ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG Randi Alamhuri 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Email : randi.alamhuri22@gmail.com ABSTRAK This research aimed to describe the type of code and cause of the over code by teachers in the process of learning the Indonesian language at SMP Negeri 3 Padang. A theory that used in this research is a theory presented by Chaer and Agustina in 2004 about the type of over code and cause of the over code. This research is a qualitative research that produces descriptive data. The data collection was done by using a recording, which is recording a speech teacher in learning by using a tape recorder, transcribing the record in the form of writing, classifying speech based on object research. According to the analysis can be seen type over code that often used is Internal code that is the teacher used over code that goes between languages, as from Indonesia to Minangkabau or in dialect or vice versa. From the result can be concluded that the cause of the code by teachers in learning the Indonesian language that is use over code for change situation the third person that is student. Student who referred are not overall but one of student who his name was called, caused teachers who giving affirmation that student more responsive and understand that teacher are doing over code in the learning process. Change the situation in the classroom when teacher give explanation and give warning to the student so, that the transfer of the code on the teacher speech due to changes in the situation of the Informal to the Formal state, and change the topic that is the subject of teachers to student outside the subject matter presented on that day. Keyword : Over code a teacher, Indonesian PENDAHULUAN Dalam situasi fomal di lingkungan sekolah, guru dituntut menggunakan bahasa resmi pada saat menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Guru juga harus memiliki keterampilan untuk mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada siswa. Tujuannya agar materi pelajaran tercapai dengan baik. Apabila materi pelajaran yang disampaikan menggunakan bahasa yang komunikatif maka siswa lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru. Salah satunya menggunakan alih kode. Menurut Chaer dan Agustina, (2004:107) menyatakan alih
kode itu bukan hanya terjadi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Pada sekolah-sekolah tertentu, guru cenderung melakukan peralihan bahasa dalam mengajar seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah. Hal tersebut karena pengaruh lingkungan yang tidak mendukung sehingga bahasa ibu lebih dominan dibandingkan bahasa Indonesia, yang seharusnya bahasa Indonesia lebih diterapkan guru dalam mengajar. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru biasanya ikut menggunakan bahasa daerah agar siswa paham dengan maksud yang disampaikan guru. Seharusnya, guru harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam proses pembelajaran agar materi yang disampaikan lebih efektif. Guru menggunakan alih kode pada proses pembelajaran mungkin saja diperbolehkan, seperti berfungsi sebagai penguatan pada materi yang disampaikan. Namun, jika peralihan kode tersebut berkelanjutan atau tidak sesuai dengan situasi dan komunikasi tertentu, maka hal tersebut akan mengarah kepada kesalahan berbahasa. Pada hakikatnya, penggunaan alih kode yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran tidak salah apabila sesuai dengan konteks dan tujuan pembelajaran karena situasi sangat mempengaruhi ragam bahasa yang digunakan. Oleh sebab itu, guru diharapkan dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di lingkungan sekolah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMP Negeri 3 Padang pada hari Rabu tanggal 17 Februari 2016, guruguru cenderung menggunakan alih kode dalam proses pembelajaran. Alih kode yang terjadi yaitu menggunakan dua bahasa di antaranya bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan bahasa Minangkabau atau bahasa daerah sebagai bahasa kedua,hal tersebut dibenarkan oleh guru bahasa Indonesia kelas VII Ibu Wahyu Erlian, S.Pd. Alih kode tersebut terjadi dikarenakan guru ingin menciptakan suasana pembelajaran yang lebih santai dan tidak membosankan bagi siswa sehingga guru menjadi lebih akrab dengan siswa. Di samping itu, penggunaan alih kode juga digunakan saat marah kepada siswa. Contoh: Guru: Ibuk paratian dari tadi karajo awak maota se! Berdasarkan kenyataan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah alih kode ini dengan judul Alih Kode Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas VII SMP Negeri 3 Padang.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini akan difokuskan pada jenis dan penyebab terjadinya alih kode guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VII SMP Negeri 3 Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Jenis alih kode guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VII di SMP Negeri 3 Padang, (2) Penyebab terjadinya alih kode guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VII di SMP Negeri 3 Padang. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong, (2005:4) yang mengutip pendapat Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong, 2005:11). Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan jenis alih kode dan penyebab terjadinya alih kode oleh guru dalam proses pembelajaran pada kelas VII di SMP Negeri 3 Padang. Data dalam penelitian ini adalah tuturan guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Padang. Sedangkan fokus masalah dalam penelitian ini adalah jenis alih kode kemudian penyebab terjadinya alih kode oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VII di SMP Negeri 3 Padang. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan alat perekam handpone. Alat rekaman suara yang digunakan untuk merekam tuturan guru dan menemukan jenis alih kode serta penyebab terjadinya alih kode dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VII di SMP Negeri 3 Padang. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah (1) mendengarkan dan merekam tuturan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat perekam, (2) mentranskripsikan hasil rekaman dalam bentuk tulisan, (3) mengelompokkan tuturan guru yang telah melakukan alih kode dalam proses pembelajaran tersebut, (4) memasukkan data ke dalam tabel. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah
sebagai berikut: (1) menganalisis alih kode yang terjadi berdasarkan jenisnya, yaitu alih kode intern (AKI) dan alih kode ektern (AKE), (2) menganalisis penyebab terjadinya alih kode yaitu situasi hadirnya orang ketiga (PSOK), perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya (PFI), perubahan topik pembicaraan (PTP) oleh guru pada proses pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VII di SMP Negeri 3 Padang, (3) mengelompokkan data-data dalam bentuk tertulis, (4) menyimpulkan hasil analisis data yang diperoleh. Teknik yang dilakukan dalam menguji keabsahan data adalah ketekunan/keajegan pengamatan. Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan proses analisis yang konstan atau tentatif. Sedangkan ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciriciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong, 2005:329). HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan pada kelas VII 1 sebanyak dua kali pertemuan 28 dan 29 April 2016, VII 3 satu kali pertemuan 29 April 2016. Penelitian ini difokuskan pada jenis dan penyebab terjadinya alih kode oleh guru Ibu Wahyu Erlian, S.Pd. dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VII SMP Negeri 3 Padang. Pengumpulan data penelitian dilakukan secara bertahap dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga dilakukan pengamatan langsung dengan cara merekam tuturan guru pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung pada kelas VII 1 dan VII 3 di SMP Negeri 3 Padang. Melalui rekaman ditemukan 141 tuturan guru, dan 70 tuturan guru yang menggunakan alih kode. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan guru saat mengajar di SMP Negeri 3 Padang melakukan alih kode dikarenakan: (1) perubahan topik pembicaraan guru ke bahasa daerah pada saat menyampaikan materi pelajaran, (2) faktor lawan bicara yang lebih menanggapi apabila menggunakan bahasa Minangkabau atau bahasa daerah saat menyampaikan materi pelajaran. Analisis Data Jenis Alih Kode Berdasarkan teori dari Chaer dan Agustina (2004:114), dapat dijelaskan adanya dua jenis alih kode yang terdapat
pada tuturan guru saat proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Padang, yaitu alih kode internadalah alih kode yang berlangsung antarbahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Minangkabau atau bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Sedangkan alih kode ekstern terjadi antara bahasa sendiri, alih kode ini cenderung terjadi pada pergantian bahasa asli ke bahasa asing di luar bahasa yang dipahami oleh penutur, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau bahasa asing. Dari hasil analisis yang dilakukan, guru lebih sering melakukan alih kode intern saat proses pembelajaran. Penyebab Terjadinya Alih Kode Ada beberapa alasan penyebab terjadinya alih kode. Alasan-alasan terjadinya alih kode menurut Chaer dan Agustina (2004:108) yaitu (1) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (2) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, (3) perubahan topik pembicaraan. Pendapat ini digunakan karena lebih jelas dan terfokus sehingga mudah untuk menentukan penyebab dari peralihan bahasa yang terjadi. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis datatuturan guru saat proses pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VII 1 dan VII 3 di SMP Negeri 3 Padang, masih banyak ditemukan alih kode yang terjadi dari bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar atau utama ke bahasa Minangkabau yang merupakan bahasa daerah. Hal tersebut dikarenakan guru ingin siswa lebih cepat menanggapi apa yang disampaikanjika guru menggunakan alih kode. Siswa pada umumnya merupakan penduduk asli Minangkabau, sehingga dalam berkomunikasi ada kecenderungan untuk menggunakan bahasa Minangkabau sebagai bahasa utama. Di dalam tuturan guru saat proses pembelajaran, penulis juga menemukan penyebab terjadinya alih kode dikemukakan oleh Chaer dan Agustina yang timbul dengan berbagai alasan diantaranya (1) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (2) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, (3) perubahan topik pembicaraan. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Weli Anggraini (2012) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta dengan judul Alih Kode Tuturan Guru dalam Proses Belajar Mengajar kelas VII 1 MTsN Dhamasraya. Hasilnya adalah frekuensi alih kode dalam proses interaksi belajar-mengajar baik yang dilakukan guru atau siswa cukup beragam baik itu alih kode intra-sentential (dalam kalimat) maupun alih kode
sentential (antara kalimat) begitu juga halnya dengan pola dan fungsi komunikatif alih kode dalam proses belajar-mengajar. Penyebab munculnya alih kode adalah pada saat proses belajarmengajar. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sarmita Deni (2013) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta dengan judul Penyebab Alih Kode Tuturan Guru dalam Pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar. Hasil penelitiannya dari lima faktor penyebab alih kode terdapat tiga faktor penyebab alih kode tuturan guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut: (1) penyebab alih kode berdasarkan faktor lawan bicara atau lawan tutur, (2) penyebab alih kode berdasarkan faktor perubahan situasi, (3) penyebab alih kode berdasarkan faktor berubahnya topik pembicaraan. Jadi, hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyebab alih kode yang sering muncul adalah penyebab alih kode karena berubahnya pembicaraan dan lawan bicara atau lawan tutur, sedangkan penyebab alih kode yang paling sedikit disebabkan oleh perubahan situasi. Sama halnya dengan penelitian ini, guru saat mengajar di SMP Negeri 3 Padang melakukan alih kode dikarenakan: (1) perubahan topik pembicaraan guru ke bahasa daerah pada saat menyampaikan materi pelajaran, (2) faktor lawan bicara yang lebih menanggapi apabila menggunakan bahasa Minangkabau atau bahasa daerah saat menyampaikan materi pelajaran. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data tuturan guru pada proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 3 Padang, dapat disimpulkan dari 141 tuturan guru terdapat 70 tuturan yang menggunakan alih kode. Jenis alih kode yang sering digunakan adalah alih kode intern yaitu guru menggunakan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Minangkabau atau bahasa daerah, alih kode ektern tidak terdapat pada data dari penelitian yang dilakukan, yaitu guru menggunakan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau bahasa asingyang tidak ditemukan pada data tersebut. Selanjutnya, penyebab terjadinya alih kode pada saat guru mengajar adalah (1) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga sebanyak 22 data, (2) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya sebanyak 25 data, (3)
perubahan topik pembicaraan sebanyak 23 data. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut, disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) siswa, agar memahami bahasa dan jenis tuturan yang diucapkan dalam menyampaikan pendapat pada saat proses pembelajaran dan juga harus membiasakan menggunakan bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia menjadi tuan rumah di rumah sendiri, (2) guru, agar dapat memahami penggunaan bahasa saat proses pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan untuk tidak menggunakan alih kode lagi dalam proses pembelajaran. Guru bahasa Indonesia seharusnya menggunakan bahasa Indonesia semaksimal mungkin sehingga dia bisa menjadi model atau contoh dalam menerapkan bahasa Indonesia oleh siswanya, (3) peneliti lain, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dalam menganalisis masalah alih kode dari aspek yang berbeda, (4) dengan adanya perintah dari mentri pendidikan, supaya seluruh elemen yang di sekolah berbahasa Indonesia. Mestinya kepala sekolah melakukan atau membuat aturan semuanya berbahasa Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Weli. 2012. Alih Kode Tuturan Guru dalam Proses Belajar Mengajar kelas VII 1 MTsN Dhamasraya. Skripsi: Universitas Bung Hatta. Chaer, Abdul dan Leoni A. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : PT Rineka Cipta. Deni, Sarmita. 2013. Penyebab Alih Kode Tuturan Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar. Skripsi : Universitas Bung Hatta. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia. Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Sardiman, A.M. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sumarsono dan Paina Partana. 2011. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Sabda. Wijana, I Dewa Putu dan M.Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik Kajian Teori
dan Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.