TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT MOODY

dokumen-dokumen yang mirip
TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT GORDON

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI. Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

Kegemaran 15. Bab 2. Kegemaran

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI SURAT DARI IBU KE DALAM KARANGAN NARATIF. Oleh

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI KE DALAM BENTUK PROSA BEBAS. Oleh

Liburan 63. Bab 6. Liburan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra ialah seni pertunjukan dalam kata-kata dan memiliki kekuatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara etimologis metode berasal dari kata Yunani Metodos yang berarti

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah sastra atau karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni,

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh keterampilan menyimak, membaca dan berbicara. membuat parafrase lisan dalam kontek bekerja.

PR ONLINE MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA XII SMA (KODE: S03)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah bahasa dalam dunia pendidikan merupakan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DALAM KONTEKS GLOBAL Problematika dan Solusi

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

KATA CINTA DALAM BAHASA INDONESIA KAJIAN MORFOLOGI DAN SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. keindahan. Sastra adalah hasil penghayatan pengarang terhadap kehidupan. Hasil

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan.

BAB V PENGGUNAAN PUISI KARYA ANAK USIA 7-11 TAHUN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran umum

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

PEMANFAATAN SASTRA SEBAGAI BAHAN AJAR PENGAJARAN BIPA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

PANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID BAHASA MELAYU TINGKATAN 3

Artikel Bahasa Indonesia

Transkripsi:

TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT MOODY Sebelum kita sampai pada pembicaraan mengenai teori pembelajaran apresiasi sastra menurut Moody, ada baiknya Anda terlebih dahulu mengetahui prinsip ganda karya sastra. Menurut Moody (1971) karya sastra memiliki prinsip ganda sebagai berikut: pertama, sastra sebagai pengalaman dan kedua, sastra sebagai bahasa. Sastra sebagai pengalaman artinya sesuatu yang harus dihayati, dinikmati, dirasakan dan dipikirkan. Dengan demikian, berdasarkan prinsip ini karya sastra yang kita sajikan dalam pengajaran apresiasi sastra hendaknya menyajikan pengalaman baru yang kaya bagi para siswa. Oleh karena itu, karya sastra tersebut harus memberikan pengaruh kepada kehdupan para siswa. Hal yang terutama harus dilakukan guru sastra adalah memberikan bimbingan agar para siswa menemukan makna karya sastra menurut mereka sendiri. Sikap yang paling tepat yang harus ditunjukkan guru sastra dalam kaitan ini adalah sikap 'pasifbijaksana'. Artinya, guru lebih banyak memberikan kebebasan kepada para siswa untuk memberikan tafsiran. Ia hanya berbicara pada saat yang benar-benar dibutuhkan. Prinsip ganda berikutnya adalah sastra sebagai bahasa. Sebagai sebuah komunikasi yang menggunakan bahasa, karya sastra menggunakan teknik-teknik pemakaian unsur kebahasaan, misalnya pernyataan, keterangan, pembandingan, ungkapan, nada, dan tekanan kalimat. Dengan demikian, karya sastra harus dipelajari melalui analisis verbal. Guru sastra hendaknya memahami seluk-beluk kebahasaan yang dipakai dalam karya sastra yang disajikan kepada para siswa. Setelah memahami prinsip ganda yang terdapat dalam karya sastra, marilah kita menelusuri tata cara penyajiannya. Menurut Moody (1971) pembelajaran apresiasi sastra mengikuti penahapan berikut. 1. pelacakan pendahuluan; 2. penentuan sikap praktis; 3. introduksi; 4. penyajian;

5. diskusi; dan 6. pengukuhan. Keenam tahap tersebut rinciannya sebagai berikut. Masing-masing disajikan secara rinci pada bagian berikut ini. Pertama, pelacakan pendahuluan. Pada tahap ini guru mempelajari karya sastra. Pemahaman terhadap karya sastra penting agar guru dapat menentukan strategi yang tepat, dapat menentukan aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian yang khusus dari siswa. Misalnya pengulangan yang kuat seperti yang ditunjukkan dalam puisi "Perempuanperempuan Perkasa" pada larik yang berbunyi Perempuan-perempuan yang membawa bakul... harus mendapat perhatian para siswa. Mengapa pengulangan ini demikian kuat. Apakah artinya? Apakah tidak memiliki efek bagi puisi ini secara keseluruhan? Kalau ada efeknya, bagaimanakah efek dari pengulangan ini? Hal lain yang harus diperhatikan dalam pelacakan pendahuluan ini ialah meneliti fakta-fakta yang masih perlu dijelaskan. Misalnya fakta yang terdapat dalam sajak "Karangan Bunga" bagi kakak yang ditembak mati siang tadi harus dicari penjelasannya. Syukur kalau mereka masih ingat peristiwa terbunuhnya Pahlawan Ampera itu dalam perspektif sejarah. Pelacakan pendahuluan juga penting untuk menemukan cara penyajian pembelajaran apresiasi sastra yang tepat dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: siapakah yang jadi sasaran penyair/pengarang itu apakah pribadi tertentu atau manusia pada umumnya. Misalnya siapa yang dituju oleh sajak "Perempuan-perempuan Perkasa" Hartoyo Andangjaya tadi, berbeda dengan sasaran sajak "Teratai" Sanusi Pane. Pertimbangan lainnya antara lain dari segi bagaimana pengarang menyajikan karyanya. Apakah pengarang - dalam hal ini penyair - menggunakan gaya monolog pada sajak "Doa" Chairil Anwar. Tuhan dalam sajak itu berfungsi sebagai apa? Hal lain yang harus diperhatikan yaitu apakah karya sastra itu bermakna tersirat atau tersurat. Walaupun karya sastra umumnya memiliki makna tersirat, tetapi ada pula karya-karya tertentu yang memiliki makna tersurat, misalnya sajak "Menyesal" karya Ali Hasjim. Berbecla dengan sajak "Menuju ke Laut" karya Sutan Takdir Alisjahbana yang memiliki arti tersirat. Tahap kedua dalam pembelajaran apresiasi sastra menuru Moody adalah penentuan sikap praktis. Yang dimaksud dengan penentuan sikap praktis di sini adalah bagaimana guru menentukan hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan penyajian pembelajaran apresiasi sastra. Pada tahap ini guru harus menentukan karya sastra mana yang akan disajikan. Karya

sastra yang akan disajikan hendaknya tidak terlalu panjang. Usahakan karya sastra yang bisa disajikan dalam satu pertemuan. Hal lain yang harus ditentukan pada tahap ini adalah informasi apa yang perlu diberikan kepada siswa agar mempermudah siswa memahami karya sastra. Informasi/ keterangan awal itu hendaknya jelas dan seperlunya. Pada tahap ini guru juga harus menentukan kapan karya sastra dibagikan. Tahap ketiga adalah introduksi atau pengantar. Pada tahap ini guru memberikan, informasi awal berupa uraian singkat mengenai karya yang disajikan, termasuk juga informasi mengenai pengarangnya dan karya pengarangnya yang lain. Harap jangan Anda lupakan situasi dan kondisi saat suatu karya sastra diciptakan. Misalnya, ketika kita akan menyajikan cerita pendek "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis, kita berbicara tentang masyarakat Minangkabau secara singkat, begitu pula tentang A.A. Navis dan karya-karyanya yang lain. Tahap keempat adalah tahap penyajian. Pada tahap ini kita sebagai guru harus meyakini terlebih dahulu hakikat sastra yang bersifat lisan, khususnya puisi. Pada tahap ini, khususnya puisi lebih baik dibacakan dulu secara nyaring. Pembaca puisi tidak mesti selalu guru, tetapi bisa saja para siswa sendiri. Walaupun demikian, suara guru sebenarnya lebih mereka sukai. Hanya, kelemahannya mereka cenderung meniru apa yang dilakukan gurunya. Lagi pula, tidak setiap guru sastra mampu membacakan puisi dengan baik. Jadi, yang jadi model pembacaan puisi tidak mesti selalu guru. Pada kesempatan ada siswa yang sangat bagus, siswalah yang membacakan puisi. Justru yang harus didorong adalah agar seluas mungkin para siswa meyakini mereka bisa membaca puisi. Akan lebih baik bila misalnya ada model pembacaan puisi dari para penyair yang direkam. Model ini diperlukan hanya semacam pola, bukan yang harus diikuti secara persis dengan cara menirunya. Alangkah baiknya bila suara yang membacakan puisi itu direkam pada media audio. Suara yang direkam bisa suara guru, siswa sendiri, atau penyair. Dengan demikian, model pembacaan itu dapat diulang-ulang bila sewaktu-waktu diperlukan. Bila suara guru sendiri yang diulang para siswa akan meyakini bahwa gurunya sebagai model profesional sekaligus akan membuat guru makin berwibawa di mata siswa. Akan tetapi, bila hal ini tidak mampu guru lakukan, guru bisa minta tolong kepada para siswa sendiri atau kepada siapa saja yang pembacaannya layak dijadikan model. Bagaimana dengan cerita pendek (juga novel)? Cerita pendek atau. novel tidak mesti selalu dibacakan seperti puisi. Untuk cerita pendek, mungkin saja satu cerita pendek itu

dibacakan secara bergiliran di depan kelas setelah mereka membaca dalam hati masingmasing. Ini diperlukan untuk memberikan efek lebih pada penikmatan. seperti juga pada puisi, sekaligus ini merupakan bagian dari pelajaran membaca ekspresif dan pembelajaran apresiasi sastra. Dengan demikian, pembacaan karya sastra sekaligus meraih dua pulau, pulau pembelajaran apresiasi sastra dan pulau pelajaran membaca ekspresif. Hanya, guru juga sesekali boleh turut membacakan satu bagian dari cerita pendek. Jangan terlalu panjang. Biarkan bagian mereka yang lebih panjang. Untuk novel, bacalah satu atau dua fragmen dari suatu novel yang dianggap akan menarik minat siswa. Misalnya, jika mereka sedang membaca novel Jalan Tak Ada Ujung, Muchtar Lubis, bacakan beberapa bagian mengenai keragu-raguan guru Isa sehingga menyebabkannya mengalami impotensi. Bacakan pula bagian yang menggambarkan bagaimana keragu-raguan bahkan ketakutan yang selama ini mencekam guru Isa lenyap seketika. Sebagai contoh kepada mereka diberikan sajak yang berjudul "Sajak Orang Gila", karya Sapardi Djoko Damono (Suryadi, 1987: 413-415). Pertama-tama sajak ini bisa saja dibacakan oleh salah seorang murid atau guru atau model pembaca (berupa rekaman). Sajak ini pada kedua kalinya bisa - atau bahkan ketiga atau keempat kalinya - dibaca secara bersama-sama oleh dua atau tiga orang Siswa dengan cara sebagai berikut. I dan III I dan III I dan III : aku bukan orang gila, saudara : tapi anak-anak kecil mengejek orang-orang tertawa : ketika kukatakan kepada mereka: aku temanmu : beberapa anak berlari ketakutan yang lain tiba melempari batu : aku menangis di bawah trembesi di atas dahan kudengar seekor burung bernyanyi anak-anak berkata: lucu benar orang gila itu sehari muput menangis tersedu-sedu. : orang-orang yang lewat di jalan berkata pelan: orang itu sudah jadi gila sebab terlalu berat menafsir makna dunia : sekarang kususuri saja sepanjang jalan raga

sambil bernyanyi: aku bukan orang gila I dan III I dan III dan II I dan III : lewat pintu serta lewat jendela nampak orang-orang menggelengkan kepada mereka: kasihan orang yang dulu terlampau sabar itu roda berputar, dan ia jadi begitu : kupukul tong sampan dan tiang listrik kunyanyikan lagu-lagu tentang lapar yang menarik kalau hari ini aku tak makan lagi jadi genap sudah berpuasa dalam tiga hari tapi pasar sudah sepi, sayang sekali tak ada lagi yang memberikan nasi ke mana aku mesti pergi, ke mana lagi : orang itu sudah lama gila, kata mereka tapi hari ini begitu pucat nampaknya apa kiranya yang telah terjadi padanya : akan kukatakan pads mereka: aku tidak gila! aku orang lapar, saudara : kudengar berkata seorang ibu: : jangan kalian ganggu orang gila itu, anakku nanti kalian semua diburu : orang kota semua telah mengada-ada, aduhai menuduhku seorang yang sudah gila aku toh cuma menangis tanpa alasan tertawa-tawa sepanjang jalan dan lewat jendela, tergeleng kepada mereka: : kurus benar sejak ia jadi gila Formasi pembacaannya bisa Anda variasikan sesuai dengan kondisi yang Anda hadapi. Yang terpenting dari kegiatan ini siswa beroleh efek yang lain yang membuat mereka lebih menikmati puisi bila dibandingkan dengan mereka membaca secara perseorangan. Sampailah kita sekarang kepada tahap yang kelima yaitu tahap diskusi. Pada tahap

ini berikan kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk memberikan tafsiran, walaupun pada bagian tertentu guru - sedikit demi sedikit memberikan kondisi agar mereka mampu menangkap makna karya sastra yang sedang dipelajari. Pada bagian ini beri mereka kesempatan untuk menyampaikan tanggapan tanpa campur tangan guru. Guru tetap diharap memiliki sikap "pasif-bijaksana". Artinya, kalau tidak perlu benar guru harus bisa menahan diri agar tidak berbicara. Dorong mereka untuk menarik kesan umum, kesan khusus, dan kesan umum lagi untuk menarik simpulan. Dorong pula mereka agar menangkap ide global. Bagaimana ide itu ditunjukkan dalam kalimat-kalimat? Bagaimana penyusunannya? Apa arti kias karya sastra itu? Rincian-rincian tadi coba dipadukan untuk beroleh simpulan. Hindari pembahasan yang tidak ada relevansinya dengan pembelajaran apresiasi sastra atau terlalu jauh misalnya membahas aspek tatabahasa karya sastra itu tanpa mengaitkannya dengan makna karya sastra tersebut. Dengan demikian, pernbelajaranapresiasisastra tidak akan terperosok kepada pembelajaran tatabahasa belaka. Baik, misalnya kita membahas "Sajak Orang Gila", karya Sapardi Djoko Damono tadi. Berikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya memancing diskusi mereka seperti pertanyaan-pertanyaan berikut. 1. Kesan umum puisi tersebut bagaimana? 2. Secara khusus kesan ouisi tersebut bagaimana? 3. Ide umum puisi tersebut berbicara tentang apa? 4. Bagaimana ide itu diwujudkan dalam puisi? 5. Sarana kebahasaan apa saja untuk mewujudkan hal itu? 6. Apakah makna sajak ini secara keseluruhan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut (bisa diidentifikasi sejumlah pertanyaan lagi) bersifat mengarahkan. Biarkan mereka menarik simpulan sendiri, tanpa campur tangan guru. Di sinilah guru harus bersikap pasif bijaksana. Bila mereka menemui jalan buntu, bantuan yang harus guru berikan bukan memberikan ikannya, tetapi berilah mereka pancingnya. Beri kebebasan mereka memancing ikan secara langsung. Bila diskusi mereka melebar kepada hal-hal yang jauh sekali dari pembahasan karya sastra, arahkan kembali misalnya dengan mengutip bagian yang relevan dari karya sastra yang sedang dipelajari.

Tahap terakhir dari langkah-langkah pembelajaran apresiasi sastra menurut Moody ini ialah pengukuhan. Pengukuhan di sini maksudnya langkah ini akan lebih mengukuhkan pemahaman siswa terhadap karya sastra yang dipelajari. Pengukuhan ini bisa dilakukan secara lisan, bisa pula secara tertulis. Pengukuhan yang bersifat lisan misalnya dengan cara mengusahakan agar tiap siswa membacakan puisi di depan kelas, tidak perlu secara perseorangan. Bisa saja secara berkelompok dengan cara membaca rampak seperti sudah ditunjukkan pada bagian/tahap penyajian tadi. Formulasinya berikan kepada mereka kebebasan berkreasi. Untuk apresiasi cerpen atau novel tidak mungkin hal ini dilakukan. Mungkin bisa dilakukan dengan cara pengukuhan tertulis, misalnya berupa tugas menulis esei tentang salah satu aspek yang menurut mereka menarik dari karya sastra tersebut. Contoh pengukuhan tertulis lainnya bisa dengan cara meminta mereka mengubah genre karya sastra, misalnya dari puisi menjadi cerpen atau sebaliknya.