Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

dokumen-dokumen yang mirip
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA TASIKMALAYA,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORAGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN BREBES

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 42 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBEBANAN BIAYA PAKSAAN PENEGAKAN HUKUM

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

2018, No Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan organis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Walikota Tasikmalaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KELURAHAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 10

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

Walikota Tasikmalaya

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN STANDAR USAHA KARAOKE

Walikota Tasikmalaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 124 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 124 TAHUN 2016

BUPATI JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan P

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

Walikota Tasikmalaya

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANDUNG

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah sebagaimana telah

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 64 TAHUN 2016 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN WALIKOTA MADIUN,

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEPARA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TASIKMALAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR TAHUN : TENTANG PUSAT PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Transkripsi:

- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG RELIGIUS DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (4) dan Pasal 18 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya, perlu membentuk Peraturan Walikota tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4117); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 4. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 11 Tahun 2009 tentang Ketertiban Umum (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2009 Nomor 109);

- 2-5. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Nomor 156); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG RELIGIUS DI KOTA TASIKMALAYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 2. Walikota adalah Walikota Tasikmalaya. 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya. 4. Setiap orang adalah orang perseorangan, instansi atau badan usaha. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud dibentuknya Peraturan Walikota ini adalah untuk mewujudkan efektifitas penerapan ketentuan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya. (2) Tujuan dibentuknya Peraturan Walikota ini adalah untuk memberikan pedoman bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya.

- 3 - BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Walikota ini mengatur hal-hal sebagai berikut: a. Tata Kerja Tim Koordinasi Penerapan Pembangunan Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya; b. Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif; dan c. Ketentuan Penutup. BAB IV TATA KERJA TIM KOORDINASI PENERAPAN TATA NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG RELIGIUS DI KOTA TASIKMALAYA Pasal 4 Untuk mewujudkan keterpaduan antara peran serta masyarakat dan kewenangan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, dibentuk Tim Koordinasi Penerapan Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya. Pasal 5 (1) Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan dengan Keputusan Walikota, yang keanggotaannya terdiri dari unsur : a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan b. Masyarakat. (2) Tim koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat non struktural dan bertanggung jawab secara langsung kepada Walikota. (3) Struktur Tim Koordinasi paling sedikit terdiri dari : a. Pembina yang dijabat secara ex officio oleh forum koordinasi pimpinan daerah, unsur pemerintah dan unsur masyarakat; b. Ketua merangkap anggota yang dijabat secara ex officio oleh Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya; c. Wakil Ketua merangkap anggota yang dijabat secara ex officio oleh unsur masyarakat; d. Sekretaris merangkap anggota yang dijabat secara ex officio oleh Kepala SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesatuan bangsa;

- 4 - e. Wakil Sekretaris merangkap anggota yang dijabat oleh unsur masyarakat; dan f. Anggota yang dapat terdiri dari perwakilan unsur pemerintah, unsur pemerintah daerah dan unsur masyarakat. Pasal 6 (1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Tim Koordinasi Penerapan Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya, dibentuk Sekretariat Tim Koordinasi Penerapan Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya. (2) Sekretariat Tim Koordinasi Penerapan Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya berkedudukan di SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesatuan bangsa. (3) Sekretariat Tim Koordinasi Penerapan Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya dikepalai oleh Sekretaris Tim Koordinasi Penerapan Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang Religius di Kota Tasikmalaya yang anggotanya dapat terdiri dari unsur Pemerintah Daerah dan unsur masyarakat. Pasal 7 Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mempunyai tugas pokok : a. menyusun pedoman penerapan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius; b. melaksanakan sosalisasi, pembinaan dan pengawasan penerapan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius; dan c. melaksanakan konsultasi dan koordinasi penerapan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius. Pasal 8 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Tim Koodinasi mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan pedoman penerapan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius di Kota Tasikmalaya dalam bentuk rencana program dan kegiatan; b. penyebarluasan informasi tentang tata nilai kehidupan masyarakat yang religius di Kota Tasikmalaya; c. pembinaan pelaksanaan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius di Kota Tasikmalaya baik secara langsung maupun tidak langsung; dan

- 5 - d. pengawasan dalam bentuk koordinasi dan konsultasi dengan instansi dan SKPD dalam rangka penerapan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius di Kota Tasikmalaya Pasal 9 (1) Dalam rangka penerapan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius di Kota Tasikmalaya, Tim Koordinasi menyampaikan rekomendasi kepada Walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. (2) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Walikota menunjuk dan menetapkan SKPD yang bertanggungjawab melaksanakan program dan kegiatan penerapan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius di Kota Tasikmalaya sesuai dengan kewenangannya. (3) Dalam hal substansi rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat program dan kegiatan yang merupakan kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pihak swasta, maka Walikota menindaklanjutinya dalam bentuk rekomendasi, koordinasi dan/atau konsultasi. Pasal 10 Dalam rangka keterpaduan, keharmonisan dan keberlanjutan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius di Kota Tasikmalaya, maka tim koordinasi dan/atau Pemerintah Daerah melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius di Kota Tasikmalaya. Pasal 11 (1) Tim Koordinasi menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya paling kurang 6 (enam) bulan sekali. (2) SKPD yang ditunjuk dan ditetapkan sebagai penanggunjawab pelaksanaan program dan kegiatan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius di Kota Tasikmalaya, menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. BAB V TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 12 (1) Setiap orang yang mempekerjakan orang lain yang : a. tidak memberikan kesempatan kepada karyawan/pegawai untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama berdasarkan keyakinannya masingmasing dapat dikenakan sanksi administratif berupa : 1. teguran; 2. peringatan tertulis;

- 6-3. penghentian kegiatan; dan/atau 4. pencabutan izin. b. tidak menyediakan sarana peribadatan secara layak sesuai kebutuhan dan ketentuan peraturan perundangundangan dapat dikenakan sanksi administratif berupa : 1. teguran; 2. peringatan tertulis; 3. penghentian kegiatan; dan/atau 4. pencabutan izin. (2) Setiap lembaga, baik Pemerintah Daerah maupun swasta yang tidak mengatur dan menetapkan ketentuan berpakaian bagi setiap pegawai, karyawan dan/atau orang yang berada dibawah tanggung jawabnya atau lingkungan kerjanya dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan, cara berpakaian menurut ajaran agamanya dan norma kesopanan dapat dikenakan sanksi administratif berupa : a. teguran; b. peringatan tertulis; c. penghentian kegiatan; dan/atau d. pencabutan izin. (3) Penerapan sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 4, huruf b angka 4 dan ayat (2) angka 4 dilaksanakan sesuai kewenangan Pemerintah Daerah. (4) Dalam hal sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 4, huruf b angka 4 dan ayat (2) angka 4 bukan merupakan kewenangan pemerintah daerah, penerapannya dilakukan dengan menerbitkan rekomendasi pencabutan izin kepada lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Pasal 13 Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut : a. teguran: 1. teguran diberikan sebanyak 1(satu) kali; 2. teguran disampaikan secara lisan oleh pegawai yang ditunjuk oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja; 3. teguran sebagaimana dimaksud pada angka 2 dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh pegawai yang ditunjuk dan penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya; 4. dalam hal penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya menolak

- 7 - menandatangani berita acara, maka penandatanganan berita acara cukup dilakukan oleh pegawai yang ditunjuk dengan mencantumkan keterangan penolakan. b. peringatan tertulis: 1. peringatan tertulis diberikan apabila penyelenggara kegiatan usaha dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak teguran disampaikan, mengabaikan teguran sebagaimana dimaksud pada huruf a; 2. peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut; 3. peringatan tertulis diberikan untuk jangka waktu sebagai berikut : a) peringatan tertulis ke-1 selama 10 (sepuluh) hari kalender; b) peringatan tertulis ke-2 selama 7 (tujuh) hari kalender; dan c) peringatan tertulis ke-3 selama 3 (tiga) hari kalender. 4. peringatan tertulis diberikan oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja; 5. jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3 mulai berlaku terhitung sejak diterimanya peringatan tertulis oleh penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggungjawabnya; 6. penerimaan peringatan tertulis dibuktikan dengan tanda terima yang ditandatangani oleh penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggungjawabnya; 7. dalam hal penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya menolak menandatangani tanda terima, maka dalam tanda terima dicantumkan keterangan penolakan. c. penghentian kegiatan : 1. penghentian kegiatan diberikan apabila penyelenggara kegiatan usaha mengabaikan seluruh peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf b; 2. penghentian kegiatan dapat dilakukan oleh penyelenggara kegiatan usaha atau dengan upaya paksa oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja; 3. penghentian kegiatan dilakukan setelah Kepala SKPD yang membidangi penerbitan izin, menerbitkan keputusan pencabutan sementara izin; 4. pencabutan sementara izin dilakukan berdasarkan rekomendasi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja; 5. keputusan pencabutan sementara izin disampaikan kepada penyelenggara kegiatan usaha dan dibuktikan dengan tanda terima yang ditandatangani pegawai yang ditunjuk dan penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya;

- 8-6. penghentian kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dilaksanakan dengan pemasangan keterangan tertulis yang berisi tentang pernyataan penghentian kegiatan tempat usaha; 7. dalam jangka waktu paling lama 3 hari kalender setelah pemasangan keterangan tertulis yang berisi tentang pernyataan penghentian kegiatan tempat usaha, penyelenggara kegiatan usaha wajib menghentikan kegiatan usahanya; 8. apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 7 tidak dilaksanakan oleh penyelenggara kegiatan usaha, maka Kepala Satuan Polisi Pamong Praja melakukan penutupan paksa; 9. pelaksanaan penghentian kegiatan usaha oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh pegawai yang ditunjuk dan penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya; 10. dalam hal penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya menolak menandatangani berita acara, maka penandatanganan berita acara cukup dilakukan oleh pegawai yang ditunjuk dengan mencantumkan keterangan penolakan. d. pencabutan izin : 1. Penerapan sanksi admisnistratif berupa pencabutan izin dilaksanakan sesuai kewenangan Pemerintah Daerah; 2. pencabutan izin dapat berupa pencabutan sementara dan pencabutan tetap; 3. pencabutan sementara izin diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 hari; 4. dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3 penyelenggara kegiatan usaha dapat mengajukan permohonan pencabutan keputusan tentang pencabutan sementara izin kepada Kepala SKPD yang membidangi penerbitan izin setelah yang bersangkutan melakukan perbaikan atas pelanggaran yang dilakukan; 5. berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 4, Kepala SKPD yang membidangi penerbitan izin melakukan verifikasi secara teknis dan administrasi; 6. verifikasi sebagaimana dimaksud pada angka 5 dilaksanakan oleh Tim Teknis Perizinan dan dituangkan dalam berita acara; 7. berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud pada angka 6, Kepala SKPD yang membidangi penerbitan izin dapat menerima atau menolak permohonan pencabutan keputusan tentang pencabutan sementara izin; 8. apabila permohonan diterima, maka Kepala SKPD yang membidangi penerbitan izin mengeluarkan keputusan tentang pencabutan keputusan pencabutan sementara izin, sehingga penyelenggara kegiatan usaha dapat

- 9 - menyelenggarakan kegiatan usahanya sesuai izin setelah Kepala Satuan Polisi Pamong Praja mencabut sanksi penghentian kegiatan yang dituangkan dalam bentuk surat pemberitahuan kepada penyelenggara kegiatan usaha; 9. apabila permohonan ditolak, maka setelah lewat jangka waktu 30 hari sebagaimana dimaksud pada angka 3, Kepala SKPD yang membidangi penerbitan izin mengeluarkan keputusan pencabutan tetap izin; 10. pencabutan izin disampaikan secara tertulis kepada penyelenggara kegiatan usaha dan dibuktikan dengan tanda terima yang ditandatangani oleh penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya; dan 11. dalam hal penyelenggara kegiatan usaha atau karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya menolak menandatangani tanda terima, maka dalam tanda terima dicantumkan keterangan penolakan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Tasikmalaya. Ditetapkan di Tasikmalaya pada tanggal 7 April 2015 WALIKOTA TASIKMALAYA, Ttd. Diundangkan di Tasikmalaya pada tanggal 7 April 2015 SEKRETARIS DAERAH KOTA TASIKMALAYA, Ttd. H. BUDI BUDIMAN H. I. S. HIDAYAT BERITA DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 NOMOR 214