7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Dalam hal ini, pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungannya dimana mereka tinggal dapat dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapanya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Setiap petani ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya, akan tetapi hal-hal diatas merupakan penghalang sehingga cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup mereka lama tidak mengalami perubahan perubahan (Kartasapoetra, 1993). Menurut Samsudin (1982), yang dimaksud dengan petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran. Menguasi sebidang tanah dapat diartikan pula penyewa, bagi hasil, atau berupa memiliki tanah sendiri. Petani juga dapat menggunakan tenaga kerja yang sifatnya tidak tetap di samping tenaganya sendiri. Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil 7
8 laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 1993). Tanah adalah salah satu aspek terpenting dalam pertanian yang menyangkut masalah tanah adalah kepemilikan, penggunaan dan pemeliharaan, pengawasan, dan penguasaan (Mubyarto, 1985). Bagi petani yang memiliki atau menguasai lahan yang luas akan lebih tertarik untuk meningkatkan produktivitas mereka karena mereka dapat keuntungan yang lebih besar (Soekartawi, 1999). Bagi petani yang status lahannya menyewa akan mencerminkan pendapatan yang rendah dibandingkan dengan petani yang status lahannya milik sendiri. Lahan sewa adalah lahan yang disewa oleh seorang petani kepada pihak lain, karenanya petani mempunyai kewenangan seperti tanah milik diluar batas jangka waktu sewa yang disepakati, penyewa tidak mempunyai kewenangan untuk menjual atau menjaminkan tanah tersebut sebagai agunan. Dalam hal perencanaan usaha, petani penyewa harus mempertimbangkan jangka waktu sewa, demikian pula dalam penentuan cabang usahanya (Hernanto, 1993). Salsinha (2005) menyimpulkan bahwa, produksi dan efisiensi produksi usahatani padi sawah dipengaruhi oleh faktor luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja. Input atau faktor produksi sektor pertanian adalah semua pengorbanan yang diberikan pada tanaman, agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan secara optimal. Di berbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production faktor atau korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produk yang diperoleh. Dalam
9 berbagai pengalaman menunjukkan, faktor produksi lahan dan modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting di antara faktor produksi yang lain (Widowati, 2007). 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani/buruh tani. Selain faktor faktor tersebut praktek manajemen (pemupukan, pemberian pestisida dan sebagainya) juga sangat mempengaruhi produktivitas (Tambunan, 2003). Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan ide-ide baru tersebut. Sebagaimana telah diketahui pada umunya petani masih mengalami kesulitan dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petani dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat berupa lemahnya modal, rendahnya tingkat pendidikan, dan keterampilan serta lemahnya bergaining position yang dimiliki oleh petani itu sendiri. Fasilitas yang dapat diberikan kepada petani dapat berupa sarana produksi pertanian berupa sarana produksi pertanian seperti bibit tanaman unggul, pupuk, obat-obatan, pembasmi hama dan biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk membayar upah
10 buruh yang melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh petani itu sendiri (Soekartawi, 1998). Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap inovasi. Semakin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994). Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usaha petani berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah (Kartasapoetra, 1994). Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian ditambah dengan pendapatan rumah tangga dari luar usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dan yang cukup dalam berusahatani. Rendahnya pendapatan menyebabkan turunnya investasi (Soekartawi, 2002). Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung kepada faktor eksteren dan interen. Faktor interen itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial di antaranya: umur, tingkat pendidikan, frekuensi mengikuti penyuluhan dan lamanya berusahatani. Sedangkan faktor-faktor ekonomi di antaranya adalah: jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimiliki oleh
11 petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengelolaan usahatani (Soekartawi, 1999). Adapun faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas padi sawah yakni antara lain: 2.2.1.1. Umur Menurut Soekartawi (1999), rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia. Petani berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda. Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan (Kusuma, 2006). Makin muda petani biasanya lebih semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi (Lubis, 2000). Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1993). Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan
12 sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). 2.2.1.2. Bibit Menurut Nandhar Mundhy Nugroho (2011), dengan penggunaan bibit padi yang baik, maka akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Selain itu kelebihan penggunaan bibit bermutu adalah menghasilkan produksi padi yang tinggi. Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektivitas dan efesiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian dapat diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman (Widowati, 2007). 2.2.1.3. Lama Berusahatani Menurut Soekartawi (1999) pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Kusuma, 2006). 2.2.1.4. Pupuk Selain dari faktor produksi, yaitu luas lahan, tenaga kerja, dan penggunaan benih, faktor lain yang mempengaruhi produksi padi adalah penggunaan pupuk. Tingkat produktivitas usahatani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh
13 tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka produtivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang, sehingga produksi beras di Jawa Tengah mengalami penurunan. Oleh karena itu berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputuskan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum (Triyanto, 2006). Mula-mula pupuk yang digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman cukup dengan pupuk kandang atau kompos. Namun karena pupuk kandang dan kompos dinilai kurang memuaskan akhirnya ditemukan pupuk buatan (pupuk kimia) yang mangandung hara lengkap, baik makro maupun mikro. Pupuk kimia tersebut memiliki kemampuan ajaib untuk memacu pertumbuhan dan produktivitas tanaman budi daya (Andoko, 2008). Pemupukan berimbang yang didasari oleh konsep pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) adalah salah satu konsep penetapan rekomendasi pemupukan. Dalam hal ini, pupuk diberikan untuk mencapai tingkat kesediaan hara esensial yang seimbang di dalam tanah dan optimum guna: (a) meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman, (b) meningkatkan efisiensi pemupukan, (c) meningkatkan kesuburan tanah, dan (d) menghindari pencemaran lingkungan (Deptan, 2007).
14 2.3. Penelitian Terdahulu Mahananto (2009) melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Padi Sawah (Studi Kasus di Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah). Penelitian dilakukan terhadap 120 petani sampel di empat desa sampel di wilayah Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang digunakan secara simultan faktor-faktor luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja efektif, jumlah pupuk, jumlah pestisida, pengalaman petani dalam berusahatani, jarak rumah petani dengan lahan garapan, dan sistem irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah. Selain itu model yang digunakan menunjukkan bahwa: secara parsial luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja efektif, jumlah pupuk, jumlah pestisida (obat-obatan), jarak lahan garapan dengan rumah petani dan sistem irigasi berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi sawah. Sedangkan pengalaman petani tidak berpengaruh (non significant) terhadap peningkatan produksi padi sawah. Rika Meiliza (2006) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan (1) penggunaan pupuk urea, SP-36, ZA, NPK Ponska di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah,(2) penggunaan pupuk urea dan parsial berpengaruh nyata terhadap produksi, (3) penambahan pupuk urea 1 % mengakibatkan produksi meningkat sebesar 0,59 %, (4) Penggunaan pupuk SP-36 oleh petani padi sawah tidak optimal, (5) Efisiensi teknis penggunaan pupuk urea terhadap produksi pada lahan luas lebih besar daripada lahan sempit.
15 Sugiarto (2008) melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Padi Sawah di Kabupaten Dharmasraya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat Pengaruh positif dan signifikan terhadap luas lahan dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. (2) Terdapat pengaruh positf dan signifikan antara penggunaan bibit unggul dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara penggunaan pupuk dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. (4) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara penggunaan tenaga kerja dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. (5) Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara luas lahan, bibit unggul, dan tenaga kerja dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. 2.4. Kerangka Konseptual Petani adalah setiap individu yang mempunyai ataupun tidak mempunyai lahan untuk usaha pertaniannya untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnya di bidang pertanian yang pada umumnya faktor utama produksi di dalam bertani adalah yang dipakai untuk melaksanakan usahataninya (Soekartawi, 1999). Petani dengan status penyewa (murni) adalah petani yang mengusahakan lahan usahatani dimana seluruh areal sawah yang dikerjakan adalah lahan yang disewa (100% milik orang lain). Petani penyewa memperoleh hak pakai atas tanah
16 yang dibayar dengan tunai atau dengan jumlah hasil produksi yang sudah ditentukan terlebih dahulu (Todaro,1998). Pada umumnya petani penyewa yang terdapat di daerah daerah pedesaan tidak banyak yang memiliki lahan sendiri sehingga keberadaan petani pemilik yang memberikan lahannya untuk disewakan dan dikerjakan oleh petani penyewa sedikit banyaknya telah membantu petani penyewa dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Petani dengan status penyewa adalah petani yang mengusahakan lahan usahatani dimana areal sawah yang digarapnya merupakan lahan yang disewa dari orang lain. Petani penyewa memperoleh hak pakai atas tanah yang dibayar dengan uang atau membayar dengan jumlah hasil yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Faktor faktor yang mempengaruhi sikap petani penyewa terhadap produktivitas padi sawah yakni kontribusi masing-masing faktor terhadap produktivitas padi sawah tidaklah sama tetapi memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
17 Adapun skema kerangka pemikiran berkaitan dengan faktor-faktortersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Umur Produktivitas Usahatani Padi Sawah 2. Bibit 3. Lama Bertani 4. Pupuk Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Keterangan : = menyatakan pengaruh
18 2.5. Hipotesis Penelitian Adapun yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah umur, bibit, lamanya bertani dan pupuk berpengaruh nyata terhadap produktivitas usahatani padi sawah petani penyewa lahan.