Jenis Kelamin. Umur : tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi terhadap aturan yang bersifat positif. Hukum juga menjadi tolak ukur segala

BAB I PENAHULUHAN. norma dan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat. Setiap perbutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. 1. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

PERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MAKSIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G PELARANGAN PERJUDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ayat (4) dari UU No. 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian, telah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

UPAYA HUKUM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL OLEH KEPOLISIAN DI POLRESTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Polri Menurut UU No. 2 Tahun 2002 dan KUHAP

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Barat yang masuk melalui

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah lebih dari satu hari keperluan tempat untuk tidur, istirahat, keselamatan,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Nullum delictun, nulla poena sine praevia lege poenali yang lebih dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta kaidah hukum yang

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

ANALISIS PERAN POLISI DALAM MEMBERANTAS PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. sipemenang, pertaruhan

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ayam, judi mancing, judi balap liar, dan lain-lain. Perjudian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Redaksi Bukune, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, Bukune, Jakarta, 2010, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang. termuat dalam Pasal 28B Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat); tidak. berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat).

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

Perda No. 12 / 2002 Tentang Penanggulangan Tuna Susila di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

BAB I. khususnya yang cukup banyak terjadi di kabupaten Malang adalah perjudian. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyediakan tempat atau memudahkan terjadinya praktek prostitusi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Strafbaarfeit. Pidana adalah suatu reaksi atas delik (punishment) atau lembaga negara terhadap pembuat delik 5.

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

Pengertian Hukum Pidana Sumber Hukum Pidana Asas-asas berlakunya hukum pidana Hukum Pidana dan Kriminologi Peritiwa Pidana Jenis-Jenis Hukuman

BAB III KETENTUAN SANKSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA. PERJUDIAN DALAM UU No. 7 TAHUN A. Latar Belakang Munculnya UU No.

BAB III PENUTUP. pengaruhi oleh beberapa penyebabnya antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

Pedoman Wawancara Pelaku Perjudian Kartu

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transkripsi:

73 Nama Alamat Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Pendidikan : : : : Umur : tahun : :. Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang saudara anggap sesuai dengan pendapat saudara, apabila jawaban tidak ada yang sesuai dengan pendapat saudara maka isilah titik-titik yang telah disediakan sesuai dengan pendapat saudara! 1. Apakah dilingkungan saudara terdapat praktek perjudian? a. ya b. tidak 2. Apabila terdapat praktek perjudian bagaimana reaksi saudara terhadap praktek perjudian tersebut? a. membiarkan saja praktek perjudian tersebut b. melaporkan kepolisi c. melaporkan ke ketua RT d. mengumpulkan para warga untuk kemudian digerebek e. 3. Apakah saudara mengetahui keberadaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974? a. mengetahui b. tidak mengetahui 4. Apakah saudara mengetahui bahwa perjudian itu adalah sebagai tindak pidana? a. mengetahui b. tidak mengetahui 73

74 5. Jika saudara mengetahui bahwa perjudian itu adalah suatu tindak pidana, dari manakah saudara mengetahuinya? a. dari penyuluhan polisi b. dari ceramah keagamaan c. dari media massa d. 6. Perjudian itu diatur dimana? a. KUHP b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 c. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1975 d. Tidak tahu 7. Yang saudara ketahui, apa yang dilakukan polisi ditempat saudara dalam memberantas perjudian? a. razia b. patroli c. penyuluhan kepada masyarakat tentang perjudian d. tidak tahu 8. Apakah polisi ditempat saudara pernah mengadakan penyuluhan tentang dilarangnya perjudian? a. ya b. tidak 9. Apabila polisi ditempat saudara tidak pernah mengadakan penyuluhan, lalu siapa yang memberikan penyuluhan tentang dilarangnya perjudian ditempat saudara? a. pemuka agama ( mubaligh / pendeta ) b. pegawai kelurahan c. tokoh masyarakat d. 74

75 10. Menurut pandangan saudara apakah polisi banyak yang terlibat dalam praktek perjudian? a. tidak ada polisi yang terlibat dalam praktek perjudian b. hanya beberapa oknum saja yang terlibat c. banyak polisi yang terlibat dalam praktek perjudian d. 11. Apabila ada oknum polisi yang ikut dalam praktek perjudian, menurut saudara apa yang melatar belakangi? a. gaji polisi yang terlalu minim b. kurangnya pengawasan dari atasan c. memang moral polisi tersebut yang memprihatinkan atau bobrok d. 12. Apakah saudara mengetahui apa yang dimaksud perjudian? a. perbuatan yang bertentangan dengan agama, kesusilaan, dan moral pancasila serta membahayakan bagi menghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara b. perbuatan yang hanya melanggar norma agama c. perbuatan yang dilegalkan pemerintah untuk mendapatkan devisa d. perbuatan yang tidak melanggar norma apa saja 13. Menurut saudara bermain remi menggunakan uang itu suatu kejahatan atau tidak? a. ya b. tidak 14. Apakah orang yang melakukan perjudian dapat dikenai sanksi atau hukuman? a. ya b. tidak 15. Apabila dapat, hukuman apa yang pantas dikenai bagi pelaku perjudian? a. penjara b. denda ( membayar sejumlah uang yang kemudian diberikan kepada pemerintah ) 75

76 c. diperingatkan saja d. tidak tahu 16. Dalam undang-undang perjudian, pelaku perjudian dapat dihukum berapa tahun? a. Hukuman penjara selama-lamanya 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembiulan puluh ribu rupiah b. Hukuman penjara selama-lamanya 10 tahun atau denda sebanyakbanyaknya dua puluh lima juta rupiah c. Tidak Tahu 17. Apakah ditempat saudara masih ada masih ada praktek perjudian? a. masih b. tidak c. tidak tahu 18. Bentuk perjudian apa yang banyak dilakukan oleh masyarakat ditempat saudara? a. Remi b. Domino c. Sabung ayam d. Togel e. Cap jie kie f. Bilyard 19. Apa yang menjadi alasan para pelaku perjudian di tempat saudara? a. mata pencaharian b. hoby c. iseng d. cagak lek 20. Bermain remi tanpa uang menurut saudara termasuk perjudian atau tidak? a. ya b. tidak 76

77 21. Kuis sms ditelevisi menurut saudara termasuk perjudian atau tidak? a. ya b. tidak 22. Bermain remi mengunakan uang dalam acara hajatan, kelahiran, kematian ( cagak lek ), menurut saudara termasuk perjudian atau tidak? a. ya b. tidak termasuk judi tetapi budaya masyarakat Jawa 23. Berdasarkan rumusan dalam undang-undang perjudian dinyatakan bahwa perjudian yang mendapat ijin dari pemerintah adalah legal atau resmi, apakah anda setuju dengan rumusan tersebut? a. setuju b. tidak setuju 24. Apakah undang-undang perjudian sekarang ini menurut saudara sudah dapat mengurangi praktek perjudian khususnya ditempat saudara? a. Sudah b. Belum 25. Apakah perlu dibuat undang-undang baru yang lebih jelas dan keras untuk menggantikan undang-undang yang sekarang ini? a. ya b. tidak 26. Apabila dilakukan revisi, bagian manakah yang sebaiknya menjadi fokus utama revisi undang-undang? a. Penghapusan pasal mengenai ijin perjudian dari pemerintah sehingga perjudian menjadi illegal b. revisi mengenai sanksi pidana c. revisi mengenai subyek hokum d. revisi mengenai obyek hukum e.. 77

78 27. Apakah diperlukan pembuatan lokalisasi perjudian sebagai upaya alternatif untuk memberantas dan mengurangi praktek perjudian? a. ya b. tidak 28. Upaya pemberantasan perjudian, menurut saudara adalah tanggang jawab siapa? a. polisi b. masyarakat c. polisi dan masyarakat d. semua lapisan masyarakat 29. Apakah masyarakat ikut bertanggungjawab dalam pemberantasan perjudian? a. ya b. tidak 30 Jika ya, apa saja yang pernah saudara lakukan untuk memberantas perjudian dilingkungan saudara? 31. Jika tidak, mengapa? 32. Menurut saudara langkah apa yang tepat untuk mengurangi jumlah praktek perjudian? a. membuat undang-undang yang lebih tegas dan keras serta meningkatkan moral polisi b. melakukan revisi undang-undang saja c. meningkatkan moral polisi saja d. melokalisasi perjudian e. 78

79 34. Apa yang menjadi faktor penyebab perjudian itu sulit diberantas? a. karena sudah mengakar atau menjadi budaya dalam masyarakat b. lemahnya kesadaran beragama dari masyarakat c. kondisi ekonomi yang sulit pada saat ini sehingga masyarakat ingin mendapat uang secara instan d. banyaknya polisi yang menjadi beking e. lemahnya undang-undang perjudian sehingga masyarakat tidak takut pada hukum 35. Menurut saudara apakah perjudian dapat diberantas? a. dapat diberantas b. tidak dapat diberantas 36. Apakah menurut agama saudara perjudian itu dilarang? a. ya b. tidak 37. Jika ya, mengapa agama saudara melarang? 38. Jika tidak, mengapa agama saudara tidak melarang? 79

80 ABTRAKSI EFEKTIVITAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1974 TENTANG PENERTIBAN PERJUDIAN ( STUDI KASUS DI DESA JLOPO KALURAHAN GEDANGAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana perjudian secara kriminologi dapat dikatakan sebagai kejahatan tanpa adanya korban (crime without victem)karena yang menderita dari tndak pidana perjudian adalah pelaku itu sendiri.perjudian di Indonesia merupakan suatu tindak pidana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974. Undang-undang tersebut merupakan peraturan tentang penertiban perjudian yang menyangkut pula perubahan-perubahan mengenai ancaman pidana maupun denda. Undang-undang tersebut memuat perubahan tentang ketentuan dasar yang ada dalam Pasal 542 KUHP mengenai jenis delik (dari pelanggaran menjadi kejahatan) serta ancaman pidana dari 1 bulan menjadi 4 tahun (Pasal 542 ayat (1))dan 3 bulan menjadi 6 tahun (Pasal 542 ayat (2)). Meski ancaman hukuman diperberat dan jenis delik diubah, tapi masalah masyarakat ini tidak tertanggulangi. Ada wacana wacana untuk mengatasi antara lain melokalisasi judi, sebagian yang lain dengan membuat perda dimasing-masing daerah. B. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mencari bagaimana efektivitas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Adapun batasan yang lain adalah mengenai lokasi penelitian, yaitu di Desa Jlopo, Kelurahan Gedangan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. 80

81 C. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian? 2. Upaya yang dilakukan POLRI dalam memberantas tindak pidana perjudian? D. Tujuan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian? 2. Upaya yang dilakukan POLRI dalam memberantas tindak pidana perjudian? E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Diharapkan dari penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu hukum khususnya hukum pidana. 2. Manfaat Praktis diharapkan dari penelitian ini hasilnya bisa menambah wawasan bagi para pembaca tentang Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian 81

82 F. Metode Penelitian Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris. Dikatakan yuridis karena penelitian ini membahas suatu undang-undang sebagai kaidah hukum. Penelitian empiris adalah penelitian yang fokus kajiannya data primer. 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Desa Jlopo, Kalurahan Gedangan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Adapun alasan penulis mengambil lokasi tersebut adalah : c. Karena di desa tersebut terdapat lokalisasi perjudian d. Karena di desa tersebut masih terdapat praktek perjudian. e. Karena penulis tinggal di daerah tersebut sehingga mempermudah dalam pelaksanaan penelitian. 2. Identifikasi Variabel Penelitian a. Variabel : Efektivitas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. 3. Definisi Konsep b. Efektivitas Efektivitas adalah suatu keadaan yang dapat memperlihatkan sampai sejauh mana kaidah hukum tersebut akan dapat membatasi terjadinya kejahatan. 82

83 Efektivitas dapat diukur dari apakah pengaruhnya berhasil mengatur sikap tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuan tertentu atau tidak. b. Efektivitas undang-undang Efektivitas undang-undang adalah suatu keadaan yang dapat memperlihatkan sampai sejauh mana undang-undang tersebut akan dapat membatasi terjadinya kejahatan. c. Perjudian Perjudian adalah suatu tindakan kejahatan dengan mempertaruhkan uang atau barang melalui suatu permainan yang bersifat keberuntungan. 4. Definisi Operasional Penelitian c. Efektif Perilaku masyarakat yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974. d. Indikator 1. Pengetahuan masyarakat mengenai Undang undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. a. Pengetahuan masyarakat tentang keberadaan Undang-undang tersebut. b. Pengetahuan masyarakat bahwa perjudian itu sebagai tindak pidana. c. Pengetahuan masyarakat akan sanksi pidana terhadap tindak pidana perjudian. 83

84 d. Pengetahuan masyarakat tentang upaya yang dilakukan oleh POLRI. 2. Pemahaman masyarakat tentang Undang undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. a. Keberadaan perjudian. b. Bentuk-bentuk perjudian yang dilakukan. c. Alasan-alasan berjudi. 3. Upaya yang dialakukan POLRI untuk memberantas perjudian. a. upaya yang dilakukan POLRI untuk memberantas perjudian. b. Faktor yang menghambat upaya POLRI dalam memberantas perjudian. c. Jumlah pelaku perjudian yang terkena razia. d. Jumlah pelaku perjudian yang diproses verbal. 5. Populasi dan Sampel Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat desa Jlopo Kalurahan Gedangan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Karena tidak semua masyarakat Desa Jlopo dijadikan sampel, maka yang dijadikan sempel hanya 150 orang dari jumlah penduduk Desa Jlopo. Adapun cara pengambilan sampel dilakukan secara incidental sampling, yaitu hanya individu-individu atau grup-grup yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diselidiki. 84

85 6. Sumber Data Penelitian c. Sumber Data Primer Yaitu sumber data yang dapat memberi penjelasan tentang data mengenai gambaran secara jelas terkait dengan permasalahan yang diteliti, mengenai efektivitas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974. Sumber data ini adalah masyarakat Desa Jlopo Kalurahan Gedangan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. d. Sumber Data Sekunder Yaitu sumber data yang secara tidak langsung memberi keterangan yang mendukung sumber data primer yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur, internet, karya ilmiah, peratuan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. 7. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut : c. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data primer dengan cara terjun langsung kelapangan. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam pengumpulan ini adalah : 85

86 d. Observasi ( Pengamatan ) Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan terhadap efektivitas Undang undang Nomor 7 Tahun 1974 di Desa Jlopo, Kalurahan Gedangan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. e. Kuesioner Yaitu suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti membuat serangkaian pertanyaan yang diisi oleh responden sendiri. Dalam hal ini terdiri dari sehimpunan pertanyaan yang sudah tersusun serta erat hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti. f. Interview / wawancara Yaitu suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan komunikasi secara langsung dengan mengajukan secara pertanyaan yang sudah tersusun, dalam hal ini pertanyaan diajukan kepada POLSEK Grogol. g. Penelitian kepustakaan (Library Research) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur baik diperpustakaan ataupun ditempat lain. Literatur dipergunakan tidak hanya terbatas pada buku-buku tetapi bahan-bahan dokumentasi, masalah yang terkait dengan permasalahan. 86

87 9. Analisis Data Analisa data adalah langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi bentuk laporan.data yang diperoleh selanjutnya dianalisa, pada tahap ini dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat disimpulkan persoalan-persoalan yang diajukan dalam penulisan skripsi ini. Analisa data yang dipergunakan adalah analisa data kuantitatif yang menekankan analisisnya pada pada data-data angka yang diolah dengan metode statistika. G. Tinjauan Tentang Konsep Efektivitas 1. Pengertian Efektifitas Efektivitas adalah kemampuan dalam melakukan suatu upaya untuk menghasilkan sesuatu yang bersifat posistif dan bertujuan menjadi lebih baik dengan cara yang sistematis. Penilaian mengenai efektifitas tersebut adalah apabila suatu tindakan tersebut dapat berjalan sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah direncanakan. Faktor yang mempengaruhi efektivitas tersebut, antara lain: karakteristik hasil, karakteristik pelaku dan karakteristik tindakan. 2. Efektivitas Hukum Efektivitas hukum adalah suatu tindakan yang sistematis dan dimaksudkan untuk menanggulangi tindakan melawan hukum atau penyelewengan terhadap hukum yang terjadi dalam masyarakat. Tindakan tersebut tidak terlepas dari berbagai jenis penyelewengan terhadap hukum yang ada dalam masyarakat. Jenis-jenis penyelewengan tersebut telah terbagi secara 87

88 teoritis menjadi berbagai katagori. Efektivitas hukum berhubungan dengan tindakan kejahatan yang terjadi dalam masyarakat dengan ancaman hukuman yang akan diberikan terhadap suatu tindakan yang terjadi dalam masyarakat. H. Tinjauan Tentang Tindak Pidana 1. Berbagai Istilah Tindak Pidana Istilah tindak pidana merupakan dasar yang penting dalam lapangan hukum pidana, sehingga istilah tindak pidana haruslah sebagai pengertian yang bersifat ilmiah yang harus ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai dalam kehidupan masyarakat. Ada kalanya istilah dalam pengertian hukum telah menjadi istilah dalam kehidupan masyarakat, atau sebaliknya istilah dalam masyarakat yang digunakan sehari-hari dapat menjadi istilah dalam pengertian hukum, misalnya istilah percobaan, sengaja, dan sebagainya. Istilah tindak pidana dimaksudkan sebagai pengganti istilah strafbaar feit dalam bahasan Belanda. Mengenai istilah tindak pidana atau strafbaar feit, beberapa sarjana dan pembentuk undang-undang tidak ada keseragaman pendapat, antara lain: delik, perbuatan pidana, tindak pidana, peristiwa pidana, dan lain-lain. 2. Unsur-unsur Tindak Pidana Tinjauan mengenai strafbaar feit, menurut beberapa pakar hukum pidana adalah sebagai berikut: 88

89 a. Vos Menurut Vos (dalam Bambang Pornomo) strafbaar feit adalah suatu kelakukan yang pada umumnya dilarang dengan ancaman pidana. Unsur dari strafbaar feit, antara lain: 1) Kelakuan manusia; dan 2) Diancam dengan pidana. b. W.P.J Pompe W.P.J. Pompe membedakan pengertian strafbaar feit dalam dua hal, antara lain: 1) Definisi menurut hukum positif, strafbaar feit adalah tidak lain dari pada feit, yang diancam pidana dalam sebuah ketentuan undang-undang. 2) Definisi menurut teori, strafbaar feit adalah perbuatan yang bersifat melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan dan diancam pidana c. J.E. Jonkers J.E. Jonkers membedakan pengertian strafbaar feit menjadi dua bagian, antara lain: 1) Definisi pendek, strafbaar feit ialah suatu kejadian atau feit yang dapat diancam pidana oleh undang-undang. 2) Definisi panjang atau lebih mendalam, adalah suatu kelakuan yang melawan hukum berhubung dengan sengaja atau alpa oleh orang yang dapat dipertanggung jawabkan. 89

90 I. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Perjudian Kejahatan menawarkan atau memberi kesempatan untuk bermain judi dirumuskan dalam Pasal 303 KUHP, yang bunyinya adalah sebagai berikut: (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin: a. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam sesuatu kegiatan usaha itu; b. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam kegiatan usaha itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara; c. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian. (4) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencahariannya itu. (5) Yang disebut dengan permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada keberuntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainannya lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya. J. Karakteristik Demografis Responden Mengenai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian Identifikasi karakteristik demografis responden merupakan suatu upaya untuk memperoleh gambaran mengenai kehidupan sosial masyarakat yang sesuai dengan tujuan penelitian mengenai efektivitas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Melalui identifikasi karakteristik demografis responden diharapkan dapat diketahui penilaian masyarakat mengenai Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Dalam melakukan identifikasi karakteristik demografis 90

91 responden tersebut, penulis menyebarkan kuesioner kepada 150 orang responden, dimana identifikasi karakteristik demografis responden tersebut terdiri dari jenis kelamin, agama, usia responden, jenis pekerjaan dan pendidikan. K. Pengetahuan Masyarakat tentang Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban perjudian. Pengetahuan terhadap suatu kaidah hukum yang dibuat merupakan hal yang sangat penting bagi berlangsungnya suatu kaidah hukum agar dapat berjalan dengan efektif. Pengetahuan masyarakat mengenai kaidah hukum sering kali dipandang sebagai suatu gejala sosial yang sangat rumit, dimana masyarakat kehidupannya diatur oleh hukum, namun hanya mengetahuinya kalau telah terjadi suatu pelanggaran. Hal tersebut juga kadang-kadang dialami oleh orang-orang yang telah mengalami pendidikan hukum. Pengetahuan akan kaidah hukum yang berlaku mengakibatkan timbul masalah-masalah yang menyangkut kebenaran kaidah hukum dan efektivitas dari kaidah-kaidah hukum tersebut. Pengetahuan masyarakat terhadap kaidah hukum yang berlaku akan mengakibatkan terjadinya kepatuhan masyarakat pada hukum sehingga masyarakat dapat secara aktif ikut serta menanggulangi gangguan yang terjadi dalam masyarakat sesuai dengan kaidah dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari survai yang dilakukan terhadap 150 responden dan juga wawancara kepada anggota POLRI maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa masyarakat mempunyai keinginan untuk melakukan 91

92 pemberantasan tindak pidana perjudian, akan tetapi keinginan tersebut tidak diimbangi dengan pemahaman yang jelas mengenai Undang-undang yang mengatur perjudian, sehingga sebagian besar masyarakat kurang memahami undang-undang tentang perjudian (subyek, obyek, dan sanksi pidana). Pemahaman yang kurang terhadap Undang-undang akan mengakibatkan peran serta masyarakat terhadap pemberantasan perjudian menjadi berkurang dan dengan masih banyaknya praktek perjudian ini menunjukkan bahwa Undangundang Nomor 7 Tahun 1974 tidak dapat berjalan dengan efektif. L. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan masalah efektivitas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian terhadap upaya pemberantasan perjudian maka dapat ditarik kesimpulan, antara lain: 4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian tidak berjalan efektif karena masyarakat tidak mengetahui keberadaan apalagi memahami isi dari Undang-undang tersebut, ini dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pemerintah. Dari 150 orang responden, 23 responden (15,33%) yang mengetahui keberadaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974, dan 127 responden (84,66%) yang tidak mengetahui keberadaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974. 5. Pemahaman masyarakat terhadap Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 masih kurang ini dibuktikan masih adanya praktek perjudian walaupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, bentuk perjudiannya macammacam dan alasannya pun beraneka ragam. Bentuk perjudian yang banyak 92

93 dilakukan adalah remi (47%) dan domino (37%), sedangkan alasan yang banyak diutarakan adalah iseng (42%)dan hoby (39,33%) 6. POLRI sudah melakukan upaya pemberantasan secara represif maupun preventif, namun upaya pemberantasan itu mengalami hambatan. Upaya pemberantasan secara represif yaitu menangani kasus perjudian yang masuk ke POLRI,Di wilayah Polres Sukoharjo tahun 2005 terdapat 23 kasus perjudian namun hanya ada 2 kasus yang masuk dalam wilayah hukum Grogol. Upaya pemberantasan secara preventif adalah razia, patroli, penyuluhan kepada masyarakat. Adapun faktor yang menghambat pemberantasan perjudian adalah faktor peraturan yaitu adanya rumusan yang menyatakan. barang siapa tanpa mendapat izin., faktor penegak hokum yaitu adanya beking dari oknum kepolisian dan kurangnya sarana dan prasarana untuk melakukan pemberantasan perjudian, faktor rakyat sebagai pelaksana hokum yaitu masyarakat enggan melapor bahkan menutup-nutupi apabila ada praktek perjudian dan masyarakat menganggap bahwa perjudian adalah suatu hal yang biasa atau bahkan sudah menjadi budaya dalam masyarakat.. M. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai efektifitas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian terhadap upaya pemberantasan tindak pidana perjudian, maka penulis memberikan beberapa saran, antara lain: 93

94 1. Bagi pihak pemerintah terutama pembuat undang-undang, hendaknya melakukan revisi atau membuat undang-undang baru sebagai pengganti Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian karena undang-undang yang ada pada saat ini tidak sesuai dengan semangat pemberantasan perjudian dan nilai kehidupan serta norma masyarakat. 2. Bagi pihak akademis, hendaknya lebih banyak lagi melakukan penelitian mengenai tindak pidana perjudian, sehingga nantinya dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalam upaya pemberantasan tindak pidana perjudian. 3. Bagi masyarakat, hendaknya ikut serta berperan aktif dan berkerja sama dengan aparat pemerintah atau hukum dalam melakukan pemberantasan tindak pidana perjudian. 94