1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Mulyasa (2006:164) menyatakan bahwa, Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Mata pelajaran Matematika diberikan mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Berdasarkan penuturan guru dan observasi kelas pada mata pelajaran matematika yang dilakukan oleh peneliti pada kelas VIIIC SMP Negeri 2 Sokaraja didapat faktor-faktor kurang mendukung dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Kurangnya siswa mengajukan pertanyaan kepada guru ataupun teman hal ini terbukti ketika guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. 2) Daya imajinasi siswa masih kurang, terbukti pada saat mengerjakan soal latihan siswa kurang memiliiki alternatif dalam menyelesaikan masalah. 3) Siswa kurang berani dalam menyatakan dan menangapi pendapat terbukti ketika diskusi berlangsung siswa cenderung diam. 4) Kebanyakan siswa kurang mampu dalam melihat dan memecahkan masalah mengerjakan soal yang sulit, terbukti ketika guru memberikan soal yang sulit siswa malas untuk mengerjakan 5) Kurangnya keberanian siswa dalam mengambil resiko, terbukti pada saat diskusi siswa kurang dapat 1
2 mempertahankan pendapatnya sendiri, dari permasalahan tersebut dapat peneliti analisis bahwa kreativitas siwa masih rendah, oleh sebab itu peneliti melakukan penyebaran angket kreativitas siswa pada kelas VIII SMP Negeri 2 Sokaraja. Penyebaran angket dilakukan pada kelas C sampai I, karena pada kelas tersebut diampu oleh guru yang sama, dan didapat data sebagai berikut: Kelas VIII Rata-rata kreativitas siswa C 42,77% D 50,21% E 49,07% F 60,11% G 55,40% H 45,35% I 66,23% Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa kreativitas terendah ada pada siswa kelas VIIIC yang hanya mencapai 42, 77%, sedangkan indikator keberhasilan yang diharapkan oleh peneliti adalah 70 % dengan kriteria baik. Oleh karena itu peneliti memilih kelas tersebut sebagai subyek dalam penelitian. Selain faktor dari siswa, faktor guru dalam menyampaikan materi kepada siswa juga mempengaruhi rendahnya kreatifitas siswa. Menurut Munandar (1999:25) bahwa kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsurunsur yang sudah ada sebelumnya. Adapun indikator kreativitas yaitu: 1) Mempunyai rasa ingin tahu yang mendalam, 2) Mempunyai daya imajinas,
3 3) Orisinil dalam menyampaikan gagasan, 4) Mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dan 5) Sikap berani mengambil resiko. Proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas VIIIC SMP Negeri 2 Sokaraja adalah guru menyampaikan materi, sedangkan siswa mencatat dan memperhatikan, kemudian memberikan contoh soal, sedangkan siswa memperhatikan, dan dilanjutkan dengan pemberian soal untuk dikerjakan. Jika sistem pembelajaran tersebut selalu digunakan dalam proses belajar mengajar maka siswa akan merasa cepat bosan dan siswa tidak mempunyai kreativitas untuk mengembangkan gagasan/ide dan tidak mempunyai inisiatif dalam mengerjakan tugas-tugas baru. Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan maka perlu dicarikan pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satunya yaitu dengan penggunaan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), dirasa sangat tepat untuk mengatasi permasalahan diatas karena, Menurut Trianto (2010:81) Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk berfikir serta mempengaruhi pola interaksi siswa, untuk saling merespon dan membantu. Strategi Think Pair Share (TPS) berkembang dari penelitian belajar koperatif. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dalam Arends (1997) menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) merupakan cara yang evektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Think Pair Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi, pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat berfikir serta dapat berpasangan atau berkelompok
4 untuk memunculkan ide-ide atau gagasannya, adanya interaksi tatap muka antar siswa, adanya ketergantungan positif sehingga kreativitas siswa dapat ditingkatkan. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Aprilia (2009) bahwa pembelajaraan kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kreativitas. Dari uraian diatas dapat peneliti analisis bahwa kreativitas siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sokaraja dalam pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan Kubus dan Balok dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) A. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu: Apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kretivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sokaraja meningkat? B. Tujuan Penelitian Ingin mengetahui peningkatan kreativitas siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Sokaraja melalui pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
5 1. Manfaat Bagi Siswa a. Terbentuknya sikap kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. b. Siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). c. Siswa lebih kreatif. 2. Manfaat Bagi Guru a. Guru memiliki ketrampilan menggunakan metode Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan kreativitas. b. Keberhasilan guru sebagai pengajar meningkat. 3. Manfaat Bagi Sekolah Menyumbangkan pada sekolah dalam rangka memperbaiki pembelajaran matematika.