IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

III. METODE PENELITIAN. memberikan perlakuan terhadap sampel, kemudian dilakukan pengamatan. model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe NHT.

Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darul Huffaz Pesawaran yang terletak di jalan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTsN Batu Benawa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SQUARE

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemampuan bertanya menjadi hal yang penting bagi siswa, karena

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan di paparkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Terdapat 12 kelas paralel

BAB I PENDAHULUAN. Memecahkan masalah merupakan pekerjaan rutin manusia, sebab. dalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan pada masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. selama ini pada semester ganjil tahun pelajaran menunjukan bahwa

Malia 1, Dodik Mulyono², Reny Wahyuni³ STKIP-PGRI Lubuklinggau

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE TALKING STICK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. gagasan. Menurut Beni S. Ambarjaya ( 2012: 122 ), selama ini proses. untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN...

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian. yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 KENDARI

PENGARUH MODEL BELAJAR AKTIF TIPE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER (GQGA) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA. Oleh:

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa dengan eksperimentasi pembelajaran aktif tipe the powe of two disertai

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: AENUN NIM.

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2007, hlm 5. 1 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Yogyakarta, Arruz

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. 5.2 Saran-Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN. iii

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di kelas VII yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan

dan Refleksi. Adapun silkus tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

Transkripsi:

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran. Deskripsi data pemahaman konsep matematis siswa secara ringkas disajikan dalam Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Data Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Pembelajaran Jumlah Siswa Skor Terendah Skor Tertinggi Rata-rata Simpangan Baku Eksperimen 18 56,0 100,0 84,50 12,649 Kontrol 18 32,0 96,0 66,33 17,697 Berdasarkan data pada Tabel 4.1, diketahui bahwa perolehan rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol. Selanjutnya analisis data penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan, yaitu apakah rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe scramble lebih dari rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional.

34 a. Uji Hipotesis Data pemahaman konsep matematis siswa memenuhi syarat normal dan homogen, maka tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Hasil perhitungannya disajikan secara ringkas dalam Tabel 4.2 berikut, yang disajikan secara lengkap pada lampiran. Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Data Pemahaman Konsep Matematis Kelas x Varians (s 2 ) Varians Gabungan Eksperimen 84,50 160,000 236,588 18 Kontrol 66,33 313,176 18 n t hitung t tabel Kriteria 3,54 1,69 Terima H1 Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa t hitung > t tabel. Sehingga terima H1, artinya rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe scramble lebih tinggi dari rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan demikian, penerapan pembelajaran kooperatif tipe scramble berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII MTs Darul Huffaz Pesawaran semester genap tahun pelajaran 2013/2014. 2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut, yang disajikan secara lengkap pada lampiran.

35 Tabel 4.3 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep No Persentase Indikator. Eksperimen Kontrol 1. Menyatakan ulang suatu konsep 100% 44,4% 2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu sesuai konsepnya 96,7% 77,8% 3. Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep 97,2% 83,3% 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika 90,7% 86,1% 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep 80,6% 62,5% 6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu 72,7% 49,1% 7. Mengaplikasikan konsep 82,4% 65,7% Rata-rata 88,6% 67,0% Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa terdapat perbedaan hasil pencapaian indikator pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pencapaian indikator yang paling tinggi pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah indikator memberikan contoh dan non-contoh dari konsep dan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. Sedangkan pencapaian indikator yang paling rendah pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah indikator menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa persentase rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen sebesar 88,6% dan persentase rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol sebesar 67,0%. Dengan demikian, pencapaian indikator pemahaman konsep matematis pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

36 B. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan melalui uji-t, diketahui bahwa rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe scramble lebih tinggi daripada rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe scramble juga lebih baik daripada pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble memiliki strategi kerja kelompok yang melibatkan kelompoknya untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru dengan mencocokkan lembar pertanyaan dan jawaban yang memungkinkan siswa mampu mencari jawaban dengan tepat dan benar dari suatu konsep tertentu sehingga pembelajaran kooperatif tipe scramble ini sangat menarik perhatian siswa. Sejalan dengan pendapat Slameto (2003: 92) bahwa variasi model pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga ketika perhatian tersebut ada pada siswa maka pelajaran yang diterimanya akan dihayati dan diolah dalam pikirannya hingga timbul pengertian yang mengakibatkan siswa dapat membandingkan, membedakan, dan menyimpulkan pengetahuan yang diterimanya. Dalam proses yang terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe scramble, siswa diberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu antar anggota dalam kelompoknya yang memudahkan siswa dalam memahami materi yang dipelajarinya.

37 Pembelajaran kooperatif tipe scramble ini memiliki banyak kelebihan, antara lain siswa lebih aktif bertanya, mengemukakan ide atau pendapat, teliti, kreatif, pantang menyerah dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi serta hasil belajar lebih baik dalam hal pemahaman konsep. Sejalan dengan hasil penelitian Rosti (2012: 47) bahwa pembelajaran kooperatif tipe scramble membuat siswa terlibat secara aktif dalam berdiskusi, berani mengemukakan pendapat, dan mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Sukarni (2012: 95) yang menunjukkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe scramble, interaksi antar siswa meningkat dimana siswa lebih aktif menjawab dan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran tuntas dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Sedangkan pada pembelajaran konvensional yang proses pembelajarannya berpusat pada guru mengakibatkan pemahaman konsep siswa belum optimal karena tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang baik, sehingga mengakibatkan beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis materi yang disampaikan guru. Pembelajaran ini sangat mengandalkan guru sebagai pusat informasi sedangkan siswa cenderung pasif menerima pelajaran. Guru menjelaskan materi dan siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kemudian guru memberikan contoh dan latihan soal yang memungkinkan pemahaman konsep matematis beberapa siswa belum optimal karena masih terdapat beberapa siswa yang hanya mampu mengerjakan soal seperti apa yang dicontohkan guru.

38 Pada awal penerapan pembelajaran kooperatif tipe scramble di kelas VII.B, siswa terlihat bingung dan sulit beradaptasi dengan proses dalam pembelajaran kooperatif tipe scramble. Hal ini karena siswa telah terbiasa menggunakan pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan dalam proses pembelajaran. Ketika siswa diberikan LKS beberapa siswa sering bertanya kepada guru. Selain itu, pada pembelajaran ini ada beberapa siswa yang bersifat individualis, enggan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Sama halnya dengan hasil penelitian Sukarni (2012: 82), ketika awal pembelajaran kooperatif tipe scramble diterapkan, masih terdapat siswa yang terlihat bingung dan bertanya kepada guru. Melihat masalah pada pertemuan pertama ini, guru mengingatkan kepada siswa bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh siswa, tentang cara pengisian LKS dan bagaimana bersikap dengan teman sekelompok sehingga pada pertemuan selanjutnya siswa dapat dikondisikan dengan baik, siswa mulai aktif dan lebih serius dalam menyelesaikan LKS berdasarkan langkah-langkah pada pembelajaran kooperatif tipe scramble. Hal ini didukung oleh pendapat Sukarni (2012: 95), ketika interaksi antar siswa mulai berjalan suasana kelas menjadi kondusif sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kelemahan dalam penelitian ini yaitu waktu penelitian yang singkat sehingga ketika siswa sudah dapat beradaptasi dan merasa nyaman dengan pembelajaran kooperatif tipe scramble, penelitian telah selesai dilaksanakan. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa dengan melaksanakan penelitian dalam waktu yang lama, yaitu pada saat siswa telah mampu beradaptasi dan memasuki zona nyaman dalam pembelajaran kooperatif tipe scramble, hasil pemahaman konsep yang diperoleh dapat lebih optimal.

39 Selain itu, diperlukan interaksi antar siswa, tanggung jawab individual, keterampilan-keterampilan dan kerjasama kelompok harus berjalan dengan baik. Kemampuan dalam mengelola waktu juga diperlukan karena merupakan bagian penting dalam pembelajaran dimana siswa membutuhkan waktu yang cukup untuk dapat beradaptasi sehingga melalui langkah-langkah yang ada pada pembelajaran kooperatif tipe scramble, pemahaman konsep matematis siswa dapat meningkat sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.