BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

KUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi?

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Aigner (1985:18), filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan 12 varietas yang akan dilakukan oleh 10 kabupaten yang sentra produksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II. KERANGKA TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam

VII ANALISIS PENDAPATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB II TINJUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

TEKNOLOGI PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO. Oleh. Ir. Azri, MSi.

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Pemikiran Teoritis Keuntungan Usahatani

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Dalam hal ini, pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungannya dimana mereka tinggal dapat dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapanya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Setiap petani ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya, akan tetapi hal-hal diatas merupakan penghalang sehingga cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup mereka lama tidak mengalami perubahan perubahan (Kartasapoetra, 1993). Menurut Samsudin (1982), yang dimaksud dengan petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran. Menguasi sebidang tanah dapat diartikan pula penyewa, bagi hasil, atau berupa memiliki tanah sendiri. Petani juga dapat menggunakan tenaga kerja yang sifatnya tidak tetap di samping tenaganya sendiri. Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil 7

8 laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 1993). Tanah adalah salah satu aspek terpenting dalam pertanian yang menyangkut masalah tanah adalah kepemilikan, penggunaan dan pemeliharaan, pengawasan, dan penguasaan (Mubyarto, 1985). Bagi petani yang memiliki atau menguasai lahan yang luas akan lebih tertarik untuk meningkatkan produktivitas mereka karena mereka dapat keuntungan yang lebih besar (Soekartawi, 1999). Bagi petani yang status lahannya menyewa akan mencerminkan pendapatan yang rendah dibandingkan dengan petani yang status lahannya milik sendiri. Lahan sewa adalah lahan yang disewa oleh seorang petani kepada pihak lain, karenanya petani mempunyai kewenangan seperti tanah milik diluar batas jangka waktu sewa yang disepakati, penyewa tidak mempunyai kewenangan untuk menjual atau menjaminkan tanah tersebut sebagai agunan. Dalam hal perencanaan usaha, petani penyewa harus mempertimbangkan jangka waktu sewa, demikian pula dalam penentuan cabang usahanya (Hernanto, 1993). Salsinha (2005) menyimpulkan bahwa, produksi dan efisiensi produksi usahatani padi sawah dipengaruhi oleh faktor luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk TSP dan tenaga kerja. Input atau faktor produksi sektor pertanian adalah semua pengorbanan yang diberikan pada tanaman, agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan secara optimal. Di berbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production faktor atau korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produk yang diperoleh. Dalam

9 berbagai pengalaman menunjukkan, faktor produksi lahan dan modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting di antara faktor produksi yang lain (Widowati, 2007). 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani/buruh tani. Selain faktor faktor tersebut praktek manajemen (pemupukan, pemberian pestisida dan sebagainya) juga sangat mempengaruhi produktivitas (Tambunan, 2003). Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan ide-ide baru tersebut. Sebagaimana telah diketahui pada umunya petani masih mengalami kesulitan dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petani dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat berupa lemahnya modal, rendahnya tingkat pendidikan, dan keterampilan serta lemahnya bergaining position yang dimiliki oleh petani itu sendiri. Fasilitas yang dapat diberikan kepada petani dapat berupa sarana produksi pertanian berupa sarana produksi pertanian seperti bibit tanaman unggul, pupuk, obat-obatan, pembasmi hama dan biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk membayar upah

10 buruh yang melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh petani itu sendiri (Soekartawi, 1998). Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap inovasi. Semakin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994). Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usaha petani berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah (Kartasapoetra, 1994). Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian ditambah dengan pendapatan rumah tangga dari luar usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dan yang cukup dalam berusahatani. Rendahnya pendapatan menyebabkan turunnya investasi (Soekartawi, 2002). Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung kepada faktor eksteren dan interen. Faktor interen itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial di antaranya: umur, tingkat pendidikan, frekuensi mengikuti penyuluhan dan lamanya berusahatani. Sedangkan faktor-faktor ekonomi di antaranya adalah: jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimiliki oleh

11 petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengelolaan usahatani (Soekartawi, 1999). Adapun faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas padi sawah yakni antara lain: 2.2.1.1. Umur Menurut Soekartawi (1999), rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia. Petani berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda. Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan (Kusuma, 2006). Makin muda petani biasanya lebih semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi (Lubis, 2000). Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1993). Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan

12 sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). 2.2.1.2. Bibit Menurut Nandhar Mundhy Nugroho (2011), dengan penggunaan bibit padi yang baik, maka akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Selain itu kelebihan penggunaan bibit bermutu adalah menghasilkan produksi padi yang tinggi. Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektivitas dan efesiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian dapat diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman (Widowati, 2007). 2.2.1.3. Lama Berusahatani Menurut Soekartawi (1999) pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Kusuma, 2006). 2.2.1.4. Pupuk Selain dari faktor produksi, yaitu luas lahan, tenaga kerja, dan penggunaan benih, faktor lain yang mempengaruhi produksi padi adalah penggunaan pupuk. Tingkat produktivitas usahatani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh

13 tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka produtivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang, sehingga produksi beras di Jawa Tengah mengalami penurunan. Oleh karena itu berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputuskan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum (Triyanto, 2006). Mula-mula pupuk yang digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman cukup dengan pupuk kandang atau kompos. Namun karena pupuk kandang dan kompos dinilai kurang memuaskan akhirnya ditemukan pupuk buatan (pupuk kimia) yang mangandung hara lengkap, baik makro maupun mikro. Pupuk kimia tersebut memiliki kemampuan ajaib untuk memacu pertumbuhan dan produktivitas tanaman budi daya (Andoko, 2008). Pemupukan berimbang yang didasari oleh konsep pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) adalah salah satu konsep penetapan rekomendasi pemupukan. Dalam hal ini, pupuk diberikan untuk mencapai tingkat kesediaan hara esensial yang seimbang di dalam tanah dan optimum guna: (a) meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman, (b) meningkatkan efisiensi pemupukan, (c) meningkatkan kesuburan tanah, dan (d) menghindari pencemaran lingkungan (Deptan, 2007).

14 2.3. Penelitian Terdahulu Mahananto (2009) melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Padi Sawah (Studi Kasus di Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah). Penelitian dilakukan terhadap 120 petani sampel di empat desa sampel di wilayah Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang digunakan secara simultan faktor-faktor luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja efektif, jumlah pupuk, jumlah pestisida, pengalaman petani dalam berusahatani, jarak rumah petani dengan lahan garapan, dan sistem irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah. Selain itu model yang digunakan menunjukkan bahwa: secara parsial luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja efektif, jumlah pupuk, jumlah pestisida (obat-obatan), jarak lahan garapan dengan rumah petani dan sistem irigasi berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi sawah. Sedangkan pengalaman petani tidak berpengaruh (non significant) terhadap peningkatan produksi padi sawah. Rika Meiliza (2006) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan (1) penggunaan pupuk urea, SP-36, ZA, NPK Ponska di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah,(2) penggunaan pupuk urea dan parsial berpengaruh nyata terhadap produksi, (3) penambahan pupuk urea 1 % mengakibatkan produksi meningkat sebesar 0,59 %, (4) Penggunaan pupuk SP-36 oleh petani padi sawah tidak optimal, (5) Efisiensi teknis penggunaan pupuk urea terhadap produksi pada lahan luas lebih besar daripada lahan sempit.

15 Sugiarto (2008) melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Padi Sawah di Kabupaten Dharmasraya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat Pengaruh positif dan signifikan terhadap luas lahan dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. (2) Terdapat pengaruh positf dan signifikan antara penggunaan bibit unggul dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara penggunaan pupuk dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. (4) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara penggunaan tenaga kerja dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. (5) Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara luas lahan, bibit unggul, dan tenaga kerja dengan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya. 2.4. Kerangka Konseptual Petani adalah setiap individu yang mempunyai ataupun tidak mempunyai lahan untuk usaha pertaniannya untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnya di bidang pertanian yang pada umumnya faktor utama produksi di dalam bertani adalah yang dipakai untuk melaksanakan usahataninya (Soekartawi, 1999). Petani dengan status penyewa (murni) adalah petani yang mengusahakan lahan usahatani dimana seluruh areal sawah yang dikerjakan adalah lahan yang disewa (100% milik orang lain). Petani penyewa memperoleh hak pakai atas tanah

16 yang dibayar dengan tunai atau dengan jumlah hasil produksi yang sudah ditentukan terlebih dahulu (Todaro,1998). Pada umumnya petani penyewa yang terdapat di daerah daerah pedesaan tidak banyak yang memiliki lahan sendiri sehingga keberadaan petani pemilik yang memberikan lahannya untuk disewakan dan dikerjakan oleh petani penyewa sedikit banyaknya telah membantu petani penyewa dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Petani dengan status penyewa adalah petani yang mengusahakan lahan usahatani dimana areal sawah yang digarapnya merupakan lahan yang disewa dari orang lain. Petani penyewa memperoleh hak pakai atas tanah yang dibayar dengan uang atau membayar dengan jumlah hasil yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Faktor faktor yang mempengaruhi sikap petani penyewa terhadap produktivitas padi sawah yakni kontribusi masing-masing faktor terhadap produktivitas padi sawah tidaklah sama tetapi memiliki keterkaitan satu sama lainnya.

17 Adapun skema kerangka pemikiran berkaitan dengan faktor-faktortersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Umur Produktivitas Usahatani Padi Sawah 2. Bibit 3. Lama Bertani 4. Pupuk Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Keterangan : = menyatakan pengaruh

18 2.5. Hipotesis Penelitian Adapun yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah umur, bibit, lamanya bertani dan pupuk berpengaruh nyata terhadap produktivitas usahatani padi sawah petani penyewa lahan.