BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2,3. Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA

BAB I. berbagai program dan upaya kesehatan (Depkes, 2004). mutu pelayanan dan mutu hasil pemeriksaan di laboratorium.

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan minat para tenaga kerja kesehatan (Riono, 2007). tuntutan masyarakat akan suatu pelayanan kesehatanpun meningkat, di

PENGEMBANGAN MODEL PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN REAGENSIA LABORATORIUM KLINIK RUMAH SAKIT PANTIWILASA CITARUM SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan pelayanan prima rumah sakit di Indonesia tertuang dalam Keputusan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk :

DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS SUKALUYU Jln. Bojongsari Sukamulya, Sukaluyu Cianjur Telp

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP)

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. berkarya secara penuh untuk membuahkan hasil yang optimal. Kehadiran

DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS SUKALUYU Jln. Bojongsari Sukamulya, Sukaluyu Cianjur Telp

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 364/MENKES/SK/III/2003 TENTANG LABORATORIUM KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB II LANDASAN TEORI

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang perekonomian, politik, maupun ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

Elemen Penilaian BAB VIII

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN PEMANTAPAN MUTU INTERNAL LABORATORIUM TUBERKULOSIS PADA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MATARAM TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia

BAB II GAMBARAN UMUM, VISI, MISI, TUJUAN, MOTTO, NILAI DAN FALSAFAH RUMAH SAKIT

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RS. ROYAL PRIMA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran kinerja..., Tutik Hartini, FKM UI, 2009

JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM RSHS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif ditunjukan pada

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DIBIDANG MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

BAB IV METODE PENELITIAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

Panduan Identifikasi Pasien

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Instalasi Gizi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix method dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian non eksperimental ini menggunakan metode penelitian kuantitatif

PANDUAN PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN LOGO RS X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Rekam medis a. Pengertian rekam medis Menurut permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. Universitas pembina di Indonesia. Universitas Gadjah Mada yang berlokasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit tersebut, maka terkena kewajiban menyelenggarakan. pelayanan rekam medis sesuai dengan PERMENKES RI No.

PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM PELAPORAN REKAM MEDIS DI KLINIK ASRI MEDICAL CENTER

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992;

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laboratorium merupakan bagian dari sarana kesehatan yang digunakan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan yang melaksanakan suatu pemeriksaan yang dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit, penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dikeluarkan dalam bentuk Lembar Hasil Uji (LHU) yang digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan, dan pemantauan hasil pengobatan, serta penentuan prognosis. Oleh karena itu, pelayanan laboratorium selain perlu meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan pemeriksaan dalam arti kuantitatif, juga dapat melayani pemeriksaaan yang diminta dalam arti kualitatif dapat memberikan hasil pemeriksaan yang bermutu sehingga dapat dipercaya (Depkes RI, 2003). Di dalam pemantapan mutu laboratorium kesehatan, untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium diperlukan kegiatan pencegahan dan meminimalkan kesalahan-kesalahan mulai dari kesalahan pra analitik, analitik dan pasca analitik (Depkes, 1997). Tahap post analitik di laboratorium memiliki peranan penting dalam pencatatan dan pemberian hasil pemeriksaan yang nantinya digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan, sehingga pada proses pencatatan dan pemberian hasil pemeriksaan laboratorium hendaknya dilakukan verifikasi pada hasil pemeriksaan untuk mencegah kesalahan dan untuk memperlancar proses post analitik di laboratorium (Depkes, 2004). Menurut berita Medan Bisnis, pada tanggal 3 Maret 2014 di Medan, terjadi peristiwa meninggalnya dua orang pasien karena salah mengkonsumsi obat. Kesalahan mengkonsumsi obat tersebut diakibatkan karena tertukarnya hasil pemeriksaan laboratorium pasien A yang menderita diabetes dengan pasien B yang menderita hipertensi, sehingga dokter salah memberikan resep obat dan menyebabkan kondisi pasien semakin parah dan meninggal dunia.

2 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Doris Sylvanus Palangka Raya merupakan salah satu rumah sakit yang sebelum mendiagnosis suatu penyakit melakukan pemeriksaan laboratorium. Dalam pemeriksaan laboratorium, tahap post analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang meliputi penulisan hasil pemeriksaan, pencatatan nama pasien, dan pemberian hasil pemeriksaan pada pasien yang tepat. Dalam 1 (satu) tahunnya pasien yang melakukan pemeriksaan di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya berjumlah 46.067 pasien dengan pasien perharinya adalah ±90 pasien. Sedangkan petugas laborat seluruhnya adalah 21 petugas dan 1 dokter sebagai kepala instalasi. Ketidakseimbangan antara jumlah pasien dengan jumlah petugas yang bekerja kemungkinan dapat mempengaruhi pemantapan mutu laboratorium. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang kesalahan tahap post analitik di laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. B. Identifikasi Masalah Berkaitan dengan penegakkan diagnosa melalui lembar hasil pemeriksaan, maka dilakukan kajian data dalam bentuk studi observasional terhadap persentase kesalahan tahap post analitik, sehingga dibuat identifikasi masalah sebagai berikut: 1) Adanya kemungkinan tingginya persentase kesalahan tahap post analitik di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 2) Adanya kemungkinan terjadi kesalahan kesalahan tahap post analitik di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1) Berapa persentase kesalahan tahap post analitik di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya? 2) Kesalahan apa yang sering ditemukan dalam tahap post analitik di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?

3 D. Batasan Masalah Penelitian ini hanya dibatasi pada persentase kesalahan tahap post analitik dan jenis-jenis kesalahan tahap post analitik yang ditemukan di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 19 Mei 14 Juni 2014. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengetahui persentase kesalahan tahap post analitik di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 2) Mengetahui jenis-jenis kesalahan yang ditemukan dalam tahap post analitik di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Petugas Laboratorium Dapat menjadi bahan evaluasi dan pencegahan terhadap kesalahan post analitik pada sampel pasien di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 2. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dalam proses post analitik sampel pasien di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 3. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang tahap post analitik yang terjadi di laboratorium, sehingga masyarakat agar selalu memperhatikan identitas dan permintaan pemeriksaan pada lembar hasil uji.

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laboratorium Klinik Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi, atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang atau menentukan diagnosis, pemantauan perjalanan penyakit dan terapi serta prognosis (Depkes RI, 2009). Laboratorium melakukan pemeriksaan laboratorium yang merupakan kegiatan pelayanan kesehatan dan menjadi dasar pelayanan di laboratorium kesehatan. Salah satu di antaranya adalah adanya hasil pemeriksaan laboratorium yang nantinya digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan serta penentuan prognosis (Kemenkes RI, 2010). Usaha untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang bermutu, diperlukan suatu kegiatan pemantapan mutu laboratorium kesehatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan tersebut di antaranya adalah validasi dan verifikasi. Validasi merupakan upaya yang dilakukan untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan melalui Pemantapan Mutu Internal (PMI), kesesuaian hasil terhadap parameter lain dan kesesuaian hasil dengan keadaan klinis pasien. Sedangkan verifikasi merupakan upaya pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai post analitik dengan melakukan pengecekan setiap tindakan/proses pemeriksaan (Kemenkes RI, 2010). Berdasarkan studi yang dilakukan Plebani dan Carraro dalam Westgard (2008), kontribusi kesalahan laboratorium menunjukkan bahwa ada 60% kesalahan pra analitik, 15% kesalahan analitik dan 25% kesalahan post analitik.

5 Administrative Validation Sample Validation Technical Validation Patient Validation Clinical Validation 60% Pra analitik 15% analitik 25% Post analitik Gambar 1. Kontribusi kesalahan Laboratorium berdasarkan studi yang dilakukan Plebani dan Carraro Validasi administrasi mengacu pada langkah-langkah yang dimulai dengan pemilihan dan permintaan tes yang tepat, pengumpulan informasi yang tepat untuk memahami konteks pengujian, serta validasi kondisi pasien yang benar, preparasi yang benar, dll Validasi sampel berkaitan dengan memperoleh sampel yang tepat, pada waktu yang tepat, pada pasien yang tepat pengolahan yang tepat, dan pengiriman sampel, dan penggunaan sampel yang tepat untuk pengukuran analitik. Validasi teknis harus dilakukan dengan mendapatkan hasil yang benar, yang mengharuskan mengetahui kualitas yang dibutuhkan untuk tes, memvalidasi ketepatan dan ketelitian proses pengukuran, prosedur Quality Control (QC) yang tepat, dan menerapkan pengukuran dan control prosedur dengan benar. Validasi pasien mensyaratkan bahwa hasil uji yang tepat secara benar dilaporkan ke catatan pasien yang tepat dan mempertimbangkan apakah itu hasil tes sesuai dengan pengetahuan pasien. Validasi klinis didasarkan dengan pasien yang menerima pengobatan klinis yang tepat berdasarkan hasil uji laboratorium.

6 B. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 48 Tahun 2008, struktur organisasi Instalasi Patologi Klinik RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya sebagai berikut : DIREKTUR WAKIL DIREKTUR PENUNJANG MEDIK DAN NON MEDIK KEPALA INSTALASI dr. FRAULEIN ARYATI, Sp.PK Koordinator Pelayanan Teknis Medis Koordinator Reagensia dan alat SYARIFAH, AMAK Bendahara MARDIATI, AMAK Penanggung jawab administrasi, pencatatan & pelaporan YUSUA, SE Koordinator Pra analitik FAISAL RAHMAN, AMAK Hematologi Kimia Klinik-imunoserologi Mikrobiologi-cairan tubuh Pemeriksaan cito/24 jam DAYATI, AMAK A.SAEKHU, SKM MALASINTA, AMAK HARYANI, AMAK Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Klinik RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

7 C. Kegiatan Pemantapan Mutu Laboratorium Kegiatan pemantapan mutu laboratorium kesehatan merupakan semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat yang tepat, dari spesimen yang tepat dan diinterpretasikan secara tepat berdasarkan rujukan data yang tepat pula. ( Depkes RI, 2004 ). Kegunaan dari pemantapan mutu oleh laboratorium adalah : a) Meningkatkan kualitas laboratorium b) Meningkatkan moral dalam kehidupan karyawan laboratorium (kemantapan pemberian hasil, kesadaran akan usaha yang telah dilakukan, serta prestice yang diberikan kepadanya) c) Merupakan suatu metoda pengawasan (kontrol) yang efektif dilihat dari fungsi manajerial. d) Melakukan pembuktian apabila terdapat hasil yang meragukan oleh pengguna (konsumen) laboratorium karena sering tidak sesuai dengan gejala klinis. e) Penghematan biaya pasien karena berkurangnya kesalahan hasil sehingga tidak perlu ada duplo. Menurut Depkes RI ( 2004 ), dalam kegiatan pemantapan mutu laboratorium terdiri dari dua komponen, yaitu : Pemantapan Mutu Eksternal (external quality control) dan Pemantapan Mutu Internal (internal quality control). 1) Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan pemantapan mutu eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional. 2) Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal meliputi kegiatan : tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap post analitik.

8 Menurut Depkes RI (2004), dalam kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai dengan melakukan pencegahan ulang setiap tindakan/ proses pemeriksaan, yang harus dilakukan dan diperhatikan sebagai berikut : 1. Tahap Pra Analitik Tahap pra analitik adalah tahap awal sampel untuk siap di periksa / di analisa. Kelengkapan tahap pra analitik perlu didukung dengan penerimaan dan preparasi sampel oleh petugas atau staf laboratorium. Kelengkapan formulir permintaan pemeriksaan, persiapan pasien, penanganan spesimen dan persiapan sampel untuk analisa. Kesalahan pra analitik terjadi sebelum spesimen pasien diperiksa untuk analitik oleh sebuah metode/instrument tertentu. Mencakup permintaan uji, persiapan pasien, dan pengumpulan serta penanganan spesimen. Kesalahankesalahan seperti itu mencakup juga kesalahan pengertian petugas dalam membaca perintah, memerintahkan jenis uji yang tidak tepat, salah identifikasi pasien, dan penyimpanan spesimen yang tidak baik. 2. Tahap Analitik Tahap analitik adalah tahap dalam pemeriksaan spesimen, dimana spesimen di analisa/ diperiksa menggunakan suatu instrument atau metode tertentu. Tahap ini meliputi persiapan reagen/media, pipetasi reagen dan sampel, inkubasi dan pemeriksaan. Kesalahan terjadi selama proses pengukuran dan disebabkan kesalahan acak atau kesalahan sistematis mencakup pemeliharaan dan kalibrasi alat, uji kualitas reagen, uji ketepatan dan ketelitian. 3. Tahap Post Analitik Tahap post analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang berupa lembar hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan bahan penunjang atau penentu diagnosis suatu penyakit. Tahap ini meliputi pembacaan hasil ( penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian) dan pelaporan hasil. Kesalahan post analitik terjadi setelah pengambilan sampel dan proses pengukuran dan mencakup kesalahan dalam mengkomunikasikan hasilhasilnya. Contoh-contohnya adalah laporan-laporan yang sulit dibaca karena

9 tulisan yang tidak jelas atau form hasil yang kotor, tidak adanya rentang nilai rujukan yang sesuai, perhitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian yang salah. Tujuan pemantapan mutu internal adalah : a) Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek analitik dan klinis. b) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera. c) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya. d) Membantu perbaikan pelayanan pasien melalui peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium (Depkes, 2004). Setiap tindakan dapat merupakan sumber kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium. Dalam melakukan pemantapan mutu terhadap suatu pemeriksaan tidak begitu saja dapat diinterpretasi hanya dari hasil pemeriksaan tetapi harus dinilai secara keseluruhan pemantapan dalam proses pemeriksaan laboratorium yang meliputi berbagai jenis aktifitas dalam laboratorium seperti : persiapan pasien, pengambilan bahan atau sampel, penanganan sampel, pengiriman sampel, pemeriksaan, penilaian atau interpretasi hasil, dan pencatatan hasil. D. Tahap Post Analitik Tahap post analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar-benar valid atau dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan di laboratorium harus dilakukan dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan (Depkes RI,1999).

10 Menurut Charles (2007), kegiatan tahap post analitik di laboratorium antara lain : 1. Rekaman Analisis (Catatan Pengujian =CP) Rekaman analisis atau catatan pengujian adalah rekaman orisinil pengujian yang direkam oleh personel penguji. Suatu rekaman analisis minimal merekam informasi hasil pemeriksaan. Format rekaman analisis dapat berupa buku catatan atau lembaran analisis. Suatu laboratorium, rekaman analisis direkam terlebih dahulu dalam buku catatan dan kemudian informasi itu dipindahkan ke lembar catatan pengujian(cp) sebagai bentuk pelaporan dari personel penguji kepada penyelia atau manajer teknis. Buku catatan pengujian disimpan oleh personel penguji sebagai arsipnya. Catatan pengujian setelah diperiksa oleh penyelia atau manajer teknis, menjadi sumber data untuk laporan hasil uji (LHU) dan catatan pengujian menjadi arsip laboratorium yang dijadikan satu berkas dengan salinan laporan hasil uji bersama-sama dengan dokumen lainnya yang berkaitan dengan pengujian sampel tersebut. Jadi, catatan pengujian adalah penghubung utama antara pekerjaan analitik itu sendiri dan informasi yang disajikan kepada pasien dalam laporan hasil uji akhir. 2. Pelaporan Hasil Pengujian Suatu laboratorium, yang terpenting dalam melayani pasien adalah cara pelaporan hasil uji yang perlu disetujui lebih dulu. Format dari laporan, unit dari pengukuran dan dasar perhitungan yang dibuat harus dapat dimengerti oleh pasien, sehingga mempermudah pasien menginterpretasi hasilnya. E. Kesalahan-Kesalahan Tahap Post Analitik Setiap hasil pengujian mengandung kesalahan yang tidak dapat dihindari. Pengetahuan dan perhatian kepada sumber kesalahan akan membantu mengurangi terjadinya kesalahan dan menemukan penyebabnya lebih cepat dari suatu kesalahan yang timbul.

11 Menurut Charles (2007), jika suatu proses post analitik digunakan secara rutin, kesalahan yang timbul dapat diatasi dan digolongkan sebagai berikut : 1) Kesalahan Perhitungan (perhitungan dan pemindahan data tidak dicek ulang oleh personel lain, kesalahan rumus dalam prosedur atau instruksi kerja, satuan yang tidak benar, kesalahan pembulatan, mengabaikan penggunaan data estimasi ketidakpastian pengukuran yang tertera pada sertifikat kalibrasi alat yang digunakan, mengabaikan penggunaan faktor pengenceran atau menggunakan faktor pengenceran yang tidak benar, tidak memahami komponen ketidakpastian dalam perhitungan, dan ketidakpastian pengukuran dalam suatu pengujian). 2) Kesalahan dalam pelaporan hasil (informasi yang kurang dalam laporan hasil, salah penulisan hasil pemeriksaan, tidak ada tanda tangan personel yang berwenang, interpretasi yang tidak sesuai tentang hasil pemeriksaan, dan salah alamat penerimaan hasil pemeriksaan). F. Komitmen Bersama untuk Peningkatan Mutu Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus siap memberikan pelayanan prima dengan komitmen cepat, tepat, ramah, informatif, dan transparan dengan penjelasan sebagai berikut : 1) Memberikan pelayanan yang CEPAT, yaitu keinginan membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap dan seksama, siap, dengan waktu terukur dan selalu sedia setiap saat. 2) Memberikan pelayanan yang TEPAT, yaitu menguasai pekerjaan, dilakukan di tempat, kompetensi dan sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku dengan mendahulukan keselamatan pasien. 3) Memberikan pelayanan yang RAMAH, yaitu pengetahuan dan kemampuan untuk menghargai orang lain dengan tetap menjaga kesopanan dan prinsip rendah hati, tulus dan ikhlas. 4) INFORMATIF, yaitu kemampuan melakukan hubungan komunikasi yang baik dalam bahasa yang jelas dan mudah dimengerti.

12 5) TRANSPARAN, yaitu bersifat terbuka, kemudahan bekerjasama, akses yang mudah bagi semua pihak yang membutuhkan dan menyediakan fasilitas memadai dan mudah dilakukan.

13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian survei, yang menggambarkan dan mengumpulkan informasi terhadap kesalahan-kesalahan yang ditemukan pada pencatatan dan pemberian hasil pemeriksaan di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah lembar hasil uji pasien rawat inap dan rawat jalan yang melakukan pemeriksaan di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 2. Sampel Sampel yang diambil adalah lembar hasil uji pasien rawat inap dan rawat jalan yang ditemukan kesalahan tahap post analitik di Laboratorium RSUD dr. Doris Silvanus Palangka Raya periode tanggal 19 Mei 14 Juni 2014. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah di Laboratorium Patologi Klinik RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 19 Mei 2014 sampai 14 Juni 2014. D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah Lembar Hasil Uji (LHU) dan identifikasi kesalahan tahap post analitik pada sampel pasien rawat inap dan rawat jalan.

14 2. Definisi Operasional Variabel a. Lembar Hasil Uji (LHU) adalah hasil akhir pemeriksaan laboratorium yang akan diberikan kepada pasien untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemulihan hasil pengobatan. b. Kesalahan post analitik adalah kesalahan yang ditemukan diakhir pemeriksaan pada lembar hasil uji pasien rawat inap dan rawat jalan, dengan memperhatikan komponen kesalahan post analitik sebagai berikut: 1) Pencatatan hasil pada lembar hasil uji tidak jelas, ada coretan dan salah tempat mencatat hasil uji, sehingga salah dalam membaca hasilnya. 2) Pemberian lembar hasil uji tidak diberikan pada pasien yang benar dan tepat, karena nama pasien yang sama. 3) Peletakan lembar hasil uji pada pasien yang salah. Misalnya : Lembar hasil uji milik pasien A diletakkan di lembar hasil uji milik pasien B. 4) Pemeriksaan yang diminta tidak dikerjakan melainkan melakukan pemeriksaan lain. Misalnya : Pasien meminta pemeriksaan Malaria tetapi yang dikerjakan pemeriksaan Hematokrit. 5) Nama yang ditulis pada lembar hasil uji salah atau kurang tepat sehingga tidak sesuai dengan lembar permintaan. Misalnya : Pada lembar permintaan nama pasien ditulis Alfianoor tetapi yang ditulis di lembar hasil uji ahmad alfianor. 6) Ada pemeriksaan yang tidak dilakukan atau ketinggalan saat disalin ke lembar hasil uji. 7) Ada pemeriksaan yang dilakukan tetapi tidak diminta dalam lembar permintaan.

15 E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi/pengamatan terhadap lembar hasil uji dan mengidentifikasi kesalahankesalahan yang ditemukan pada proses post analitik untuk selanjutnya ditulis pada tabel pengamatan dan didapatkan hasil dalam bentuk persentase. F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar hasil uji pasien rawat inap dan rawat jalan. G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini adalah observasi atau pengamatan terhadap kesalahan tahap post analitik pada lembar hasil uji pasien rawat inap dan rawat jalan di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya adalah sebagai berikut : Tahap Post Analitik Pengamatan dan Identifikasi kesalahan Post Analitik Ditemukan Kesalahan Tidak Ditemukan Kesalahan Tabel Pengamatan ( diberi tanda ) Tabel Pengamatan ( tidak diberi tanda ) Gambar 3. Alur Prosedur Penelitian

16 H. Teknik Analisis Data Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu data dikumpulkan kemudian dibuat dalam bentuk tabel dan diagram, kemudian dianalisis serta dibuat pembahasan dan kesimpulannya. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan rumus persentase dan uji tabel Z. Data yang diperoleh melalui rekapitulasi diolah dengan menggunakan rumus dibawah ini ( Margono, 2003 ) : = 100% Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi dari jumlah kesalahan yang ditemukan N = Responden dari jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan Kemudian dilakukan Uji Z untuk mengetahui kesalahan yang terjadi dapat ditoleransi atau tidak, dengan menggunakan rumus dibawah ini : =. ( ) Keterangan : = Proporsi (persentase) kesalahan yang diperbolehkan P 0 n = Proporsi (persentase) kesalahan hasil pengamatan = Banyaknya jumlah pasien (sampel) I. Jadwal Penelitian No. Jenis Kegiatan 1. Pengumpulan Referensi Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2. Pengumpulan Data 3. Penyusunan Proposal 4. Konsultasi Proposal Meminta Ijin Tempat 5. dan Surat Penelitian 6. Observasi 7. Melakukan Penelitian 8. Penyajian dan Pelaporan 9. Penyusunan KTI 10. Sidang KTI Tabel 1. Jadwal penelitian

17 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kesalahan tahap post analitik pada sampel pasien rawat inap dan rawat jalan ada 1.130 pasien yang melakukan 918 pemeriksaan kimia klinik, 631 pemeriksaan hematologi, 32 pemeriksaan mikrobiologi dan 170 pemeriksaan urinalisa di Laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya periode tanggal 19 Mei sampai 14 Juni 2014 dengan observasi/pengamatan langsung, ternyata ada 196 pasien yang ditemukan kesalahan tahap post analitik, yang terdiri dari 174 kesalahan jenis pemeriksaan kimia klinik (K), 29 kesalahan jenis pemeriksaan hematologi (H), 3 kesalahan jenis pemeriksaan mikrobiologi (M), dan 7 kesalahan jenis pemeriksaan urinalisa (U). Penelitian inii menghitung jumlah kesalahan tahap post analitik pada sampel pasien rawat inap dan rawat jalan dalam persen (%) untuk setiap jenis pemeriksaan dan jumlah keseluruhan kesalahan tahap post analitik yang ditemukan pada tanggal 19 Mei sampai 14 Juni 2014. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 20 0 3 1 89 42 18 Jumlah Kesalahan Gambar 4. Grafik jumlah kesalahan tahap post analitik jenis pemeriksaan kimia klinik

18 Persentase kesalahan tahap post analitik pada sampel pasien rawat inap dan rawat jalan pada pemeriksaan kimia klinik = =. = 15,,39 % 100% 100% 15 10 11 14 5 0 3 0 0 1 3 Jumlah kesalahan Gambar 5. Grafik jumlah kesalahan tahap post analitik jenis pemeriksaan Hematologi Persentase kesalahan tahap post analitik pada sampel pasien rawat inap dan rawat jalan pada pemeriksaan Hematologi = =. = 2,56 % 100% 100% 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 0 0 0 3 0 0 Jumlah Kesalahan Gambar 6. Grafik jumlah kesalahan tahap post analitik jenis pemeriksaan Mikrobiologi