BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta, Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi pendidik, sebab disamping memberikan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan dapat diartikan sebagai proses. budi pekerti yang luhur serta moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogis, PT. Rinneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. mereka. 2 Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 13.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 2 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta, 2012, hlm Ibid,hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. 2 Matematika adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm 104.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses mengembangkan pembelajaran potensi dirinya, agar untuk peserta memiliki didik secara kekuatan aktif spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. 2 Jadi pendidikan bukan hanya alih pengetahuan (transfer of knowledge) dan pembekalan keterampilan, tetapi lebih penting dari itu adalah upaya pembentukan kepribadian yang baik sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Pendidikan sebagai proses yang mengarahkan manusia kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaan sesuai kemampuan dasar (fitrah), penting sekali diberikan kepada peserta didik. Guru sebagai pengajar bertugas mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sehingga peserta didik mengerti, memahami, menghayati, dan dapat mengamalkan berbagai ilmu pengetahuan tersebut. Guru juga berperan sebagai pendidik yang berusaha membentuk budi pekerti yang baik, pembentuk nilai-nilai moral. Pendidikan di dalamnya terkandung sebuah pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diuraikan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Pada dasarnya, pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengondisikan merangsang seseorang agar bisa belajar dengan 1 Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2. 2 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 5.

2 baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.3 Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance).4 Ini berarti setelah belajar individu mengalami perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti yang luas dapat overt behavior atau innert behavior. Dengan demikian, perubahan itu dapat dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada aspek kognitif, potensi yang perlu dikembangkan adalah potensi berpikir para peserta didik dengan melatih mereka untuk memahami secara benar, menganalisis secara tepat, mengevaluasi berbagai masalah yang ada di sekitarnya, dan lain sebagainya. Pada aspek afektif, para peserta didik perlu dilatih untuk peka dengan kondisi lingkungan sekitarnya, sehingga mereka bisa memahami nilai-nilai dan etika-etika dalam melakukan hubungan relasional dengan lingkungan sekitarnya. Pada aspek psikomotorik, peserta didik perlu dilatih untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam aspek kognitif dan afektif dalam perilaku nyata dalam kehidupan sehariharinya.5 Islam menggambarkan belajar dan kegiatan pembelajaran dengan bertolak dari firman Allah surat An-Nahl ayat 78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.6 Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.7 Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi 3 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 5. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta, 2004, hlm. 167. 5 M. Nur Ghufron, Psikologi, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm. 105. 6 Al-Qur an Surat An-Nahl ayat 78, Al-Qur an Terjemah Bahasa Indonesia, Menara Kudus, Kudus, 2006, hlm. 275. 7 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 9. 4

3 peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.8 Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar mencapai tujuan pembelajaran. Adapun upaya untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan seorang pendidik yang berkualitas sehingga dalam pola pembelajaran yang diajarkan dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan peserta didik serta dapat melakukan perbaikan dan pengembangan. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah informasi sendiri. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas menuntut terpenuhinya seluruh standar pelajaran, yang antara lain adalah standar persiapan, proses, dan hasil. Dalam fase persiapan, dibutuhkan adanya perangkat pembelajaran yang memadai, seperti adanya guru yang profesional, media dan alat pembelajaran yang memadai, kelas yang kondusif, dan sebagainya. Belajar merupakan proses untuk membangun gagasan atau pemahaman. Oleh karena itu, pembelajaran harus memberikan ruang yang luas kepada peserta didik untuk melakukan proses belajarnya secara mudah, lancar, dan termotivasi. Guru harus 8 Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Ibid, hlm. 4.

4 menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, kondusif, komunikatif. Program yng berpusat pada anak (childecentered) merupakan orientasi baru dalam kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran. Standar proses menuntut adanya kesiapan berbagai elemen di dalam kelas untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Pada akhirnya peserta didik sebagai subjek pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajarnya, baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotornya. Siswa diberikan kesempatan untuk mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari. Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka dan siswa bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Mereka membawa pengertian yang lama dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.9 Namun kenyatannya, tidak semua yang dibutuhkan dan diharapkan dalam proses pembelajaran dapat terwujud. Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dihadapkan pada berbagai masalah sehingga peserta didik tidak dapat mengikuti dan memahami materi yang sedang dipelajari. Dengan cara mengajar yang biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh murid. Usaha guru itu tuntas dibantu dengan kegiatan tambahan yang terutama terdiri atas (1) feedback atau umpan balik yang terperinci kepada guru maupun murid, (2) sumber dan metode-metode pembelajaran tambahan di mana saja diperlukan. Usaha tambahan itu dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pembelajaran dan meningkatkan kemampuan anak memahami apa yang diajarkan dan dengan demikian mengurangi jumlah waktu untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.10 9 Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar, Diva Press, Yogyakarta, 2013, hlm. 58. 10 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm. 58.

5 Guru haruslah bekerja keras untuk menyiasatinya. Hal yang dibutuhkan oleh para guru adalah mereka harus dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses pembelajaran, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif untuk mencoba dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas sesuai dengan kondisi nyata, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan yang tentunya semakin memperkaya khasanah model pembelajaran yang telah ada. Guru sebagai penyaji disyaratkan perlunya memahami setiap pokok materi yang akan disajikan dan/atau dipelajari peserta didik secara tuntas, pembelajaran harus dibangun dengan kegiatan yang bervariasi, memiliki orientasi untuk menyelesaikan pembelajaran dengan tahapan yang tepat dan jelas, menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan proses pembelajaran, dan mampu melakukan penilaian tentang daya serap yang dimiliki peserta didik sehingga dapat ditetapkan bahwa sukses dalam pembelajaran. Efektivitas mengajar perlu dibangun dengan menetapkan target dan atau tujuan yang jelas (rumusan kompetensi dan indikatornya), memilih menetapkan materi, menetapkan dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang bervariasi, merumuskan syntax atau menetapkan urutan tugas yang akan dilakukan guru maupun peserta didik dan melakukan evaluasi (penilaian).11 Mata pelajaran Fiqih merupakan bahan kajian yang memuat ide pokok yaitu mengarahkan peserta didik untuk menjadi muslim yang taat dan saleh dengan mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam sehingga menjadi dasar pandangan hidup melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, latihan, serta pengalaman peserta didik sehingga menjadi muslim yang selalu bertambah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Mata pelajaran ini memang memerlukan internalisasi materi pelajaran ke dalam diri peserta didik, pendidik dituntut bagaimana caranya agar materi yang diajarkan dapat teraktualisasi dalam kehidupan peserta didik. Bagaimana 11 Ibid, hlm.55.

6 materi tersebut agar dapat diterima peserta didik sehingga peserta didik mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karenanya, diperlukan metode belajar mengajar yang tepat yang memanfaatkan segala komponen yang ada secara maksimal. Berdasarkan pengamatan di MI NU Tholibin Tanjungkarang, proses pembelajaran Fiqih mengalami beberapa kendala, di antaranya adalah pertama, aspek waktu yaitu waktu yang disediakan terbatas dengan muatan materi yang begitu padat dan penting yang menuntut pemahaman hingga terbentuk watak dan kepribadian. Selain itu, materi Fiqih lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan dan minim dalam pembentukan sikap dan pembiasaan. Kedua, aspek guru yaitu volume suara guru yang kurang keras membuat peserta didik jenuh, bosan, bahkan mengantuk sehingga kurang mampu menyerap materi yang telah disampaikan. Di samping itu, guru harus dapat memilah dan memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai.. Ketiga, aspek peserta didik yaitu kurangnya perhatian dan kontrol dari orang tua dan banyaknya volume bermain yang berupa game online dan di luar rumah yang tak terkendali. Tingkat konsentrasi para peserta didik pun mengalami fluktuasi. Terdapat peserta didik yang bermain, mengganggu teman yang lain, malas mencatat, dan sengaja tidak mengerjakan PR. Beberapa kendala ini mengakibatkan hasil pembelajaran menjadi kurang optimal.12 Disisi lain, hasil belajar peserta didik pada kelas IV dalam kategori cukup, yaitu sebagian peserta didik mampu menguasai materi pembelajaran dengan baik dan ada beberapa peserta didik yang masih mengalami kesulitan belajar. Nilai KKM pada mapel Fiqih sebesar 70. Oleh karena itu, peserta didik dituntut untuk mencapai nilai ketuntasan. Namun, pada realtasnya masih ada sebagian peserta didik yang belum mampu mencapai nilai ketuntasan. Sehingga guru harus memberikan program remidial maksimal 3 kali. Selanjutnya, bagi peserta didik yang telah mencapai nilai di atas KKM, guru 12 Hasil observasi dalam interaksi belajar mengajar pada mata pelajaran Fiqih kelas IV di MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus pada tanggal 11 Januari 2016 pukul 08.15 WIB.

7 memberikan soal-soal pengayaan. Akan tetapi, terkadang justru membuat nilai peserta didik menjadi rendah dikarenakan tidak bisa menjawab pertanyaan ataupun hasil dari mencontek jawaban teman yang salah.13 Lingkungan sekolah yang berada dalam pemukiman warga yang tidak terlalu ramai dan kondusif. Selain itu, dekat dengan masjid yang dalam suasana keheningan biasanya digunakan oleh para guru dan peserta didik untuk praktik ibadah.14 Menanggapi fenomena di atas, maka diperlukan strategi pembelajaran guna memperlancar proses pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat ditinjau dari segi ilmu, seni, dan/atau keterampilan yang digunakan pendidik dalam upaya membantu memotivasi, membimbing, membelajarkan, memfasilitasi peserta didik sehingga ia atau mereka melakukan kegiatan belajar. Ditinjau dari segi ilmu, strategi pembelajaran digunakan oleh pendidik dengan menerapkan prinsip-prinsip, fungsi, dan asas ilmiah yang didukung oleh berbagai teori psikologi, khususnya psikologi pembelajaran dan psikologi sosial, sosiologi, dan antropologi. Di samping itu, pendidik terus mengembangkan sistem dan model-model operasional strategi pembelajaran melalui survei dan eksperimen dengan menggunakan teknik-teknik observasi, deskripsi, prediksi, dan pengendalian. Dari segi seni, pendidik dapat melakukan upaya peniruan, mofifikasi, penyempurnaan, dan pengembangan alternatif model pembelajaran yang ada bagi penumbuhan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan situasi lingkungan. Dari segi keterampilan, pendidik dapat melaksanakan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode, teknik, dan media pembelajaran yang telah dikuasai secara profesional sehingga kegiatan belajar terlaksana secara tepat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.15 Ketiga aspek strategi pembelajaran tersebut, yaitu segi ilmu, 13 Hasil Wawancara dengan Saidah, S.Pd.I, Guru Mata Pelajaran Fiqih Kelas IV pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 11.00-11.15 WIB. 14 Hasil observasi di MI NU MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 12.00 WIB. 15 Sudjana, Strategi Pembelajaran, Falah Production, Bandung, 2000, hlm. 6-7.

8 seni, dan keterampilan saling melengkapi dan saling mendukung antara satu dengan lainnya. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Artinya, bagaimana guru dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Namun, perlu diingat bahwa tidak satu pun strategi pembelajaran yang ingin dicapai sama. Artinya, dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik peserta didik dan sesuai kondisi yang diharapkannya.16 Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru dan siasat agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dengan baik. Misalnya, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah yang relatif banyak membutuhkan strategi pembelajaran tersendiri yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah yang jumlah peserta didiknya terbatas. Dengan demikian, strategi pembelajaran yang digunakan berbeda. Hal ini menjadikan begitu pentingnya implementasi strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Fiqih yang dilakukan oleh guru agar peserta didik antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar. Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah strategi matriks ingatan. Srategi matriks ingatan berbentuk metrik dari baris-baris dan kolom-kolom kosong atau satu kolom yang telah diisi. Strategi ini dapat mengevaluasi daya ingat peserta didik akan materi pelajaran yang penting dan hubungan antar materi serta menilai kecakapan peserta didik mengorganisisasikan informasi ke dalam kategori-kategori tertentu. Ibu Saidah, S.Pd.I menerapkan strategi matriks ingatan pada mata pelajaran Fiqih kelas IV yang diharapkan peserta didik dapat terlibat secara 16 Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PALKEM; Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm. 6.

9 aktif dalam proses pembelajaran Fiqih dan tetap mempunyai perhatian ketika guru menyampaikan materi. Selama penyampaian materi, peserta didik dituntut untuk mencermati dan memahami materi yang disampaikan sehingga dapat menyerap materi yang diajarkan. Sekain itu, tujuan pembelajaran Fiqih melalui strategi matriks ingatan dapat meningkatkan kecakapan menghafal, meningkatkan kecakapan membaca, mengembangkan kecakapan belajar, strategi, dan kebiasaan, mempelajari terma-terma dan fakta-fakta ilmu pengetahuan, serta mempelajari konsep-konsep dan teori-teori ilmu pengetahuan.17 Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul, Implementasi Strategi Matriks Ingatan pada Mata Pelajaran Fiqih di MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian bertujuan agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta terhindar dari adanya beragam interpretasi dan meluasnya masalah dalam pemahaman skripsi ini. Maka batasan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus. 2. Penerapan kegiatan pembelajaran menggunakan strategi matriks ingatan pada mata pelajaran Fiqih di MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus. 3. Mata pelajaran yang digunakan adalah mata pelajaran Fiqih kelas IV MI. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan 17 Hasil Wawancara dengan Saidah, S.Pd.I, Guru Mata Pelajaran Fiqih Kelas IV pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 11.00-11.15 WIB.

10 penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan terjadi isu-isu dan tidak membuahkan hasil apa-apa. Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas dan untuk memspesifikkan penelitian, dapat dimunculkan beberapa permasalahan yang akan dikaji secara seksama sebagai berikut: 1. Bagaimana pembelajaran Fiqih di MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus tahun pelajaran 2016/2017? 2. Bagaimana pelaksanaan strategi matriks ingatan pada mata pelajaran Fiqih di MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus tahun pelajaran 2016/2017? 3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat implementasi strategi matriks ingatan pada mata pelajaran Fiqih di MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus tahun pelajaran 2016/2017? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pembelajaran Fiqih di MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus tahun pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan strategi matriks ingatan pada mata pelajaran Fiqih di MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus tahun pelajaran 2016/2017. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi strategi matriks ingatan pada mata pelajaran Fiqih dimi NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus tahun pelajaran 2016/2017. E. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

11 1. Manfaat teoritis a. Bagi Ilmu Pengetahuan 1) Hasil penelitian diharapkan memiliki nilai teoritis yang dapat menambah informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. 2) Secara umum untuk mengembangkan kajian pendidikan, khususnya dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam implementasi strategi matriks ingatan terhadap peningkatan kemampuan kognitif dalam pembelajaran Fiqih. b. Bagi Pendidik 1) Menambah pengetahuan bagi para pendidik agar lebih memahami tentang implementasi strategi matriks ingatan. 2) Menambah wawasan yang luas bagi para pendidik agar lebih menguasai tentang berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran terutama mata pelajaran Fiqih. c. Bagi Peneliti 1) Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis dan relevan. 2) Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan strategi matriks ingatan. 2. Manfaat praktis a. Bagi Peserta Didik Dapat menumbuhkan semangat belajar dan keaktifan serta kerjasama antar peserta didik, meningkatkan motivasi, dan menciptakan daya tarik dalam pembelajaran Fiqih. b. Bagi Madrasah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kepala madrasah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kemampuan menggunakan strategi matriks ingatan. peserta didik dengan