BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memperoleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management),

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan jumlah perusahaan go public. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menyesatkan stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dipercayakan kepada manajemen. Pengguna ingin menilai apa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai syarat mutlak apabila perusahaan tersebut telah go public untuk kepentingan investor

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi-informasi

BAB I pihak - pihak yang memiliki kepentingan antara pemilik dan manajemen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. antara pemilik perusahaan (principal), manajemen (agent), dan karyawan.

BAB I perusahaan dan arus kas masa depan. Informasi laba harus terlihat baik guna

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan dengan perusahaan lain sehingga dapat menilai apakah

BAB I PENDAHULUAN. Penipuan dan skandal keuangan yang dilakukan oleh perusahaan Toshiba,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis. Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi manajeman meningkatkan nilai perusahaan sangatlah penting karena

BAB I PENDAHULUAN. modal bagi perusahaan yang berada pada tahapan start up, karena pada tahapan

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi untuk memperoleh laba yang maksimal demi memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laba telah menjadi indikator umum bagi pihak manajemen dan pihak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bersangkutan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

BAB I PENDAHULUAN. kinerja seseoarang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang baik akan menjadi informasi dalam pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit yang baik ditandai dengan adanya pelatihan serta keahlian industri

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. ketidaksejajaran kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent).

BAB I PENDAHULUAN. dengan para stakeholdersnya. Kinerja keuangan, tanggungjawab manajer kepada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memilih untuk go publik. Yang dimaksud dengan. dapat memperoleh dana yang besar untuk menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent), baik pihak principal maupun agent

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. dan manipulasi semua jenis informasi keuangan. Bahkan saat ini banyak. earnings restatements dan manipulasi earnings oleh

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan antara manajer atau agen dan pemilik atau prinsipal (agency theory), UKDW

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sebenarnya. Oleh karena itu laporan keuangan menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. Manajer yang bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan harus lebih banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. hasil sesuai dengan harapan yaitu mendapatkan laba yang maksimal. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi pula dan dengan laba tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB I Investor asing yang berasal dari negara dengan label good governance dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50/55 (revisi 2006) yang merupakan produk dari adoposi standar

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menjadi standar akuntansi tunggal yang berlaku secara global.

BAB I PENDAHULUAN. pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mendapatkan manfaat privat manajer atau meningkatkan nilai perusahaan.

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan Keuangan merupakan suatu sarana untuk mempertanggung-jawabkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan itu sendiri adalah memiliki wewenang dalam pembuatan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan bisnis perusahaan. CSR merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban sosial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. investor atau pihak lain untuk mengetahui aktivitas ekonomi yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawabannya kepada pihak penyedia dana. Dana dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat dan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Manajemen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber informasi bagi stakeholder dalam menilai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham (stockholders). Tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda, hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Harjito dan Agus, 2005). Di tengah persaingan global yang semakin ketat, perusahaan berlomba untuk meningkatkan daya saing diberbagai sektor untuk dapat menarik minat investor dalam berinvestasi. Oleh karena itu, nilai perusahaan menjadi sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat memengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat memberikan sinyal positif kepada investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar (investor) percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Media yang digunakan oleh investor, kreditor dan pemerintah untuk mengetahui nilai perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan sangat penting karena didalamnya terkandung informasi mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan. Salah satu cara yang dilakukan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan yang dapat memengaruhi tingkat laba yang ditampilkan adalah manajemen laba. Praktik 1

2 manajemen laba dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai aktifitas manajemen laba memiliki persistensi yang lebih rendah dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas operasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini (Ferdawati, 2009). Namun praktik manajemen laba mengakibatkan laba yang dilaporkan tidak benar, sehingga akan menyebabkan nilai perusahaan berkurang di masa yang akan datang (Kamil, 2014). Pihak manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba yang lebih baik (Halim dkk. 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) menyebutkan bahwa manajemen laba dapat menurunkan nilai perusahaan. Dari sekian banyak informasi yang diperhatikan investor dalam satu laporan keuangan pada umumnya yang menjadi pusat perhatian adalah informasi laba. Para investor sering kali fokus pada laba perusahaan tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut (Beattie, el al 1994). Kondisi inilah yang sering dimanfaatkan manajer untuk melakukan manajemen laba. Manajemen laba dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba komulatif perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan (Fischer dan Rosenzweirg, 1995). Menurut Healy dan Palepu (1993), ada tiga alasan manajemen melakukan hal tersebut, yaitu: manajer memiliki lebih banyak informasi tentang strategi dan

3 operasi bisnis yang dikelolanya, kepentingan manajer yang tidak selaras dengan investor, dan tidak sempurnanya aturan akuntansi dan audit. Walapun legal dan terlihat aman, tetapi manajemen laba memiliki dampak yang dapat merugikan pihak lain. Konsekuensi bila manajer melakukan manajemen laba adalah manajer tersebut dapat kehilangan reputasi, pekerjaan, dan karirnya. Sedangkan konsekuensi bagi perusahaan adalah adanya ancaman tindakan yang tidak menyenangkan dari karyawan, kesalahpahaman dari pelanggan, tekanan dari investor, pemutusan hubungan dari rekan kerja perusahaan, tuntutan hukum dari aparat, boikot dari aktivis, pandangan sinis dari masyarakat, dan pengungkapan dari media yang pada akhirnya akan menghancurkan reputasi perusahaan (Fombrun, et al 2000). Konsekuensi jangka panjangnya adalah perusahaan akan kehilangan dukungan dari stakeholder yang berujung pada meningkatnya kewaspadaan dan kecurigaan dari shareholder dan stakeholder lainnya (Zahra, et al 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Roychowdhury (2006), menyatakan bahwa manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni. Hal ini dilakukan melalui discretionary accrual atau dengan cara manipulasi aktivitas riil (real earnings management). Manajemen laba akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan agar target laba tercapai. Namun, manipulasi akrual dibatasi oleh general accepted accounting principles (GAAP) dan manipulasi akrual di tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan manajemen laba riil sulit dideteksi karena manipulasi ini terjadi sepanjang periode

4 akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian dan mencapai target analysis forecast. Gunny (2005), mengelompokkan manajemen laba dalam tiga kategori yaitu akuntansi yang curang, manajemen laba akrual, dan manajemen laba riil (real earnings management). Penelitian Gunny (2005), Roychowdhury (2006), Zang (2007), Graham, et al (2005), menemukan bahwa manajer sudah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil setelah periode Sarbanes-Oxley Act (SOX). Menurut Gunny (2005), pergeseran dari manajemen laba akrual ke manajemen laba riil disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Kedua, hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang berisiko karena perusahaan mungkin mempunyai fleksibilitas yang terbatas untuk mengatur akrual, misalnya keterbatasan dalam melaporkan akrual diskresioner (Graham, et al 2005). Graham, et al (2005) juga memberikan bukti empiris bahwa para manajer cenderung melakukan aktivitas manajemen laba riil dibandingkan dengan manajemen laba akrual. Hal ini disebabkan karena aktivitas manajemen laba riil sulit dibedakan dengan keputusan bisnis optimal dan lebih sulit dideteksi, meskipun biaya yang digunakan dalam aktivitas tersebut secara ekonomik signifikan bagi perusahaan. Menurut Roychowdhury (2006), meskipun terdapat biaya yang terkait dengan manipulasi aktivitas nyata, manajemen tidak hanya

5 mengandalkan tindakan manipulasi melalui akrual dalam memanipulasi laba karena manipulasi aktivitas riil digunakan apabila manipulasi akrual tidak mencapai target. Selain itu, manipulasi akrual hanya dapat dilakukan pada akhir periode untuk mencapai target, apabila tidak terpenuhi maka manajemen dapat menggunakan manipulasi melalui aktivitas riil yang dilakukan sepanjang tahun dan sulit dideteksi. Oleh karena itu, metode manipulasi aktivitas riil menjadi alternative lain bagi manajer yang dapat dilakukan untuk mengatur laba selain manajemen laba akrual yang mudah dideteksi. Roychowdhury (2006), menemukan bukti bahwa perusahaan menggunakan berbagai macam cara manajemen laba riil sebagai acuan pelaporan keuangan untuk menghindari pelaporan kerugian tahunan, hasil penelitiannya menemukan bahwa para manajer menyediakan tiga cara yaitu dengan melakukan diskon-diskon harga untuk menaikkan penjualan sementara, produksi secara besar-besaran untuk menurunkan kos barang terjual, dan mengurangi pengeluaran diskresioner untuk memperbaiki margin yang dilaporkan. Manajemen laba riil dapat dideteksi melalui 3 hal yaitu arus kas operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner perusahaan maka dari itu untuk mendeteksi adanya tindakan manajemen laba rill digunakan tiga proksi yaitu perhitungan berdasarkan manipulasi arus kas kegiatan operasi, manipulasi biaya produksi, dan manipulasi biaya diskresioner. Di Indonesia terjadi beberapa kasus manajemen laba diantaranya menurut Hidayat (2015, www.kompasiana.com), PT Kimia Farma tahun 2002 melakukan kesalahan pencatatan dan penjualan sehingga menyebabkan profit overstated

6 sebesar Rp 32,7 miliar untuk periode akuntansi tahun 2001. PT Indofarma menurut Yuliawati (2004, www.bisnis.tempo.com) pada tahun 2004 terdapat kesalahan pencatatan persediaan barang dalam proses sehingga terdapat kasus profit overstated sebesar Rp 28,87 miliar. Kasus Lippo Bank menurut Sumantyo (2003, www.suaramerdeka.com) dengan cara menerbitkan 3 (tiga) versi laporan keuangan sekaligus dan saling berbeda antara satu dan lainnya, yaitu laporan keuangan yang dipublikasi dalam media massa, kepada BAPEPAM, dan kepada manajer perusahaan. Kasus manajemen laba di luar negeri seperti kasus Enron, yang melibatkan pihak manajemen, auditor dan para petinggi lainnya menggambarkan manajemen laba dilakukan tidak hanya dari manajemen saja bahkan auditor eksternal juga ikut membantu manajemen untuk melakukan manajemen laba (Firmansyah, 2011, Bisnis.Tempo.com). Dari kasus-kasus tersebut tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dapat menurunkan nilai perusahaan yang berakibat terjadinya ketidakpercayaan oleh para pemangku kepentingan terhadap perusahaan tersebut. Dengan demikian nilai perusahaan menjadi penting untuk diteliti agar publik dapat mengetahui bagaimana kondisi perusahaan tempat mereka melakukan investasi. Tindakan manajemen laba terjadi karena adanya konflik keagenan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan. Hal ini sesuai dengan pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat memengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Konflik keagenan mengakibatkan adanya sifat

7 opportunistic manajemen yang mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti para investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Menurut investor kualitas audit dapat dilihat dari laporan auditor maupun reputasi auditor. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat menyejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas kualitas audit dijadikan sebagai variabel pemoderasi untuk mengurangi perilaku oportunistik yang dilakukan oleh pihak manajemen. Dengan adanya pemeriksaan yang berkualitas oleh auditor eksternal akan dapat menurunkan terjadinya manajemen laba dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kualitas audit yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari, 2004). Maka dari itu laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan harus melalui pemeriksaan oleh auditor eksternal agar menimbulkan kepercayaan oleh para pengguna laporan keuangan seperti investor dan kreditor laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan yang telah di audit oleh auditor eksternal yang memiliki reputasi baik di bidangnya akan lebih dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan.

8 Auditor dapat membatasi tindakan manajer yang merugikan perusahaan, serta membantu menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap perusahaan tersebut sehingga dapat menciptakan nilai perusahaan yang baik. Pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor bertujuan untuk meminimalisir asimetri informasi. Auditing yang berkualitas tinggi (high-quality auditing) bertindak sebagai pencegah manajemen laba yang efektif, karena reputasi manajemen akan hancur dan nilai perusahaan akan turun apabila pelaporan yang salah ini terdeteksi dan terungkap (Ardiati, 2005) dalam Indriani, 2010). Penelitian kualitas audit di Indonesia baik langsung atau tidak langsung secara umum masih sangat terbatas validitasnya, yaitu menggunakan ukuran KAP yang berafiliasi dengan Big 4, atau spesialisasi industri KAP (Herusetya, 2009; Mayangsari, 2004). Penelitian ini mengembangkan sebuah pengukuran kualitas audit yang bersifat multidimensi, meliputi dimensi kompetensi dan independensi, dengan menggunakan compositemeasure dalam bentuk skor dari beberapa pengukuran kualitas audit yang telah diuji dalam penelitian sebelumnya. Pengukuran ini disebut audit quality metric score (selanjutnya disebut AQMS). Pengukuran dengan pendekatan AQMS ini merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh (Herusetya. dkk 2012) dalam penelitian kualitas audit yang diukur dalam bentuk skor dari beberapa proksi yang digunakan. Dalam penelitian ini kualitas audit diukur dengan ukuran KAP, KAP spesialis industri, audit tenur, client important, dan opini audit going concern.

9 Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan dengan menggunakan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi pada Perusahaan Indeks Bisnis-27. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan Tobin s Q karena rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Bisnis- 27 periode 2012-2014. Indeks Bisnis-27 merupakan indeks harga saham hasil kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Harian Bisnis Indonesia. Harian Bisnis Indonesia sebagai pihak independen yang dapat mengelola indeks ini secara lebih independen dan fleksibel. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Indeks Bisnis-27 dikarenakan perusahaan yang masuk kategori ini telah dipilih berdasarkan kriteria fundamental, kriteria teknikal atau likuiditas transaksi, dan akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. Hal tersebut membuat peneliti ingin menguji apakah dalam Perusahaan Indeks Bisnis-27 yang dipilih dengan kriteria fundamental tersebut menggunakan manajemen laba sebagai cara untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam bentuk laporan keuangan serta ingin menguji seberapa efektif atau berkualitas keberadaan audit untuk mencegah terjadinya manajemen laba yang merugikan pihak pengguna laporan keuangan terutama investor. Hal tersebut dikarenakan Perusahaan Indeks Bisnis-27 ini akan dijadikan salah satu acuan oleh investor untuk melakukan investasi di pasar modal.

10 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1) Apakah manajemen laba riil berpengaruh pada nilai perusahaan pada Perusahaan Indeks Bisnis-27 periode 2012-2014? 2) Apakah kualitas audit dapat memoderasi pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan pada Perusahaan Indeks Bisnis-27 periode 2012-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan dengan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi. Oleh karena itu tujuan penelitian ini secara khusus membahas tentang pengaruh sebagai berikut: 1) Menguji pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan pada Perusahaan Indeks Bisnis-27 periode 2012-2014. 2) Menguji pengaruh kualitas audit sebagai pemoderasi antara manajemen laba pada nilai perusahaan pada Perusahaan Indeks Bisnis-27 periode 2012-2014.

11 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat akademik Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembuktian yang dapat memperkuat teori yang telah ada dan dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan dengan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi di bidang akuntansi. 1.4.2 Manfaat praktis 1) Bagi perusahaan Penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang dampak manajemen laba riil yang dilakukan oleh pihak manajemen dan pengaruhnya pada nilai perusahaan dengan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi. 2) Bagi pengguna laporan keuangan Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengguna laporan keuangan, investor, maupun calon investor mengenai terjadinya praktik manajemen laba riil. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti mengenai pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan dengan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi.