BAB III PENUTUP. kesimpulan bahwa realisasi hak-hak narapidana untuk mendapatkan upah atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah penulis

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Fungsi dan peran Lembaga Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan dapat diambil suatu

BAB III PENUTUP. 1. Asas persamaan perlakuan dan pelayanan bagi Narapidana belum. pelayanan bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), alinea keempat adalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III PENUTUP. menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari: berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

BAB III PENUTUP. dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan suatu kerusuhan

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB III PENUTUP. beberapa kesimpulan tentang pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana di

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB V PENUTUP. kesimpulan sebagai berikut bahwa:

BAB III PENUTUP. disimpulkan dalam penelitian ini bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Salah satu tujuan negara Indonesia sebagaimana termuat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan penulis, berdasarkan

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlakuan terhadap para pelanggar hukum, merupakan masalah

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Hak-hak korban pelanggaran HAM berat memang sudah diatur dalam

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian analisis data dan wawancara dengan narasumber

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mahrus, 2011, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, UII Pers, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema berpendapat

2016, No tentang Grasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5150); 2. U

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan yaitu :

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

JURNAL PEMENUHAN HAK NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI)

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang

2014, No c. bahwa dalam praktiknya, apabila pengadilan menjatuhkan pidana tambahan pembayaran uang pengganti, sekaligus ditetapkan juga maksimu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB III PENUTUP. maupun hukum positif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bersyarat sudah berjalan cukup baik dan telah berjalan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membicarakan hukum adalah membicarakan hubungan

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. lingkungan sosial yang lama. LAPAS, misalnya mencuri. c. Sikap senioritas yang kerap terjadi. d. Sifat emosional yang berlebihan.

BAB III REMISI BAGI TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PP NO 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP NO 32 TAHUN 1999 TENTANG

BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan pemenuhan hak anak didik pemasyarakatan yang masih berstatus

Jurnal Skripsi PEMENUHAN HAK-HAK NARAPIDANA SELAMA MENJALANI MASA PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA YOGYAKARTA

JURNAL ILMIAH IMPLEMENTASI HAK-HAK NARAPIDANA UNTUK MENDAPATKAN UPAH/PREMI ATAS PEKERJAAN YANG DILAKUKAN DI LEMBAGA

Daftar Pustaka. Berbagai Permaslahannya,Sinar Grafika,Jakarta, Retribusi Ke Reformasi.Pradnya Paramita,Jakarta 1985

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan prinsip pemasyarakatan : 1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan bekal hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 1999 TENTANG KERJASAMA PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 1999 TENTANG KERJASAMA PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-XV/2017

PP 57/1999, KERJA SAMA PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

EKSISTENSI KEBERADAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA. Oleh: Laras Astuti

DAFTAR PUSTAKA. Ak, Syahmin, Hukum Diplomatik Dalam Kerangka Studi Analisis, (Jakarta: PT.

RINGKASAN PUTUSAN. Darmawan, M.M Perkara Nomor 13/PUU-VIII/2010: Muhammad Chozin Amirullah, S.Pi., MAIA Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI), dkk

BAB III PENUTUP. kekerasan terhadap anak dalam keluarga dan cara Preventif yaitu bahwa

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Analisis data diatas telah jelas menguraikan mengenai jawaban dari

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

UPAYA RUMAH TAHANAN NEGARA DALAM MENCEGAH NARAPIDANA MELARIKAN DIRI PENULISAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. berlaku 31 Desember. Ini merupakan tindakan dan hasil kemajuan besar dari bangsa kita,

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan karunia Tuhan yang senantiasa membawa perubahan dan

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN DILIHAT DARI PERAN KORBAN DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB III PENUTUP. Pemasyarakatan narkotika Yogyakarta adalah:

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema mengatakan

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11

a. Kedudukan hukum (legal standing) Pemohon b. Kewenangan Mahkamah Konstitusi perkara tersebut mengandung unsusr-unsur:

Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

Negeri Wonosari dalam pelaksanaan checking on the spot tidak

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB III PENUTUP. umum dalam memberikan perlindungan terhadap korban sebagai saksi kekerasan. dalam rumah tangga maka dapat disimpulkan bahwa:

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Institute for Criminal Justice Reform

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

SKRIPSI PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGAMATAN TERHADAP NARAPIDANA OLEH HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT STUDI KASUS DI LAPAS SLEMAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. tindak pidana dapat dilihat sebagai suatu bentuk tingkah laku yang menyimpang

DAFTAR PUSTAKA. Attamimi, A.Hamid S. (1990). Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. Adji, Indriyanto Seno. Korupsi dan Hukum Pidana. Jakarta : Kantor Pengacara & Konsultasi Hukum Prof. Oemar Seno Adji, SH&Rekan, 2001.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis. 1. Kepastian Hukum Penyelenggaraan Jamsostek bagi TK LHK belum

2018, No Pengadilan Tinggi diberi kewenangan untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana pemilu; c. bahwa dengan berlakunya ke

DAFTAR PUSTAKA. Prakoso, Abintoro, Hukum Perlindungan Anak, Yogyakarta : LaksBang PRESSindo.

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang penulis lakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa realisasi hak-hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan selama menjalani masa pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan relatif cukup baik, dengan mengunakan tolak ukur yang telah diatur dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta Nomor: W22.Ea- 01. DL.03.02 Tahun 2007 tentang Premi dan atau Upah Karya narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta Tahun 2007. Dikatakan demikian karena dalam aturan tersebut narapidana wajib untuk menerima upah dan atau premi setiap bulan dengan besaran yang sudah ditentukan, namun dalam realisasinya pemberian premi tidak dilakukan setiap bulan, tetapi pemberian premi itu dilakukan ketika hasil produksi laku terjual dan menghasilkan keuntungan. B. Saran Untuk mewujudkan hak narapidana mendapatkan upah atau premi sebagaimana telah diatur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, serta diatur lebih lanjut dalam Pasal 29 ayat (1-5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dapat berlaku secara efektif, sebaiknya Departemen Hukum dan HAM serta lembaga 47

48 pemasyarakatan dapat memberikan perhatian lebih terhadap narapidana berkaitan dengan hak tersebut seperti: 1. Perlunya atauran yang jelas mengenai mekanisme pembagian upah atau premi yang disepakati oleh kedua belah pihak antara narapidana dengan pihak Lembaga Pemasyarakatan selaku pemberi kerja. Sehingga ada kepastian dalam hal besarnya upah atau premi yang akan mereka terima serta waktu kapan mereka menerima upah atau premi, realita yang terjadi di lapangan untuk hal yang satu ini kurang mendapat perhatian dari pihak Lembaga Pemasyarakatan, mereka cenderung membuat aturan sepihak tanpa melibatkan narapidana di dalamnya. 2. Perlunya pelatihan atau penyuluhan tentang pelatihan kerja serta hak yang mereka peroleh berupa upah, dengan melibatkan instansi yang terkait perlu terus dilakukan supaya baik narapidana maupun petugas Lembaga Pemasyarakatan menyadari penuh akan arti penting pelatihan kerja di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana dan petugas Lembaga Pemasyarakatan hendaknya juga bekerja sama dalam mewujudkan pelatihan kerja yang baik, karena dalam mewujudkan pelatihan kerja yang baik, kontrol dan keterlibatan petugas Lembaga Pemasyarakatan mutlak dibutuhkan. 3. Mengenai dana, pemerintah memang sudah memberikan subsidi untuk dana operasional, untuk menunjang kegiatan narapidana dalam bidang unit kerja atau bimbingan kerja (bimker) tetapi seyogyanya jumlah dana tersebut ditinjau ulang apakah sudah sesuai kebutuhan narapidana atau belum.

49 4. Tugas hakim sebagai pengawas dan pengamat, sebagaimana diatur dalam Pasal 277 sampai dengan Pasal 283 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP menghendaki adanya tanggung jawab moral Hakim yang mewajibkannya mengikuti dan melindungi hak-hak terpidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan, termasuk dalam hal ini hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan selama menjalani masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan, jika Hakim pengamat berpendapat pembinaan dan perlakuaan yang diberikan narapidana kurang baik, ia dapat menyarankan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan usul-usul perbaikan. Di samping hal tersebut diatas, berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 1985 untuk menghindari terjadinya pelanggaran atas hak-hak terpidana maka perlu diadakan Checking on the Spot paling sedikit tiga bulan sekali ke Lembaga Pemasyarakatan untuk memeriksa kebenaran berita acara pelaksanaan putusan pengadilan yang ditandatangani oleh Jaksa, Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan terpidana.

DAFTAR PUSTAKA Buku Hanitijo Soemitro, Ronny, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta Hestu Cipto Handoyo, B., 2003, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan & Hak Asasi Manusia, edisi Pertama, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Priyatno, Dwidja, 2006, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung. Muladi, H., 2005, Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Prespektif Hukum dan Masyarakat, edisi kedua, PT Refika Aditama, Bandung. El-Muhtaj, Majda, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, edisi kedua, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Mertokusuma, Sudikno, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta. Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Dasar 1945 yang telah diamandemen. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 3614. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Website http://www.google.com, Pendidikan Kewarganegaraan, X Arif Pramono Achmadi, 1 April 2010 pukul 13.00 WIB. www.hukumonline.com, Pemenuhan Hak-hak Narapidana Masih Sulit, Rabu 08 September 2010 pukul 11.27 WIB. 50

51 www.republikaonline.com, Pelangaran HAM Terabaikan, Rabu, 15 September 2010, pukul 12.00 WIB. www.sinarharapan.go.id, Petrus Irawan Pandjaitan, Penderitaan Narapidana dan Sistem Pemasyarakatan, Rabu, 15 September 2010, pukul 12.00 WIB. http://www.koran-jakarta.com/index2.php, Lapas Produktif Dirancang, Senin, 20 September 2010, pukul 10.39 WIB. narapidana 1708.blogspot.com, Muhammad Husani Mubaroq Al-Iqbal, Lembaga Pemasyarakatan dan Sistem Peradilan Pidana, Rabu, 07 September 2010 pukul 11.00 WIB. Kamus Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Edisi Ketiga.