V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR KEGIATAN HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN KE II

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T4) Hormones. Fisheries and Marine Science faculty Riau University

BAB 4. METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah perubahan cuaca yang signifikan, periode musim kemarau yang

THE COMBINED EFFECT OF DIFFERENT FEED ON THE GROWTH AND SURVIVAL OF LEAF FISH LARVAE (Pristolepis grooti)

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH PEMBERIAN HORMON TIROKSIN (T4) DENGAN PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac)

Efektivitas Pemberian Hormon Tiroksin (T4) terhadap Pertumbuhan Ikan Pawas (Osteochillus hasselti CV)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JENIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN BENIH IKAN SELAIS (Cryptopterus lais)

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2010, hlm ISSN

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T 4 ) Hormone

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan arang tempurung kelapa guna meningkatkan kualitas air pada pemeliharaan benih ikan baung (hemibagrus nemurus cv) dalam resirkulasi tertutup

Student of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University. Lecturer of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

DOMESTIKASI IKAN TAPAH (Wallago leeri) DENGAN JUMLAH PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA Oleh ABSTRACT

Utilization of earthworm meal (Lumbricus sp) as fish meal subtitution in diets for freswater catfish (Mystus nemurus C.V) juveniles ABSTRACT

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

GROUPER FAPERIK ISSN

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

ZEOLITE ABSORPTION AS AMMONIA FILTER IN WATERS AND THE EFFECTS ON WATER QUALITY

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI PAKAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN SELAIS (Kryptopterus lais)

Tingkat Kelangsungan Hidup

Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXIX Nomor 2 Agustus 2014 ( ) P: ISSN E: ISSN

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk

REARING OF RIVER CATFISH (Mystus nemurus C.V) ON A RECIRCULATION SYSTEM USING SYSTEM FILTERS ABSTRACT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

THE EFFECT OF IMPLANTATION ESTRADIOL-17β FOR FERTILITY, HATCHING RATE AND SURVIVAL RATE OF GREEN CATFISH (Mystus nemurus CV)

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

MAINTENANCE GOLD FISH

BAB III BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

Growth and Survival Rate of Juaro (Pangasius polyuranodon Blkr) on Different Stocking Density in the Recirculation System

THE EFFECT OF DIFFERENT NATURAL FOOD TOWARD THE GROWTH AND SURVIVAL RATE OF TAWES LARVAE (Puntius javanicus Blkr)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

GROWTH AND SURVIVAL RATE OF COMMON CARP (Cyprinus carpio L) WITH DIFFERENT BIOFILTER COMBINATION IN RECIRCULATION AQUAPONIC SYSTEM

EFFECT DIFFERENCE DOSES OF sgnrh-a + DOMPERIDON HORMONE ON SEMEN VOLUME, QUALITY OF SPERMATOZOA AND FRY HARD LIPPED BARB (Osteochilus hasselti CV)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii, Lacepede) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA YANG DIPELIHARA DI KERAMBA JARING APUNG

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GONAD MATURATION OF SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus Blkr) WITH DIFFERENT FEEDING TREATMENTS. By Rio Noverzon 1), Sukendi 2), Nuraini 2) Abstract

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Growth and Survival Rate of Silais Fish (Ompok hypopthalmus) with Different Stocking Density Combining with Crayfish (Cherax albertisii)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAI DENGAN TEPUNG FERMENTASI DAUN LAMTORO GUNG

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN BETOK (Anabas testudinieus) oleh

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Effect Enrichment Daphnia sp. Viterna With Survival and Growth of Catfish Larvae baung (Hemibagrus nemurus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FOR GONAD MATURATION OF GREEN CATFISH

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

Effect of Different Protein Levels for Growth and Survival Rate of Baung ( Mystus nemurus

nila dibedakan menjadi dua yaitu pakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2014 di Laboratarium Budidaya. Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN. BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii)

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

Bisnis Budi Daya Ikan Gurami

GIVING OF DIFFERENT NATURAL FEED ON THE GROWTH AND SURVIVAL FISH OF LARVAE INGIR-INGIR (Mystus nigriceps)

PEMBERIAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus)

GROUPER FAPERIK ISSN

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Hasil pengukuran ikan selais yang dipelihara dalam keramba yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, maka bobot rata-rata 1,2 g dan panjang rata-rata 5,4 cm, sedangkan yang ditempatkan di Sungai Kampar pada awal penelitian, robot rata-rata berkisar antara 3,5 3,9 g dan panjang rata-rata antara 8,6-9,0 cm (Lampiran 2). Dari hasil pengukuran bobot rata-rata dan panjang rata-rata tersebut menunjukkan bahwa ikan selais yang digunakan sebagai ikan uji dalam penelitian ini masih berada dalam kisaran bobot dan panjang tubuh yang tidak jauh berbeda, sehingga dapat dijadikan sebagai ikan uji untuk diberi perlakuan. Berbedanya ukuran ikan selais di awal penelitian antara pemeliharaan dalam keramba yang ditempatkan di kolam dan di Sungai, disebabkan ikan yang berumur 1 bulan apabila dipelihara di sungai mengalami kematian. Ikan selais yang berumur 2 bulan baru dapat hidup dengan baik jika dipelihara dalam keramba yang ditempatlan di Sungai Kampar. 5.1.1. Pertumbuhan Bobot Mutlak Hasil pengukuran bobot rata-rata ikan selais yang dipelihara dalam keramba di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau maupun yang dipelihara dalam keramba yang di tempatkan di Sungai Kampar pada pengamatan pertama (minggu ke 2) sampai pengamatan ke delapan (minggu ke 16) disajikan pada Lampiran 2, dan 3. Berdasarkan hasil pengukuran. pertumbuhan bobot rata-rata ikan selais mulai dari awal penelitian sampai pengamatan ke delapan (minggu ke 16) Jika digambarkan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 2 dan 3.

30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 I II III IV 0,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gambar 2. Grafik pertumbuhan bobot rata-rata ikan selais yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dari masing-masing perlakuan setiap pengamatan 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 I II III IV 0,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gambar 3. Grafik pertumbuhan bobot rata-rata ikan selais yang ditempatkan di Sungai Kampar dari masing-masing perlakuan setiap pengamatan Keterangan : I = P1 = 0 mg tiroksin /kg pakan sebagai kontrol II = P2= 2 mg tiroksin/kg pakan III = P3 = 4 mg/kg pakan IV = P4 = 6 mg/kg pakan 16

Dari Gambar 2 dan 3 terlihat bahwa ikan selais baik yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau maupun yang ditempatkan di Sungai Kampar pada awal pengamatan sampai pengamatan keempat (minggu ke 8) tidak terlihat adanya pertambahan pertumbuhan bobot rata-rata, hal ini disebabkan karena ikan selais yang dipelihara masih dalam proses adaptasi terhadap lingkungan, sehingga pakan yang diberikan hanya menghasilkan energi untuk adaptasi dengan kata lain belum dapat digunakan untuk pertumbuhan. Lebih jelas lagi terlihat pada ikan yang dipelihara di Sungai Kampar, dimana benih yang berumur 1 bulan tidak mampu bertahan hidup bila dipelihara di sungai. Selanjutnya pada pengamatan keempat (minggu ke 8) pertambahan pertumbuhan bobot rata-rata ikan selais sudah mulai terlihat walaupun masih kecil, hal ini menunjukkan bahwa ikan selais yang dipelihara sudah mulai dapat beradaptasi, sehingga pakan yang diberikan disamping digunakan untuk adaptasi sebagian juga dapat digunakan untuk pertumbuhan. Pada pengamatan ke lima (minggu ke 10) pertambahan pertumbuhan bobot rata-rata ikan selais sudah mulai besar dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses adaptasi dengan lingkungan telah selesai dilakukan, sehingga pakan yang diberikan sudah benar-benar dapat digunakan untuk pertumbuhan, begitu juga pengamatan keenam dan kedelapan (minggu ke 12 dan 16). Namun pada pengamatan kesembilan sampai kesepuluh (minggu ke 18 dan 19) pertambahan pertumbuhan bobot rata-rata ikan selais sangat pesat sekali. Hal ini menunjukkan pertambahan pertumbuhan bobot rata-rata ikan selais hampir mencapai maksimal, sehingga dalam teknologi budidaya hendaknya pengamatan pada minggu tersebut ikan selais sudah dapat dipanen. Grafik pertambahan pertumbuhan bobot rata-rata ikan selais baik yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau maupun yang ditempatkan di Sungai Kampar ini sesuai dengan grafik pertumbuhan ikan secara umum, dimana pada awal pemeliharaan, pertumbuhan selalu lambat karena adanya proses adaptasi 17

dengan lingkungan dan melengkapi organ-organ tubuh yang belum sempurna dan setelah selesai adaptasi pertumbuhan akan segera cepat, karena pakan yang diberikan benar-benar sudah dapat digunakan untuk pertumbuhan, selanjutnya pada waktu tertentu pertumbuhan akan lambat bahkan tetap atau menurun karena ikan telah mencapai pertumbuhan yang maksimal (tua). Hasil pengukuran pertumbuhan bobot rata-rata ikan selais yang dipelihara dalam keramba baik yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau maupun di Sungai Kampar setiap pengamatan selama penelitian disajikan pada Lampiran 1 dan 2 Dari hasil pengukuran bobot rata-rata tersebut maka diperoleh pertumbuhan rata-rata bobot mutlak ikan selais dari masing-masing perlakuan seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pertumbuhan rata-rata bobot mutlak (g) ikan selais dari masing-masing perlakuan selama penelitian Perlakuan Lokasi Pemeliharaan Kolam Faperika UR Sungai Kampar Ulangan 1 2 3 Dosis Hormon P1 P2 P3 P4 16,700 19,994 17,160 17,764 15,760 16,776 16,198 16,002 17,400 22,198 24,598 26,196 Jumlah 49,600 49,620 54,534 72,992 Rata-rata 16,533 16,540 18,178 1 16,942 17,530 20,406 2 3 16,902 17,704 17,122 21,466 23,872 25,270 18,046 16,234 16,286 Jumlah 51,890 51,468 53,814 70,608 Rata-rata 17,297 17,156 17,938 23,536 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata bobot mutlak ikan selais yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau berkisar antara 16,5-24,3 g dan yang ditempatkan di Sungai Kampar berkisar antara 17,3 23,5 g, dengan kata lain pertumbuhan rata-rata bobot mutlak ikan selais di kolam lebih baik daripada di sungai. 18

Hasil analisa variansi menunjukkan baik perlakuan pemberian hormon tiroksin maupun perlakuan lokasi pemeliharaan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertumbuhan bobot mutlak. Hasil uji lanjut dengan menggunakan uji Newman Keuls menunjukkan bahwa perlakuan P6 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P0 (P<0,01). Sedangkan pengamatan yang memberikan pengaruh yang sangat signifikan adalah pengamatan yang ke sepuluh. Berdasarkan hal tersebut bahwa pemberian hormon tiroksin dengan dosis 6 mg/kg pakan sangat baik bagi pertumbuhan bobot ikan selais. Sedangkan lokasi pemeliharaan yang baik adalah di Kolam. Matty (1985), menyatakan bahwa hormon tiroid dapat meningkatkan proses pertumbuhan dan metabolisme yang berhubungan dengan pertumbuhan. Histogram pertumbuhan bobot mutlak rata-rata masing-masing perlakuan pemberian hormon dan lokasi pemeliharaan disajikan pada Gambar 4. Rata-rata pertumbuhan bobot mutlak (g) 30 25 20 15 10 5 0 P1 P2 P3 P4 Kolam Sungai Gambar 4. Histogram pertumbuhan rata-rata bobot mutlak ikan Selais dari masing-masing perlakuan selama penelitian Efendi (1992) menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh jenis dan ukuran ikan, makanan, dan kualitas perairan. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah 19

dilakukan. Sukendi (2002) mengemukakan bahwa pembesaran ikan baung (Mystus nemurus CV) di kolam menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan yang dipelihara dalam keramba (sungai). Hal ini bertolakbelakang dengan penelitian lainnya, dimana Sukendi, Putra dan Yurisman (2007) menyatakan bahwa pembesaran ikan kapiek yang terbaik adalah di pelihara dalam keramba ukuran 1 x 1 x 1 cm dengan padat tebar 20 ekor /keramba dan ditempatkan di sungai. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukendi, Putra dan Yurisman (2010) mengemukakan bahwa teknologi budidaya/pembesaran ikan motan yang terbaik adalah pemeliharaan dengan padat tebar 50 ekor/keramba ukuran 1 x 1 x 1 m yang ditempatkan di Sungai Kampar, akan menghasilkan pertumbuhan yang baik. 5.1.2. Pertumbuhan Panjang Mutlak Hasil pengukuran panjang rata-rata ikan selais yang dipelihara dalam keramba di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau maupun yang dipelihara dalam keramba yang di tempatkan di Sungai Kampar pada pengamatan pertama (minggu ke 2) sampai pengamatan ke delapan (minggu ke 16) disajikan pada Lampiran 2, dan 3. Berdasarkan hasil pengukuran. pertumbuhan panjang rata-rata ikan selais mulai dari awal penelitian sampai pengamatan ke delapan (minggu ke 16) Jika digambarkan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5 dan 6. Dari Gambar 5 dan 6 terlihat pertumbuhan panjang rata-rata ikan Selais baik yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau maupun di Sungai Kampar dimana pada awal penelitian sampai dengan pengamatan pertama (minggu ke 2) sangat kecil sekali. Hal ini seperti pertambahan pertumbuhan bobot rata-rata dimana ikan motan yang dipelihara masih dalam proses adaptasi, sehingga pakan yang diberikan hanya menghasilkan energi yang digunakan untuk adaptasi belum dapat digunakan untuk pertumbuhan panjang. Tetapi pada pengamatan ke dua hingga ke delapan, pertumbuhan 20

20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I II III IV Gambar 5. Grafik pertumbuhan Panjang rata-rata ikan selais yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dari masing-masing perlakuan setiap pengamatan 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 I II III IV 0,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gambar 6 Grafik pertumbuhan Panjang rata-rata ikan selais yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dari masing-masing perlakuan setiap pengamatan 21

panjang ikan selais terus meningkat sampai pengamatan kedelapan. Hal ini diduga karena ikan yang dipelihara sudah benar-benar dapat beradaptasi sehingga energi yang diperoleh dari pakan yang diberikan sudah benar-benar dapat digunakan untuk pertumbuhan panjang. Pada pengamatan ke sembilan dan kesepuluh terlihat pertumbuhan pertambahan panjang rata-rata tidak begitu besar. Hal ini disebabkan karena ukuran panjang yang dicapai oleh ikan selais sudah mencapai ukuran maksimal. Hasil pengukuran pertumbuhan rata-rata panjang mutlak ikan selais yang dipelihara dalam keramba ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dan di Sungai Kampar dari masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan rata-rata Panjang mutlak (cm) ikan selais dari masing-masing perlakuan selama penelitian Perlakuan Lokasi Pemeliharaan Kolam Faperika UR Sungai Kampar Ulangan 1 2 3 Dosis Hormon P1 P2 P3 P4 10,564 11,816 11,262 11,784 10,902 11,500 9,724 9,820 10,400 12,406 13,098 13,200 Jumlah 29,944 32,728 35,100 38,704 Rata-rata 9,981 10,909 11,700 1 7,996 8,566 9,718 2 3 8,016 9,254 9,768 10,226 10,918 11,076 8,684 9,016 9,556 Jumlah 24,696 26,836 29,042 32,220 Rata-rata 8,232 8,945 9,681 10,740 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata panjang mutlak ikan selais yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau berkisar antara 10 13 cm dan ditempatkan di Sungai Kampar berkisar antara 8,2 10,7 cm. Terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata panjang mutlak ikan selais di kolam lebih baik daripada di. sungai. Selanjutnya berdasarkan perlakuan yang diberikan ternyata 22

pertumbuhan rata-rata panjang mutlak yang tertinggi secara berurutan adalah pada perlakuan P4 (6 mg/kg pakan), diikuti oleh perlakuan P3 (4 mg/kg pakan), P2 (2 mg/kg pakan) dan P1 (0 mg/kg pakan sebagai kontrol). Dari hasil pengukuran panjang mutlak ini juga menunjukkan bahwa perlakuan P4 (pemberian 6 mg/kg pakan hormon tiroksin) adalah perlakuan yang terbaik untuk pembesaran ikan selais baik yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau maupun di Sungai Kampar dalam merangsang pertambahan pertumbuhan rata-rata panjang mutlak. Jika digambarkan dalam bentuk histogram pertumbuhan rata-rata panjang mutlak ikan selais dari masingmasing perlakuan padat tebar dan lokasi pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 7. Rata-rata Pertumbuhan panjang mutlak (cm) 14 12 10 8 6 4 2 0 P1 P2 P3 P4 Kolam Sungai Gambar 7. Histogram pertumbuhan rata-rata bobot mutlak ikan Selais dari masing-masing perlakuan selama penelitian Berdasarkan analisa variansi menunjukkan bahwa perlakuan pemberian hormon tiroksin maupun lokasi pemeliharaan berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap pertumbuhan rata-rata panjang mutlak. Hasil uji lanjut dengan menggunakan uji Newman Keuls menunjukkan bahwa antara perlakuan P4 dengan P0 berbeda sangat nyata 23

(P < 0,01), Sedangkan pengamatan yang memberikan pengaruh yang sangat signifikan adalah pengamatan yang ke sepuluh 5.1.3. Laju Pertumbuhan Bobot Harian Hasil pengukuran bobot rata-rata ikan selais yang dipelihara dalam keramba ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dan di Sungai Kampar setiap pengamtan selama penelitian disajikan pada Lampiran 4, sehingga dari data tersebut diperoleh laju pertumbuhan rata-rata bobot harian ikan dari masingmasing perlakuan pemberian hormon disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Laju pertumbuhan rata-rata bobot harian (%) ikan selais dari masing-masing perlakuan selama penelitian Perlakuan Lokasi Pemeliharaan Kolam Faperika UR Sungai Kampar Ulangan 1 2 3 Dosis Hormon P1 P2 P3 P4 2,9 3,2 4,0 4,4 2,9 3,3 3,6 4,9 3,1 3,0 3,3 5,2 Jumlah 8,9 9,5 10,9 14,6 Rata-rata 2,9 3,2 3,6 4,9 1 2,0 2,1 2,5 2,6 2 2,0 2,1 2,0 2,9 3 2,2 1,9 1,9 3,1 Jumlah 6,2 6,1 6,4 8,6 Rata-rata 2,07 2,04 2,13 2,88 Dari tabel tersebut di atas diperoleh laju pertumbuhan rata-rata bobot harian ikan selais meningkat dengan meningkatnya pemberian dosis hormon tiroksin. Laju pertumbuhan rata-rata bobot harian yang tertinggi secara berurutan adalah pada perlakuan P4 sebesar 4,7% dikolam dan 2,88% di sungai, perlakuan P3 sebesar 3,6% di Kolam dan 2,13% di sungai, perlakuan P2 sebesar 3,2% di kolam dan 2,04% di sungan, serta P1 sebesar 2,9% di kolam dan 2,07% di sungai. Kenyataan ini menunjukkan sama dengan 24

hasil pengukuran pertumbuhan rata-rata bobot mutlak dan rata-rata panjang mutlak sebelumnya, dimana perlakuan P4(6 mg/kg pakan) adalah perlakuan yang cocok untuk pembesaran ikan selais dalam memacu laju pertumbuhan rata-rata bobot harian. Menurut Hckling dalam Syurflayman (1994) laju pertumbuhan rata-rata bobot harian dipengaruhi oleh makanan, suhu lingkungan, umur ikan dan zat-zat hara yang terdapat pada perairan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Yurisman, Sukendi dan Putra (2009) yang menyatakan bahwa perlakuan pakan yang terbaik untuk pertumbuhan calon induk ikan tapah adalah pakan pellet tenggelam dengan merek dagang 888-S, dimana menghasilkan pertumbuhan rata-rata bobot mutlak sebesar 647,77 g, pertumbuhan rata-rata panjang mutlak sebesar 9,3933 cm dan laju pertumbuhan rata-rata bobot harian sebesar 0,3200 %. Dalam penelitian ini jenis pakan yang diberikan untuk pembesaran ikan selais adalah sama, tingginya laju pertumbuhan rata-rata bobot harian ikan selais yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau bila dibandingkan dengan di Sungai Kampar disebabkan, karena rendahnya kemampuan adaftasi ikan selais terhadap lingkungan sungai (perubahan lingkungan dari Hatcery ke Sungai). Bila digambarkan dalam bentuk histogram laju pertumbuhan bobot harian dari masing-masing perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil analisa variansi menunjukkan bahwa baik perlakuan hormon tiroksin maupun lokasi pemeliharaan berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap laju pertumbuhan rata-rata bobot harian. Hasil uji lanjut dengan menggunakan uji Newman Keuls menunjukkan bahwa antara perlakuan P4 dengan P0 berbeda sangat nyata (P < 0,01). Hal ini sejalan dengan penelitian Isvarida (2003), bahwa pemberian hormon tiroksin sebesar 6 mg/kg pakan mampu meningkatkan pertumbuhan ikan baung (Mystus nemurus). 25

5.1.4. Kelulushidupan Pengukuran kelulushidupan ikan uji selama penelitian dilakukan dengan menghitung ikan selais secara keseluruhan pada akhir penelitian dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kelulushidupan ikan selais dari masing-masing perlakuan selama penelitian Lokasi Perlakuan Jumlah ikan (ekor) Kelulushidupan Awal Akhir (%) Kolam P1 30 27 90.0 P2 30 29 96.7 P3 30 30 100.0 P4 30 30 100.0 Sungai P1 30 20 66.0 P2 30 25 83.0 P3 30 27 90.0 P4 30 29 96.7 Hasil pengukuran kelulushidupan menunjukkan bahwa ikan selais selama penelitian di kolam terdapat 3 ekor ikan yang mati pada perlakuan P1 dan 1 ekor pada perlakuan P2, sedangkan di sungai ikan yang mati pada perlakuan P1 = 10 ekor, P2 = 5 ekor, P3= 3 ekor dan P4= 1 ekor. Sehingga angka kelulushidupan ikan selais yang dipelihara di kolam berkisar 90,0 100% dan di sungai berkisar 66,0 96,7%.. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ikan selais yang dipelihara, sedikit mengalami gangguan adaftasi terhadap lingkungan perairan sungai. Menurut Effendie (1992) kelulushidupan suatu organisme dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik yang terdiri dari kompetitor, kepadatan populasi, umur dan kemampuan organisme dengan lingkungan, sedangkan faktor abiotik terdiri dari suhu, oksigen terlarut, ph dan kandungan amoniak. Kenyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Yurisman, Sukendi dan Putra (2009) yang menyatakan pemeliharaan calon induk ikan tapah (Wallago sp) dalam keramba ukuran 1 x 1 x 1,5 m 26

dengan padat tebar 6 ekor/keramba ditempatkan di Sungai Kampar dan setelah pemeliharaan selama 6 bulan nilai kelulushidupannya 100 % (ikan tidak ada yang mati). Hal yang sama juga didapatkan pada pembesaran ikan motan (Sukendi, Putra, dan Yurisman, 2010) yang menyatakan bahwa teknologi budidaya/pembesaran ikan motan yang terbaik adalah pemeliharaan dengan padat tebar 50 ekor/keramba ukuran 1 x 1 x 1 m yang ditempatkan di Sungai Kampar, dan kelulushidupan sebesar 100 %. 5.2. Kualitas Air Hasil pengukuran kualitas air lokasi pembesaran ikan selais baik di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau maupun di Sungai Kampar disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Kualitas air lokasi pemeliharaan ikan selais selama penelitian Lokasi Pemeliharaan Kualitas Air Kolam Faperika Unri Sungai Kampar Suhu Kecerahan ph DO 29 31 0 C 0,75 1,2 m 5 6 2,20 2,87 ppm 28 30 0 C 1,3 3,2 m 6 7 2,98 3,32 ppm Hasil pengukuran kualitas air yang diperoleh pada tersebut di atas menunjukkan bahwa keadaan kualitas air tempat pembesaran ikan selais dilakukan masih berada dalam kisaran yang layak untuk kehidupan jenis ikan air tawar secara umum. Mulyono (1990) menyatakan bahwa kualitas air yang ideal memenuhi syarat sebagai media hidup ikan budidaya yaitu air yang memiliki ph antara 5,0 8,6 dengan suhu antara 25 30 0 C serta perbedaan suhu siang dan malam hari kurang dari 5 0 C serta kekeruhan tidak terlalu tinggi karena akan mengganggu penglihatan ikan dan menyebabkan nafsu makan ikan akan berkurang. Dari kenyataan yang ada, ternyata yang membedakan kualitas air antara 27

kolam dan sungai adalah nilai ph perairan, dan ph inilah yang menjadi masalah dalam pemeliharaan ikan selais. Walaupun menurut Wardoyo (1981) organisme perairan akan dapat hidup wajar pada kisaran ph 5 9 hal ini didukung oleh Syafriadiman, Pamungkas dan Hasibuan (2005) yang menyatakan bahwa ph yang baik untuk ikan adalah 5 9 sedangkan untuk ikan yang hidup di perairan rawa memiliki ph yang sangat rendah yaitu >4. Namun masing-masing jenis ikan memiliki ph optimal bagi kelangsungan hidupnya. 28