BAB II TELAAH PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi-informasi

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan mengenai praktik manajemen laba (earnings management)

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bersangkutan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Teori pensinyalan (signaling theory) mengasumsikan bahwa terdapat asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah ringkasan dari pencatatan transaksi - transaksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi disebut juga aktivitas jasa yang mempunyai fungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. shareholders (pemegang saham dan pemangku kepentingan) perlu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. transaksi saham yang fair. Transaksi saham yang fair sulit tercapai karena adanya

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan. Untuk masuk dan berinvestasi di pasar modal, investor

BAB I PENDAHULUAN. transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba, karena perusahaan besar harus memenuhi ekspektasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal) IX.1.5,Kep 29 /PM/2004 tanggal 22 desember 2003, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana

ISNI WIYATMI B

A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan antara manajer atau agen dan pemilik atau prinsipal (agency theory), UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

Transkripsi:

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan saja melainkan dari tambahan yang terlibat dari hubungan suatu agensi seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang sangat menarik, keikutsertaan anggota klub, serta jam kerja yang fleksibel. Biasanya sebagian kekayaan yang dimiliki oleh agen merupakan suatu kekayaan yang terikat dengan kekayaan perusahaan. Kekayaan tersebut terdiri dari kekayaan keuangan agen maupun dari modal agen itu sendiri. Modal agen merupakan nilai manajer sebagaimana dipandang oleh pasar dan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Semakin menurunnya utilitas atas kekayaan dan besarnya jumlah modal agen yang bergantung kepada perusahaan, maka agen diasumsikan akan bersifat enggan menghadapi risiko (risk averse). Sedangkan pemegang saham atau prinsipal, diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasinya di perusahaan tertentu. Pemegang saham (principles) mengadakan kontrak 7

8 untuk memaksimalkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat (Oktafia, 2010). Teori keagenan mengungkapkan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen dengan prinsipal. Masalah keagenan muncul karena adanya oportunistik dari perilaku manajemen (agent) untuk memaksimalkan kesejahteraan sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principles. Manajer (agent) memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperlihatkan reaksi pasarnya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus pemegang saham (principles). Disisi lain, prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen, maka prinsipal tidak akan merasa pasti bagaimana agen berusaha memberikan kontribusi kepada hasil aktual perusahaan. Sedangkan agen lebih mengetahui kinerja dan aktivitas perusahaan, oleh karena itu prinsipal berada sebagai asimetri informasi. Perbedaan informasi antara manajemen dan pemilik perusahaan akan memberikan kesempatan pada manajer untuk melakukan manajemen laba yang dapat menyesatkan pemilik perusahaan mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Konflik kepentingan antara principles dan agent terjadi akibat adanya kemungkinan agent tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principle. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian menyebabkan manajemen (agent) bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham (principles).

9 Adanya perbedaan informasi dalam teori agensi akibat adanya pemisahaan kepemilikan dan pengendalian akan memungkinkan perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Semakin tinggi asimetri informasi, stakeholders akan semakin tidak memiliki akses untuk memantau tindakan manajer, hal inilah yang pada akhirnya menjadi sebuah kesempatan bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Oleh sebab itu, dengan adaya teori agensi diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. 2.1.2. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2010:17). Tujuan laporan keuangan yakni untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen oleh para pemilik perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai pemenuhan tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak luar perusahaan.

10 2.1.3. Good Corporate Governance (GCG) Good Corporate Governance merupakan sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan (Ningsaptiti, 2010). Good Corporate Governance bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan pemegang saham dengan mengembangkan transparansi, kepercayaan dan pertanggungjawaban, serta menetapkan sistem pengelolaan yang mendorong dan mempromosikan kreativitas dan kewirausahaan yang progresif. Oleh karena itu, munculnya Good Corporate Governance diharapkan mampu menciptakan iklim tata kelola yang baik dan lebih transparan. Pedoman good corporate governance yang disusun oleh KNKCG menjadi acuan dalam penerapan GCG di Indonesia yang memuat prinsip dan aturan sebagai berikut: 1) Hak pemegang saham dan prosedur RUPS 2) Tanggung jawab dan komposisi dewan komisaris 3) Tugas dan komposisi direksi 4) Pengaturan sistem audit, baik eksternal maupun komite audit 5) Fungsi sekretaris perusahaan sebagai mediator dengan investor 6) Pengaturan pihak-pihak yang berkepentingan 7) Adanya keterbukaan

11 8) Kewajiban menjaga kerahasiaan informasi oleh komisaris dan direksi 9) Prinsip mengatur etika berusaha dan antikorupsi 10) Prinsip mengatur donasi 11) Prinsip yang mengatur tentang kepatuhan pada peraturan perundang-undangan tentang proteksi kesehatan, keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan 12) Prinsip pengaturan kesempatan kerja yang sama mengenai hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan, bukan berdasarkan faktor lainnya Good Corporate Governance adalah konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan (Putri, 2012). Oleh sebab itu, dengan adanya Good Corporate Governance diharapkan mampu menurunkan atau meneka konflik keagenan. Kepemilikan Institusional Kepemilikan saham oleh pihak yang berbentuk institusi dapat mengurangi pengaruh dari kepentingan lain dalam perusahaan, seperti kepentingan pribadi manajer serta debtholders. Kepemilikan institusi yang menguasai saham mayoritas mampu mengawasi dan mengendalikan secara lebih kuat dan efektif terhadap kebijakan

12 manajemen. Investor institusional yang mempunyai jumlah kepemilikan yang cukup signifikan akan dapat memonitor manajemen, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan. Artinya bahwa jika semakin besar kepemilikan saham institusional, maka semakin kecil praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan oleh kepemilikan saham yang terkonsentrasi, dapat membuat pemegang saham pada posisi yang kuat untuk mengendalikan manajemen secara efektif, sehingga mampu membatasi perilaku oportunis oleh manajer (Ningsaptiti, 2010). Komisaris Independen Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG), komisaris independen adalah anggota komisaris yang terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Sistem yang ada di Indonesia yaitu perusahaan menggunakan two tier system, dimana terdapat dewan komisaris dan dewan direksi. Fungsi dewan komisaris yaitu mengawasi pelaksanaan dari dewan direksi. Untuk mencegah kerugian pada pihak pemegang saham minoritas maka BAPEPAM menuntut bahwa 30% dari jumlah dewan

13 komisaris haruslah independen dari perusahaan dan pemegang saham mayoritas (Murhadi, 2009). 2.1.4. Reputasi KAP Reputasi KAP pada penelitian ini diproksikan ke dalam ukuran KAP dan spesialisasi industri KAP. Ukuran KAP Big 4 memiliki kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non Big 4 dengan argumentasi bahwa KAP besar memiliki pengetahuan, pengalaman teknis, kapasitas, dan reputasi yang lebih superior dibandingkan KAP yang lebih kecil. Jika dibandingkan, maka KAP big four lebih berkualitas dari pada KAP non big four. KAP yang melakukan konsentrasi pada industri dan prosedur audit tertentu, memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis dan industri klien dengan lebih banyak, sehingga KAP dengan spesialisasi industri dapat bekerja lebih efektif (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Herusetya, 2012). Spesialisasi auditor adalah auditor yang yang memiliki pengetahuan dan keahlian atas laporan keuangan industri tertentu dan dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik (Lao dan Vasvari, 2009 dalam Wahyuni, 2013). Auditor akan dikatakan spesialisasi industri apabila jumlah kliennya melebihi rata-rata jumlah klien dalam suatu industri, dan auditor non spesialisasi industri jika jumlah kliennya sama atau dibawah jumlah rata-rata jumlah klien dalam suatu industri

14 (Wahyuni, 2013). Tujuan dari spesialisasi indusri KAP yakni bahwa dengan keahlian yang lebih dibandingkan dengan KAP yang lain dalam memahami bisnis klien, maka diharapkan bahwa spesialisasi industri KAP dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangannya serta mampu mencegah terjadinya manajemen laba. 2.1.5. Manajemen Laba Manajemen laba (earning management) adalah bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi bagian komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan (Hamzah, 2010). Scott (2003:283) dalam Putri (2012) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua, yaitu: 1) Perspektif perilaku oportunis manajer karena selalu berusaha memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (opportunistic earnings management). 2) Perspektif efficient contracting (efficient earnings management) karena manajemen laba memberikan manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

15 Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba. Scott (2006) menyatakan bahwa earning management dapat ditinjau dari 2 perspektif, yaitu perspektif pelaporan keuangan dan perspektif kontrak. Perspektif pelaporan keuangan menjabarkan bahwa manajemen mungkin melakukan earning management untuk mencapai estimasi earning dari analis dan kegagalan memenuhi estimasi earning yang merupakan ekspektasi earning dari investor dapat menyebabkan reaksi negatif yang kuat terhadap harga pasar saham badan usaha. Jadi, earning management disini dapat mempengaruhi harga pasar saham, misalnya earning management untuk menciptakan stabilitas dan peningkatan earning serta aliran pertumbuhan earning yang bagus dari waktu ke waktu. Informasi laba menjadi bagian yang sangat penting dalam laporan keuangan, karena informasi ini secara umum dipandang sebagai representasi kinerja manajemen pada periode tertentu. Ahmed dan Belkaoui (2000) dalam Rachadi dan Handayani (2009) menjabarkan pentingnya informasi laba bagi pihak-pihak yang berkepentingan, pertama karena informasi laba dijadikan dasar bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan deviden. Kedua, laba merupakan dasar dalam memperhitungkan kewajiban perpajakan perusahaan. Ketiga, laba dipandang sebagai petunjuk dalam menentukan arah investasi dan pembuat keputusan ekonomi. Keempat, laba diyakini sebagai sarana

16 prediksi yang membantu dalam memprediksi laba dan kejadian ekonomi dimasa mendatang, dan kelima, laba dijadikan pedoman dalam mengukur kinerja manajemen. Manajemen laba merupakan fenomena yang sulit dihindari karena merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Ada dua komponen yang terdapat dalam konsep model akrual yaitu discretionary accrual dan nondiscretionary accrual. Discretionary accrual adalah salah satu komponen akrual yang memungkinkan manajer utuk melakukan itervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan, sehingga laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai atau kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan oleh manajer yang memiliki kemampuan untuk mengontrol laba dalam jangka pendek.adapun komponen dari discretionary accrual terdiri dari penilaian piutang, pengakuan biaya garansi dan asset modal (Guna dan Herawaty, 2010). Sedangkan komponen nondiscretionary accruals ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diawasi oleh manajer (Guna dan Herawaty, 2010). 2.2. Kerangka Pemikiran Sering terjadinya kasus manajemen laba yang sering dilakukan oleh pihak manajemen membuat perusahaan melakukan pengawasan untuk meminimalkan terjadinya manajemen laba. Salah satunya yaitu menerapkan

17 tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Penerapan Good Corporate Governance khusunya kepemilikan institusional dan keberadaan komisaris independen diduga mampu mempengaruhi manajemen laba. Selain itu, untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang tinggi, perusahaan juga akan menggunakan KAP yang bereputasi tinggi. Oleh karena itu, diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional, komisaris independen dan reputasi KAP terhadap manajemen laba. Model dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran X 1 Kepemilikan Institusional H 1 (-) X 2 Komisaris Independen H 2 (+) Manajemen Laba Y X 3 Ukuran KAP dan Spesialisasi industri KAP H 3 (-) 2.3. Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba Kepemilikan institusi yang menguasai saham mayoritas mampu mengawasi dan mengendalikan secara lebih kuat dan efektif terhadap kebijakan manajemen. Hasil penelitian Widyastuti (2007), Suryani (2010) dan Indriastuti (2012) kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Apabila kepemilikan

18 institusional meningkat, maka manajemen laba akan semakin rendah dan sebaliknya. Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis pertama yakni sebagai berikut: H 1 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba 2.3.2 Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba Besar kecilnya jumlah komisaris independen tidaklah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi, efektivitas mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Penelitian Guna dan Herawaty (2010), Subhan (2012) dan Putri (2012) yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Tetapi, penelitian Isnanta (2008) dan Murhadi (2009) menyatakan bahwa komite independen tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Apabila komisaris independen meningkat, maka manajemen laba akan semakin tinggi. Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya tersebut, maka dapat disusun hipotesis keempat adalah sebagai berikut:

19 H 2 : Komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba 2.3.3 Ukuran KAP dan Spesialisasi KAP terhadap Manajemen Laba Ukuran KAP Big 4 memiliki kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non Big 4 dengan argumentasi bahwa KAP besar memiliki pengetahuan, pengalaman teknis, kapasitas, dan reputasi yang lebih superior dibandingkan KAP yang lebih kecil. Sedangkan tujuan dari spesialisasi indusri KAP yakni bahwa dengan keahlian yang lebih dibandingkan dengan KAP yang lain dalam memahami bisnis klien, maka diharapkan bahwa spesialisasi industri KAP dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangannya serta mampu mencegah terjadinya manajemen laba. Hasil penelitian Pradhana dan Rudiawarni (2013) menunjukkan bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif tidak signifikan, sedangkan auditor spesialisasi industri berpengaruh positif signifikan terhadap discretionary accrual. Penelitian Luhgiatno (2010) menujukkan bahwa ukuran KAP dan spesialisasi KAP tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Apabila ukuran KAP dan spesialisasi industri KAP besar, maka manajemen laba akan semakin rendah. Kemudian apabila ukuran KAP dan spesialisasi industri KAP kecil, maka manajemen laba akan semakin tinggi.

20 Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya tersebut, maka dapat disusun hipotesis kelima sebagai berikut: H 3 : Ukuran KAP dan spesialisasi industri KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba