tidak Anemia Total p value n % n % n % Tidak Normal 127 81,4 29 18,6 156 100 Normal 16 66,7 8 32,3 24 100 0,10 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebanyak 8 (33,3) responden yang mempunyai asupan protein normal dan tidak mengalami anemia, sedangkan responden yang mempunyai asupan protein tidak normal dan mengalami anemia sebanyak 127 (81,4%). Berdasarkan hasil uji Fisher s Exact didapatkan nilai p = 0,10 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat asupan protein dengan di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. 2. Hubungan Antara Tingkat Asupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia Tabel 7. Hubungan tingkat asupan zat besi dengan kejadian anemia Asupan Zat Besi Kejadian Anemia 95% CI Total p Tidak RP Anemia value Anemia Lower Upper n % n % n % Kurang 111 85,4 19 14,6 130 100 Cukup 32 64,0 18 36,0 50 100 Berdasarkan tabel 7, menunjukkan bahwa responden yang mempunyai asupan zat besi kurang terdapat 111 (85,4%) mengalami anemia sedangkan responden yang memiliki asupan zat besi cukup terdapat 18 (36,0%) tidak mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji 0,00 1,33 1,07 1,66 Chi Square didapatkan nilai p = 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat asupan zat besi dengan kejadian anemia remaja putri di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Dari tabel 7, diketahui nilai Rasio Prevalens (RP) sebesar anemia pada 5

1,33 yang berarti kekurangan zat besi akan berisiko 1,33 kali lebih besar terkena anemia. Nilai 95% CI : 1,07-1,66 yang berarti nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 maka dapat diartikan bahwa kekurangan zat besi merupakan faktor risiko terjadinya anemia. 3. Hubungan Antara Tingkat Asupan Vitamin C dengan Kejadian Anemia Tabel 9. Hubungan tingkat asupan vitamin C dengan kejadian anemia Asupan Vitamin C Kejadian Anemia 95% CI Total p Tidak RP Anemia value Anemia Lower Upper n % n % n % Kurang 115 88,5 15 11,5 130 100 Cukup 28 56,0 22 44,0 50 100 Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai asupan vitamin C kurang terdapat 115 (88,5%) mengalami anemia sedangkan responden yang memiliki asupan vitamin C cukup terdapat 22 (44,0%) tidak mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p= 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat asupan vitamin C dengan di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Dari tabel 9, diketahui nilai Rasio Prevalens (RP) sebesar 1,58 berarti responden yang mempuyai asupan vitamin C kurang memiliki risiko 1,58 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan asupan vitamin C cukup. Nilai 95% CI : 1,22-2,03 yang berarti nilai interval 0,00 1,58 1,22 2,03 kepercayaan tidak mencakup angka 1 maka dapat diartikan kekurangan vitamin C merupakan faktor risiko terjadinya anemia. 2. PEMBAHASAN Umur Responden Umur responden terbanyak yakni pada kelompok umur 15 tahun sebanyak 114 (63,3%), sementara kelompok umur terendah terdapat pada kelompok umur 14 tahun sebanyak 25 (13,9%). Hal ini dapat dipahami karena pada usia remaja mempunyai risiko terkena anemia sepuluh kali lebih besar. Remaja mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam dalam masa pubertas sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak (Tarwoto, dkk, 2010). Analisis Univariat 1. Tingkat Asupan Protein. Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui tingkat asupan anemia pada 6

protein. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 24 orang (13,3%) memiliki asupan proein normal, sementara 156 orang (86,7%) memiliki asupan protein dibawah angka kecukupan gizi yaitu <90 dan >119 gr/hari. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa proporsi asupan protein dibawah angka kecukupan gizi lebih besar dibandingkan dengan yang mempunyai asupan protein normal. Hal ini disebabkan karena responden sering mengkonsumsi makanan yang kurang mengandung zat gizi dan sebagian responden tidak sarapan di pagi hari. Protein sangat berperan penting dalam masa remaja karena pada masa remaja kebutuhan protein meningkat untuk proses pertumbuhan yang lebih cepat. Apabila protein terbatas akan digunakan menjadi sumber energi. 2. Tingkat Asupan Zat Besi Sebagian besar responden yakni sebanyak 130 (72,2%) responden mempunyai asupan zat besi yang kurang setiap harinya. Sedangkan hanya sebesar 50 (27,8%) responden mempunyai asupan zat besi yang cukup. Proporsi asupan zat besi kurang, lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang mempunyai asupan zat besi cukup. Hasil recall konsumsi makanan selama 3 berturutturut responden sebagian besar mengkonsumsi lauk nabati daripada lauk hewani di setiap harinya. 3. Tingkat Asupan Vitamin C Sebagian besar responden yakni sebanyak 130 (72,2%) responden mempunyai asupan vitamin C yang kurang setiap harinya. Sedangkan hanya sebesar 50 (27,8%) responden mempunyai asupan vitamin C yang cukup. Proporsi asupan vitamin C kurang lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang mempunyai asupan vitamin C cukup. Hasil recall konsumsi makanan selama 3 berturutturut responden sebagian besar kurang mengkonsumsi buahbuahan karena dalam kebutuhan sehari-hari vitamin C dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan, dalam tubuh vitamin C hanya disimpan sebanyak 1500 mg sedangkan anjuran mengkonsumsi vitamin C sekitar 100mg/hari. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati (Almatsier, 2009). 4. Kadar Hemoglobin Lebih dari separuh responden 143 (79,4%) mengalami anemia, sementara 37 (20,6%) memiliki kadar hemoglobin normal (tidak mengalami anemia). Hal ini dapat dipahami mengingat proporsi tingkat asupan protein, zat bei dan vitamin C responden kurang, sehingga memungkinkan responden untuk mengalami anemia. Analisis Bivariat 1. Hubungan Antara Tingkat Asupan Protein dengan Kejadian Anemia anemia pada 7

Berdasarkan tabel 7 diperoleh data bahwa asupan protein tidak normal dan mengalami anemia sebanyak 127 (81,4%). Sedangkan tidak ada asupan protein normal dan tidak mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai p = 0,10 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat asupan protein dengan kejadian anemia remaja putri di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fernandez pada tahun 2010 yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna tingkat asupan protein dengan kadar hemoglobin pada siswi kelas XI SMU Negeri 1 Ngawi. Tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin rendah tingkat konsumsi protein maka semakin cenderung untuk menderita anemia. Tidak ada hubungan dalam penelitian ini disebabkan karena adanya faktor kekurangan makanan yang mengandung zat gizi makro dan sebagian responden tidak sarapan di pagi hari sehingga asupan protein terbatas yang akan digunakan sebagai sumber energi. 2. Hubungan Antara Tingkat Asupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia Berdasarkan tabel 8 diperoleh data bahwa asupan zat besi kurang terdapat 111 (85,4%) mengalami anemia sedangkan responden yang memiliki asupan zat besi cukup terdapat 32 (64,0%) tidak mengalami anemia. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi asupan zat besi kurang lebih banyak dibandingkan dengan respoden yang mempunyai asupan zat besi cukup. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai p = 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat asupan zat besi dengan di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Pada hasil uji statistik diketahui nilai RP sebesar 1,33 yang berarti kekurangan zat besi akan berisiko 1,33 kali lebih besar terkena anemia. Nilai 95% CI : 1,07-1,66 yang berarti nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 dapat diartikan bahwa kekurangan zat besi belum merupakan faktor risiko terjadinya anemia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Farida (2007), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Anemia besi pada remaja terjadi karena pola konsumsi makanan remaja masih didominasi dengan makanan nabati yang merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan, 2014). Besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh sebagai faktor utama pembentuk anemia pada 8

hemoglobin. Apabila jumlah simpanan zat besi dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan juga rendah maka tubuh akan mengalami kekurangan zat besi sehingga pembentukan hemoglobin terganggu dan mengakibatkan terjadinya anemia (Almatsier, 2004). 3. Hubungan Antara Tingkat Asupan Vitamin C dengan Kejadian Anemia Berdasarkan tabel 9 diperoleh data responden yang mempunyai asupan vitamin C kurang terdapat 115 (88,5%) mengalami anemia sedangkan responden yang memiliki asupan vitamin C cukup terdapat 22 (44,0%) tidak mengalami anemia. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi responden yang mempunyai asupan vitamin C kurang lebih banyak dibandingkan dengan respoden yang mempunyai asupan vitamin C cukup. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai p = 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat asupan vitamin C dengan di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Nilai Rasio Prevalens (RP) sebesar 1,58 berarti responden yang mempuyai asupan vitamin C kurang memiliki risiko 1,58 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan asupan vitamin C cukup. Nilai 95% CI : 1,22-2,03 yang berarti nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 maka dapat diartikan kekurangan vitamin C merupakan faktor risiko terjadinya anemia. Hal ini sejalan dengan penelitian Farida (2007), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan tingkat konsumsi vitamin C dengan kejadian anemia pada remaja putri. Vitamin C dapat berperan meningkatkan absorbs zat besi non heme menjadi empat kali lipat, vitamin C dan zat besi membentuk senyawa absorbs besi kompleks yang mudah larut dan mudah diabsorbsi sehingga lebih mudah terkena anemia (Proverawati dan Asfuah, 2009). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden berumur 15 tahun yaitu sebanyak 114 orang (63,3%). Paling sedikit responden berumur 14 tahun yaitu sebanyak orang 25 (13,9%). Sementara responden mengalami anemia yaitu 143 orang (79,4%) sedangkan responden yang tidak mengalami anemia yakni sebanyak 37 orang (20,6%). 2. Lebih dari separuh responden dengan asupan protein tidak normal yakni sebanyak 156 orang (86,7%) sedangkan responden dengan asupan protein normal yakni sebanyak 24 orang (13,3%). Sebagian besar responden dengan asupan zat besi kurang yaitu 130 orang (72,2%) sedangkan responden dengan asupan zat anemia pada 9

besi cukup yakni sebanyak 24 orang (13,3%). Lebih dari separuh responden dengan asupan vitamin C kurang yaitu 130 orang (72,2%) sedangkan responden dengan asupan vitamin C cukup yakni sebanyak 50 orang (27,8%). 3. Tidak ada hubungan antara tingkat asupan protein dengan kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. 4. Ada hubungan antara tingkat asupan zat besi dengan kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. 5. Ada hubungan antara tingkat asupan vitamin C dengan di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Saran 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Diharapkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo untuk lebih meningkatkan penyuluhan mengenai anemia dan menghimbau kepada siswi untuk melakukan sarapan pagi setiap hari agar angka kejadian anemia remaja yang cukup tinggi dapat ditanggulangi. 2. Bagi Pihak Sekolah DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2009. Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Briawan, D. 2014. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta : EGC. Diharapkan bagi pihak sekolah untuk lebih intensif dalam memberikan informasi pada siswi misalnya dengan menyisipkan materi tentang anemia dalam pelajaran dan terus memantau para siswinya dalam mengkonsumsi tablet Fe untuk menurunkan angka kejadian anemia yang berisiko pada proses belajar mengajar dan prestasi siswinya. 3. Bagi Remaja Bagi remaja khususnya remaja putri diharapkan untuk dapat lebih menjaga pola makan yang baik untuk bisa diterapkan di rumah maupun di sekolah dan melakukan sarapan pagi secara teratur dengan meningkatkan asupan makanan yang mengandung zat besi, protein dan vitamin C serta mengkonsumsi suplemen besi secara rutin pada saat menstruasi. 4. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain diharapkan untuk menambah variabel penelitian seperti pengetahuan, sikap, infeksi, tingkat konsumsi gizi lainnya seperti energi, vitamin A, dan peran petugas kesehatan sehingga faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia dapat diketahui lebih dalam lagi. Farida, I. 2007. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006. [Tesis] Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. anemia pada 10

Fernandez, R. 2010. Hubungan Tingkat Asupan Protein, Besi dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Siswi kelas XI SMU Negri 1 Ngawi. [Skripsi] Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. Makna. Yogyakarta: Nuha Medika. Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC. Sayogo, S. 2006. Gizi Remaja Putri. Jakarta : EGC. Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : Alfabeta. Proverawati, A dan Asfuah, S. 2009. Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta : Muha Medika. Potter, P.A dan Perry A.G. 2005.Buku Ajaran Frundamental keperawatan. Jakarta:EGC Proverawati, A dan Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi Penuh anemia pada 11