BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan hak publik. Mardiasmo, (2002).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB1 PENDAHULUAN. kuantitatif bersifat keuangan dalam kesatuan ekonomi yang dapat. Alat yang digunakan untuk menghasilkan informasi akuntansi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB I PENDAHULUAN. dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi ternyata memberikan dampak yang luas terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan sebagai bukti pertanggung jawaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan negara, fungsi perencanaan, pengorgamsas1an,

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pula. Reformasi di bidang keuangan negara menjadi sarana peningkatan performa

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan didukung oleh sebuah sistem akuntansi yang handal.

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang. dilaksanakan secara periodik (Winidyaningrum, 2010).

OBRIAN TRISNA PRATAMA B

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik (seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Reformasi tata kelola pemerintahan dan organisasi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah di inginkan untuk berbuat lebih banyak dalam perubahan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam satu periode

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. kepedulian dan kemajuan dalam mewujudkan peningkatan kualitas kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi Pemerintah yang menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 akan

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

IKA NUR MAULIDA AFFIANI B

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Menurut Goldberg (1965) dikutip oleh Wise (2010) teori kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan ialah lembaga yang dimaksudkan. Selain

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

REGULASI DAN STANDAR TERKAIT AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2002). penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. dituntut dapat disajikan secara transparan dan akuntabel. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan laporan keuangan. Sesuai amanat undang-undang yaitu Pasal 5

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkannya, salah satunya dalam bidang keuangan pemerintahan. Dimana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dari sudut pandang ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Mardiasmo, (2002). Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo. (2006). Untuk menegakan akuntabilitas finansial khususnya di daerah, pemerintah daerah betanggungjawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada stakeholder. Governmental Accounting Standards Board (1999) dalam Concepts Statement No 1 tentang Objectives of Finacial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan di pemerintah yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk 1

mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaanya. Banyak pihak yang akan mengandalkan informasi dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi tersebut harus bermanfaat bagi para pemakai sama dengan menyatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai (Suwardjono,2005). Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipahami dan digunakan oleh pemakai dan juga bermanfaat kalau pemakai mempercayai informasi tersebut. Kebermanfaat merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat ditentukan sacara kualitatif dalam hubunganna dengan keputusan, pemakai dan keyakinan pemakai terhadap informasi. Kriteria ini secara umum disebut karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) atau kualitas (qualities) informasi. Kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat yang disebut dalam kerangaka konseptual akuntansi pemerintah (PP No. 24 Tahun 2005) terdiri dari: (a) relevan, (b) andal, (c) dapat dibagikan dan (d) dapat dipahami. Usaha awal memperkenalkan akuntansi akrual di negara bagian dilakukan akhir tahun 1996 dan dikembangkan pada tahun 1999. Pengenalan akuntansi akrual dalam sektor publik biasanya bertujuan untuk 2

menyediakan pengukuran dan komunukasi yang lebih akurat, posisi dan performa keuangan serta meningkatkan akuntabilitas dan trasparasi (Pallot,1997 dan Van Der Hoek, 2005 dalam Cohen, 2007) Sistem akuntansi akrual digunakan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas administrasi publik serta manajemen aset dan sumber daya yang efektif yang akhirnya mempengaruhi kinerja. Manfaat tersebut dapat dinikmati dengan melakukan investasi pada sumber daya melalui teknologi baru dan software baru, peningkatan keahlian akuntansi, pelatihan dan lain-lain. Persoalan awal ketika berpindah dari akuntansi berbasis kas menuju akuntansi berbasis akrual adalah sebagi berikut: 1. Kelompok pertama mengacu pada isu-isu pokok akuntansi seperti standar dan perlakuan akuntansi yang berasal dari fakta bahwa perbedaanperbedaan antara sektor publik dan privat diabaikan dan sektor publik dipaksa untuk mengadopsi praktek pelaporan keuangan yang hampir identik dengan yang digunakan oleh sektor privat. 2. Kelompok kedua mengacu pada hambatan yang berhubungan dengan ukuran dan masalah organisasi yang muncul karena keterbatasan sumber daya dan pengetahuan. Penggunaan akuntansi akrual biasanya menciptakan kebutuhan untuk melatih staf dan manajemen yang akan mengoperasikan sistem baru. 3

Jika persoalan tersebut di atas tidak diatasi. Penggunaan sistem akuntansi berbasis akrual akan terhambat. Menurut bukti empiris, ketidaktersediaan sumber daya terlatih diiringi keterampilan dan keahlian yang minimal, tidak adanya insentif bagi penggunaan akuntansi akrual, setidaknya staf dan software yang layak untuk menerapkan akuntansi akrual atau untuk menggunakan berbagai informasi yang disediakan dalam tatanan yang rapi profesional secara sistematis merupakan hambatan terhadap modernisasi sistem akuntansi publik (Cohen, 2007). Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Laporan keuangan pemerintah kemudian disampaikan kepada DPR/DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Adapun komponen laporan keuangan yang disampaikan tersebut meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. 4

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut (SAK, 2009). Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia 2009, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagai dasar pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 januari 2007. Undang-undang No 17 Tahun 2003 memberikan masa transisi untuk perubahan dari cash basis ke accrual basis dalam waktu 5 Tahun (sampai tahun 2008). Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang diterapkan saat ini harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah (SAP) yang diterbitkan saat ini harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005, yaitu menggunakan basis modifikasi kas menuju akrual. Basis ini mengaruskan penyajian akun aset, kewajiban dan ekuitas dengan basis akrual, sedangkan akun pendapatan, belanja dan pembiayaan menggunakan basis kas. 5

Pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia merupakan sesuatu hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Kenyataan di dalam laporan keuangan pemerintah masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai. Selain itu juga masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam pelaksanaan audit laporan keuangan pemerintah. Menurut Mardiasmo, dalam Pasal 33 UU No33/2004 disebutkan bahwa Menteri Keuangan Berhak menunda penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU) bila pemerintah daerah (pemda) belum menyerahkan laporan sistem keuangan daerah, termasuk APBD. Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Agung Pambudhi mendukung kebijakan Depkeu tersebut. Setidaknya terdapat tiga alasan yang dapat dijadikan dasar sanksi tersebut: (1) UU No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah (2) faktor koordinasi nasional, yaitu pelaporan perda APBD yang sering terlambat sehingga menggunakan perekonomian nasioanal (3) faktor kepentingan daerah. Di dalam konsep Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada bab Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Keuagan mengenai Pengendalian Intern disebutkan bahwa sistem informasi yang relevan dengan tujuan laporan keuangan, salah satunya sistem akuntansi yang terdiri dari model dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengelola mengihktisarkan dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun 6

kondisi) untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang dan ekuitas yang bersangkutan (BPK RI, 2006). Pengendalian intern yang efektif juga sangat diperlukan agar penerapan SAP dapat berjalan sebagaimana mestinya, seperti yang dikatakan Arens et al. (2008) bahwa pengendalian internal yang efektif akan memengaruhi pelaksanaan standar akuntansi dalam menciptakan laporan keuangan yang andal. Pengendalian intern adalah proses yang dilakukan untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan termasuk didalamnya penerapan SAP. Sistem Akuntansi sebagai suatu sistem informasi membutuhkan manusia untuk menjalankan sistem yang ada. Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, maka kapasitas sumber daya manusia yang melaksankan sistem menjalankan sistem akuntansi sangatlah penting. Dari uraian diatas yang sudah dijelaskan maka, peneliti tertarik untuk meneliti hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Wari Komarasari pada seluruh SKPD kabuapaten Bantul bagian akuntansi dan keuangan menunjukan bahwa Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah menunjukkan bahwa nilai 7

koefisien determinasi (R2) adalah 0,356, yang berarti seluruh variabel bebas (Kapasitas SDM, Pemanfaatan TI dan Pengendalian Intern Akuntansi) mempunyai kontribusi secara bersama-sama sebesar 35,6% terhadap variabel terikat (keterandalan), sedangkan 64,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, sedangkan pada uji F diperoleh hasil F hitung sebesar 18,171 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Berdasarkan nilai signifikan yang diperoleh 0,000 lebih kecil dari 0,05, menunjukan bahwa variabel kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Pada uji t yang pertama diperoleh t hitung sebesar 0,226 dengan nilai signifikan sebesar 0,882 lebih sebesar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bantul maka hipotesis pertama (H1) ditolak, sedangakan pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah kabupaten Bantul. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Emilda Ishanti tahun 2014 dengan studi empiris pada SKPD kabupaten Lima puluh kota Dari tampilan tabel besarnya Adjusted R Square adalah 0,186. Hal ini mengidentifikasikan bahwa konstribusi variabel kompetensi SDM dan penerapan SAKD adalah sebesar 18,6%, sedangkan 81,4% lainnya 8

ditentukan oleh faktor lain diluar model yang tidak terdeteksi dalam penelitian ini. Dari hasil pemprosesan data, dapat dilihat bahwa F hitung yaitu 9,453 dengan nilai signifikan yaitu 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen (kompetensi SDM dan penerapan SAKD) secara bersama-sama (simultan) mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen (kualitas laporan keuangan daerah). Hasil pengujian hipotesis H1 menunjukkan bahwa nilai critical ratio (CR) adalah 11,645 dan S.E sebesar 0,637. Ini juga terlihat dari nilai estimate sebesar 2,678. Dengan demikian hasil uji statistik berhasil membuktikan bahwa sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini disebabkan kondisi sub bagian akuntansi/ tata usaha keuangan yang sudah mendukung. Dari hasil wawancara pada saat pengambilan kuesioner diperoleh informasi bahwa sumber daya manusia di sub bagian akuntansi/ tata usaha keuangan yang ada di pemerintah daerah Subosukawonosraten sudah mencukupi baik dari sisi jumlah maupun kualifikasinya. Hasil pengujian hipotesis H2 menunjukkan bahwa nilai critical ratio (CR) adalah 11,407 dan S.E sebesar 0,171. Ini juga terlihat dari nilai estimate sebesar 1,446. Dengan demikian hasil uji statistik berhasil membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hasil pengujian hipotesis H3 menunjukkan bahwa nilai unstandardized coefficients sumber daya manusia sebesar 0,001, nilai std. Error sebesar 9

0,002, nilai standardized coefficients sebesar 0,017, nilai t sebesar 0,463, dan nilai signifikansi sebesar 0,644. Dengan demikian hasil uji statistik berhasil membuktikan bahwa sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hasil pengujian hipotesis H4 menunjukkan bahwa nilai unstandardized coefficients pemanfaatan teknologi informasi sebesar 0,052, nilai std. Error sebesar 0,002, nilai standardized coefficients sebesar 0,878, nilai t sebesar 24,544, dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian hasil uji statistik berhasil membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian As Syifa Nurillah (2014) tentang pengaruh kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, pemanfaatan teknologi informasi, dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Perbedaanya adalah: 1. Penelitian sebelumnya mengambil sampel SKPD kota Depok. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel di seluruh dinas dan BKAD kabupaten Sleman. 2. Peneliti sebelumnya menggunakan uji hipotesis dengan uji t, f dan R2 sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan uji t dan f. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil judul PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, 10

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI DAERAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah? 2. Apakah penerapan SAKD (Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah? 3. Apakah SPI (Sistem Pengendalian Intern) berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah? 4. Apakah kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah? C. BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu: 11

1. Data yang digunakan berupa kuesioner sehingga menghasilkan data primer. kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini di dikembangkan dari kuesioner Irwan tahun 2011. 2. Kualitas laporan keuangan yang digunakan yaitu relevan, andal, dapat dipahami dan dapat dibandingkan. 3. Kompetensi sumber daya manusia yang digunakan yaitu pengetahuan, keahlian (skill) dan perilaku. 4. Sistem akuntasi keuangan pemerintah daerah yang digunakan yaitu pemahaman tentang penerapan sistem akuntansi, kesesuaian sistem informasi dan prosedur akuntansi. 5. Peraturan yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur sistem pengendalian intern yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah. Yang mencakup unsurunsur (a) lingkungan pengendalian, (b) penilaian resiko, (c) kegiatan atau aktivitas pengendalian (d) informasi dan komunikasi (e) pemantauan. D. TUJUAN PENELITIAN Peneltian ini mempunyai tujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 12

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan SAKD (Sistem Akuntansi Keuanagn Daerah ) terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 3. Untuk mengetahui pengaruh SPI (Sistem Pengendalian Intern) terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memiliki manfaat sebagai sarana kontribusi ilmu pengetahuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern yang mempengaruhi terhadap kualitas laporan keuangan daerah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai media untuk menambah wawasan pengetahuan berfikir dan rekan-rekan mahasiswa, khususnya jurusan akuntansi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. b. Bagi Pemerintah, penelitian ini sebagai masukan untuk perbaikan 13

laporan keuangan pemerintah daerah. c. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menjadi sarana informasi mengenai masalah yang berkenaan dengan Laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Peneliti selanjutnya, sebagai referensi ilmiah mengenai masalah kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian itern dan kualiatas laporan keuangan pemerintah daerah yang akan diteliti. F. SISTEMATIKA PENELITIAN Sistematika penelitian ini dibagi dalam lima bab yang diuraikan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : Tinjauan Pustaka Berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu, dan hipotesis. BAB III : Metode penelitian Menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan. 14

BAB IV : Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan diuraikan tentang deskripsi objek penelitian, analisis, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : Penutup Sebagai bab terakhir dari penelitian ini akan diuraikan simpulan yang merupakan penyajian singkat apa yang diperoleh dalam pembahasan. Dalam bab ini juga dimuat saran saran dan batasan berdasarkan hasil penelitian 15