BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak punya cukup dana untuk memenuhi kebutuhannya. Dilain pihak ada juga masyarakat yang kelebihan dana, dan menginginkan dananya tidak menganggur. Oleh karena itu, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat muncullah jasa pembiayaan dan penghimpun dana yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan non bank. Sebagai salah satu lembaga keuangan yang fungsinya menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, kegiatan perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syariah Islam, yakni aspek muamalah yaitu bagian yang mengatur hubungan sesama manusia. Kemunculan lembaga keuangan syariah modern dimulai tahun 1990-an ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Pemikiran tentang pengembangan ekonomi Islam telah ada jauh sebelum masa tersebut. Tetapi setelah terjadinya krisis moneter tahun 1997 banyak bank konvensional yang dilikuidasi karena mengalami Negative Spread kecuali bank yang mendapat bantuan Rekapitulasi dari pemerintah melalui (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang jumlahnya sangat besar mencapai Rp. 650 triliun. (Bank Indonesia, 2008). 1
Krisis tersebut membawa hikmah bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dimana kebutuhan masyarakat akan produk perbankan atau lembaga keuangan syariah yang menggunakan sistem berdasarkan bagi hasil mengalami peningkatan yang sangat pesat, pertumbuhan asset perbankan syariah dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Total asset perbankan syariah secara keluruhan pada desember 2008 telah mencapai Rp. 49,55 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 35,6% dan pangsa terhadap total asset perbankan nasional sebesar 2,14 %, akan tetapi dalam program akselerasi perbankan syariah ditetapkan bahwa pada akhir tahun 2008 pangsa asset perbankan syariah terhadap total asset perbankan nasional ditargetkan mencapai 5 %. (Agustianto, 2008). Sampai saat ini bank yang menjalankan prinsip syariah semakin bertambah, hingga akhir Desember 2008 tercatat sudah terdapat 5 Bank Umum Syariah, 27 Bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS), dan 131 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan masih banyak bank-bank konvensional yang merencanakan membuka Unit Usaha Syariah. (Bank Indonesia, 2008). Sejalan dengan bertambahnya jaringan kantor bank syariah, perkembangan usahanyapun mulai meningkat terlihat dari pertumbuhan Asset, Dana Pihak Ketiga dan pembiayaan yang dikucurkan seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel I.1. Pertumbuhan Asset, Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan dan Non Performing Financing Perbankan Syariah di Indonesia Tahun Total Asset Dana Pihak Katiga Penyaluran Dana Non Performing Financing 2005 2006 36,2% 28,0% 31,4% 32,7% 32,6% 34,2% 2,80% 4,08% 2007 36,7% 35,5% 36,7% 4,05% 2008 35,6% 31,5% 36,7% 3,95% Sumber: Bank Indonesia 2005-2008 (Data eksternal diolah) Dari Tabel I.1 diatas dapat dilihat pada akhir 2008 pertumbuhan aset mengalami penurunan dibanding tahun 2007, begitu juga dengan penghimpunan Dana Pihak ketiga perbankan syariah sedikit mengalami tekanan akibat kuatnya persaingan penghimpunan dana, menunjukkan pertumbuhan sebesar 31,5 % mengalami penurunan dibanding penghimpunan DPK tahun 2007 sebesar 35,5 % dan DPK tahun 2006 sebesar 32,7 % dan hampir sama dengan pertumbuhan DPK tahun 2005 sebesar 31.4 % Penurunan ini dipengaruhi tren kenaikan suku bunga perbankan. Perkembangan dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan deposito lebih rinci pertumbuhannya seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel I.2. Pertumbuhan Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia Tahun Giro Wadiah Tabungan Deposito Mudharabah Mudharabah 2005 2006 13,13% 16,52% 28,05% 31,11% 58,83% 52,37% 2007 13,39% 33,75% 52,86% 2008 11,50% 33,84% 54,66 % Sumber: Bank Indonesia 2005-2008 (Data eksternal diolah) Berdasarkan Tabel I.2 diatas dapat dilihat bahwa penghimpunan dana pihak ketiga, baik tabungan mudharabah dan deposito mudharabah dari tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami laju pertumbuhan yang meningkat, hanya dana pihak ketiga
yang berbentuk giro yang mengalami laju pertumbuhan yang berfluktuasi dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Sedangkan kegiatan penyaluran dana perbankan syariah melalui berbagai bentuk akad mengalami pertumbuhan sebesar 36,7 % sama dengan laju pertumbuhan penyaluran dana sepanjang tahun 2007 dibandingkan laju penyaluran dana tahun 2006 dan 2005 masing masing hanya sebesar 34,2 % dan 32,6%. Laju pertumbuhan pembiayaan tersebut diikuti dengan kinerja pembiayaan yang sedikit membaik dengan NPF sebesar 3,95 %, cenderung menurun dibanding tahun 2007 dan tahun 2006, Sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu perbandingan pembiayaan yang disalurkan dengan DPK tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 103,6 %, semakin meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2005 dan 2006 masing -masing masih sebesar 97,8 % dan 98,9 % dan pada tahun 2007 mulai meningkat menjadi sebesar 99,90 %. Dibawah ini tabel perbandingan FDR Perbankan syariah dengan LDR perbankan konvensional. Tabel I.3. Perbandingan FDR Perbankan Syariah dan LDR Perbankan Konvensional di Indonesia Tahun FDR LDR (Finance to Deposit Ratio) (Loan To Deposit Ratio) 2005 2006 97,80% 98,90% 55,02% 61,56% 2007 99,90% 66,32% 2008 103,6% 74,50% Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008 (Data diolah) Sebagai Perbandingan di dunia perbankan konvensional indikator sejenis dengan FDR disebut dengan Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk 4 tahun belakangan ini mengalami kenaikan, akan tetapi tidak sebesar kenaikan FDR perbankan syariah,
hal ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah lebih baik dibanding perbankan konvensional. Meskipun demikian pembiayaan yang dikucurkan perbankan syariah masih lebih banyak pada produk murabahah (Jual Beli) yang sifatnya konsumtif dibanding dengan pembiayaan pada produk mudharabah dan musyarakah yang sifatnya bagi hasil masing masing, seperti terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel I.4. Penyaluran Dana pada Produk Utama Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun Pembiayaan Pembiayaan Mudharabah Musyarakah Piutang Murabahah 2005 2006 20,50 % 19,87 % 12,50 % 11,42 % 62,30 % 61,75 % 2007 19,96 % 15,77 % 59,24 % 2008 19,40 % 16,25 % 58,87 % Sumber: Bank Indonesia 2005-2008 (Data eksternal diolah) Dari Tabel I.4 diatas dapat dilihat bahwa pembiayaan yang dikucurkan pada produk murabahah dari tahun ke tahun selalu lebih besar dibanding pembiayaan lainnya, hal ini mencerminkan bahwa sumbangan perbankan syariah bagi bergeraknya sektor riil masih sangat minim, dan ini masih jauh dari target yang ingin dicapai, dimana diharapkan produk pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) lebih mendominasi, hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan nasabah dalam membayar kembali pinjamannya. Unsur ini biasanya tercermin pada pembiayaan bermasalah yang dikenal dengan Non Performing Financing. Dalam kaitan inilah menjadi lebih menarik dan penting untuk meneliti pengaruh DPK dan NPF terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia.
I.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada Pengaruh Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari : giro, tabungan, deposito serta Non Performing Financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis apakah ada pengaruh Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari : giro, tabungan, deposito serta Non Performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia. I.4. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Bagi institusi perbankan khususnya perbankan syariah, penelitian ini berguna sebagai masukan dalam merumuskan konsep pengembangan bank syariah dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi perbankan syariah serta meningkatkan kemampuan dan daya saing perbankan syariah di tengah persaingan perbankan secara nasional. b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen penelitian ini bisa menambah kekayaan hasil penelitian dan dapat menjadi rujukan serta dikembangkan lebih lanjut.
c. Sebagai motivasi bagi peneliti peneliti lain untuk mengkaji lebih jauh perkembangan dan arah pengembangan bank syariah, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan. d. Bagi penulis penelitian ini berguna menambah pengalaman dalam khasanah penelitian dan menambah wawasan mengenai perbankan syariah. I.5. Kerangka Konsep Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing, Penyaluran Dana, pada penelitian ini sejalan dengan pendapat (Muhammad : 2004) mengemukakan bahwa : Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi perkembangan kemampuan dalam menghimpun dana masyarakat, baik skala kecil maupun besar, dengan masa pengendapan yang memadai. Dana yang berasal dari masyarakat ini merupakat titipan ataupun penyertaan yang sewaktu-waktu akan ditarik kembali. Setelah dana pihak ketiga, dikumpulkan, maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya, maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan. Menurut Iqbal dan Abbas ( 2007 : 99) menyatakan bahwa : The Landscape of any financial system is therefore dominated by the nature of financial intermediation, i.e.,how the function of intermediation is performed, who intermediates between the suppliers and users of fund, and what role the intermediary play in the saving-invesment process and in corporate finance. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada pasal 1 mengatakan bahwa: Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
nasabah kepada bank syariah dan / atau UUS berdasarkan akad Wadiah atau akad lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Pasal 37 mengatakan: Penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh Bank Syariah dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan Bank Syariah dan UUS. Mengingat bahwa penyaluran dana dimaksud bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah dan UUS, risiko yang dihadapi Bank Syariah dan UUS dapat berpengaruhi pula kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Oleh karena itu, untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bank diwajibkan menyebar risiko dengan mengatur penyaluran kredit atau pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada nasabah debitur atau kelompok nasabah debitur tertentu. Kemudian menurut Abdullah (2005) mengemukakan: Sumber utama dana bank dalam aktivitas penghimpunan dana dari masyarakat berasal dari bentuk simpanan deposito berjangka (time deposite), tabungan (saving), dan simpanan giro (demand deposit). Ketiga sumber dana tersebut sering disebut sumber dana pihak ketiga atau juga sumber dana tradisional. Selain sumber dana tersebut bank juga memiliki sumber dana lain yang berasal dari pinjaman melalui bank Indonesia dan bank lain (sumber dana pihak II) dan sumber dana yang berasal dari modal sendiri (sumber dana pihak pertama).
Menurut Warjiyo (2005:435) mengemukakan: perilaku penawaran atau penyaluran kredit perbankan dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan faktor lain seperti karakteristik internal bank yang meliputi sumber dana pihak ketiga, permodalan yang dapat diukur dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) dan jumlah kredit bermasalah (non performing financing). Rivai dan Andria (2008) menyatakan: Bahwa Pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan sebagai shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Jadi dapat disimpulkan bahwa : perbankan memiliki fungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyaluran dana dari masyarakat dan untuk masyarakat (Fungsi Intermediasi Bank). Dana yang dihimpun oleh bank dari masyarakat merupakan Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari giro, tabungan dan doposito. Dimana dana ini tidak boleh diendapkan di bank. Alokasi dana harus dijalankan terutama untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi tersebut guna mendorong dan mempercepat pertumbuhan sektor rill. Pembiayaan bermasalah atau Non Performing financing, sering terjadi dalam penyaluran dana kepada masyarakat jika bank tidak berhati hati dalam menganalisis
dan mengawasi jalannya pembiayaan. Besar kecilnya NPF mempengaruhi besar kecilnya penyaluran dana, ini terjadi karena sikap kehati-hatian bank dan besar kecilnya dana yang ada di bank. Untuk melihat pengaruh DPK dan NPF terhadap penyaluran dana perbankan syariah dapat dilihat pada kerangka konsep berikut ini: DPK (Dana Pihak Ketiga): Giro (X1) Tabungan (X2) Deposito (X3) Penyaluran Dana Perbankan Syariah (Y) Non Performing Financing (X4) Gambar I.1. Kerangka Konsep Pengaruh DPK dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah I.6. Hipotesis Penelitian Ada pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia.