BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan didalam bab I ini akan dibahas tentang (1)belakang,

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Displin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP TEBING TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA. ARSIP NASIONAL. Pakaian Dinas. Pegawai. Pencabutan.

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG

-2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TUTOR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

KETENTUAN PAKAIAN SERAGAM UNTUK SISWA SMK NEGERI 1 TANAH GROGOT TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JADWAL KEGIATAN STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS (SPESIVIK) XI 2016

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan tata tertib siswa yang terdiri dari hak, kewajiban, larangan dan sanksi.

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SERAGAM SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 TINGKAT KESAD ARAN ETIKA PENAMPILAN MAHASISWA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA BEKASI DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI Jalan KH. Agus Salim No. 181 Telp Fax Bekasi 17112

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Und

- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

TATA TERTIB STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS X (SPESIVIK X) A. TATA TERTIB SPESIVIK

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 45 JAKARTA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

Peraturan...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA TENTANG PAKAIAN DINAS HARIAN

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

TATA TERTIB PESERTA POSTER 2016

PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pe

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPPTKI. Pakaian Dinas. PNS. Pencabutan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PSYCHE 2017

BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 18 TAHUN 2016

BAB I HAK HAK PESERTA DIDIK BAB II KEWAJIBAN PESERTA DIDIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN KETUA STIKES MEGA REZKY MAKASSAR Nomor : /STIKes_MRM/V/2014. Tentang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

2. Tata tertib ini sifatnya mengikat dan wajib ditaati oleh seluruh siswa

STANDAR SATUAN HARGA TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KOTA JAYAPURA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

TATA TERTIB PENGENALAN BUDAYA AKADEMIK DAN KEMAHASISWAAN (PBAK) UIN MATARAM

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

I. MODEL PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI A. PAKAIAN DINAS HARIAN 1. PDH PRIA WARNA KHAKI. i j. e m

MEMUTUSKAN: 1. Ketentuan pasal 1 ditambah satu angka setelah angka 22 yaitu angka 23, sehingga pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMA MUHAMMADIYAH WONOSARI GUNUNGKIDUL TENTANG TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

3. Tata tertib ini wajib ditaati oleh semua siswa selama mereka masih berlajar di SMK. BONAVITA TANGERANG.

KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 579 /KMK.01/2014 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SERUYAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BINTAN. 2. Undang - undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok - pokok. 43 Tahun 1999 ( Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG ETIKA BERBUSANA

TATA KRAMA DAN TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 1 SIDOARJO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan didalam bab I ini akan dibahas tentang (1)belakang, (2)rumusan masalah, (3)tujuan penelitian, (4)manfaat penelitian, (5)batasan masalah (6)penegasan istilah. 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah membawa dampak negatif terhadap bangsa Indonesia tidak luput di dunia pendidikan, hal ini yang mungkin perlu kita pertanyakan, kenapa pada umumnya siswa mengenakan pakaian sekolah yang sudah tidak sesuai dengan standar yang sudah ditentukan oleh sekolah. Tiga tahun ke belakang, siswa SMA Negeri 1 TRAWAS Mojokerto masih mengenakan rok pendek abu, atas kemeja putih lengan pendek untuk wanita, sedangkan untuk pria mengenakan celana panjang abu, atas kemeja putih lengan pendek. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pengembangan kreativitas dalam dunia pendidikan untuk membentuk kepribadian, kecakapan, dan keterampilan bagi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut Sukmadinata (2006:48) mengemukakan bahwa terlaksana dan tercapainya tujuan pendidikan perlu adanya tata tertib yang mendukung dan kondusif, sehingga dapat menciptakan suasana lingkungan pendidikan yang terarah dan tertib. Sekolah tertib, aman, dan teratur merupakan syarat agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat terjadi jika disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat tumbuh dan berkembang jika 1

situasi dan kondisi sekolah mendukungnya. Menurut Sobri (dalam Sukmadinata 2006:48) Yang dimaksud dengan tata tertib siswa adalah peraturan yang mengatur aktivitas belajar dan pengembangan kreativitas siswa di lingkungan sekolah. Setiap memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukan kewajiban mengenakan seragam bagi para siswa, khususnya pada siswa sekolah dasar dan menengah. Ketentuan mengenakan seragam sekolah diterapkan secara beragam, baik berdasarkan jenjang maupun jenis pendidikan. Berdasarkan jenjang sekolah, pada umumnya seragam yang dikenakan siswa di Sekolah Dasar (SD/MI) berwarna putih (baju/bagian atas) dan merah (celana atau bagian bawah). Sementara di Sekolah Tingkat Pertama (SMP/MTs) berwarna putih (baju/bagian atas) biru (celana atau bagian bawah), sedangkan untuk seragam Sekolah Tingkat Atas (SMA/MA) berwarna putih (baju/bagian atas) abu-abu (celana atau bagian bawah). Ketentuan berseragam tersebut boleh dikatakan berlaku secara nasional. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3). Ketentuan berseragam sekolah disesuaikan dengan ajaran Islam (misalnya, mengenakan jilbab bagi siswa perempuan, atau bercelana panjang pada siswa laki-laki).sejalan dengan penerapan konsep School Based Management, saat ini ada kecenderungan sekolah-sekolah negeri pun mulai menentukan kebijakan seragam sekolahnya masing-masing. Pada hari-hari tertentu mewajibkan siswanya untuk mengenakan seragam khas sekolahnya, meski ketentuan seragam standar nasional masih tetap menjadi utama dan tidak ditinggalkan. Pada sekolah-sekolah tertentu, kewajiban mengenakan seragam telah menjadi bagian dari tata-tertib sekolah dan dilaksanakan secara ketat, mulai dari ketentuan bentuk, bahan, atribut 2

yang di kenakannya, bahkan termasuk cara pembeliannya. Penerapan disiplin berseragam yang sangat ketat, kerapkali memakan korban bagi siswa yang melanggarnya, mulai dari teguran lisan yang brakhir dalam kekerasan psikologis sampai dengan tindakan kekerasan atau hukuman fisik. Lumsden (dalam Sukmadinata 2006:49) menyebutkan beberapa keuntungan penggunaan seragam sekolah, diantaranya (1) Dapat meningkatkan keamanan sekolah (2) Meningkatkan iklim sekolah (3) Meningkatkan harga diri siswa (4) Mengurangi rasa stress di keluarga. Studi yang dilakukan di SMA N 1 TRAWAS untuk setiap hari senin dan selasa memakai seragam abu-abu putih, setiap hari rabu dan kamis di sekolah ini menggunakan seragam khusus, hari jumat di SMA Negeri 1 TRAWAS untuk siswa puteri memakai seragam pramuka, tidak lain dengan siswa putra memakai celana dan baju pramuka juga. Harapan dengan adanya kebijakan pemakaian seragam tersebut siswa dapat membentuk karakter, serta siswa dapat mematuhi aturan yang telah ditetapakan oleh sekolah. Mereka yang tidak setuju adanya aturan berseragam tentunya memiliki argumentasi tersendiri, biasanya dengan dalih mengikuti pekembangan zaman maka bagi siswa putra celana di rubah menjadi ketat ala anak punk. Tidak terkecuali dengan siswa putri yakni menggunakan ikat pinggang besar dengan rok agak diturunkan. Berdasarkan pada penjelasan diatas maka peneliti tertaarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Analisis Kebijakan Sekolah Dalam Berpakaian Siswa Sebagai Pembentukan Karakter Di SMA NEGERI 1 TRAWAS Kab. Mojokerto. 3

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan kebijakan sekolah dalam berpakaian siswa sebagai pembentukan karakter di SMAN 1 Trawas? 2. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam penerapan kebijakan sekolah dalam berpakaian siswa sebagai pembentukan karakter di SMAN 1 Trawas? 3. Bagaimana solusi yang ditawarkan dalam penerapan kebijakan sekolah dalam berpakaian siswa sebagai pembentukan karakter di SMAN 1 Trawas? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai kebijakan sekolah dalam berpakaian untuk membentuk karakter siswa. Secara lebih rinci, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk menjelaskan penerapan kebijakan sekolah dalam berpakaian sebagai pembentukan karakter siswa di SMAN 1 Trawas. 2. Untuk menjelaskan kendala atau hambatan yang dihadapi dalam penerapan kebijakan sekolah dalam berpakaian sebagai pembentukan karakter siswa di SMAN 1 Trawas. 4

3. Untuk menjelaskan solusi yang ditawarkan dalam penerapan kebijakan sekolah dalam berpakaian sebagai pembentukan karakter siswa di SMAN 1 Trawas. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap pelaksana pengembangan pendidikan karakter sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis memberikan pengetahuan yang lebi luas terhadap berbagai konsep pengembangan ilmu pengetahuan tentang pendidikan karakter disekolah SMA/SLTA dan yang sederajat. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti Memberikan pemahaman dan motifasi untuk memperdalam pendidikan karakter yang ada di SMAN 1 Trawas. Memahami pelaksanaan pembentukan karakter melalui kebijakan berpakaian siswa. b. Bagi sekolah Dapat memberikan konsep pelaksanaan baru terhadap kebijakan sekolah dalam berpakaian siswa, serta dapat memberikan kemudahan terhadap pelaksanaan kebijakan berpakaian siswa secara efektif. 5

c. Dinas/instansi terkait Dapat memberikan kebijakan baru tentang tata aturan berpakaian siswa disekolah, serta dapat mendorong terciptanya budaya sekolah yang berkarakter dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah kebijakan sekolah khususnya yang berkaitan dengan tata cara berpakaian siswa sesuai dengan yang tertera dalam tata tertib siswa SMAN 1 Trawas bagian 3 mengenai hal berpakaian dari hari rabu hingga hari sabtu diatur sebagaimana mestinya. Dalam rangka untuk membentuk karakter siswa berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yang disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklhak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh karena itu penelitian ini menitik beratkan pada analisa kebijakan sekolah untuk membentuk karakter siswa. 1.6 Penegasan Istilah 1. Analisis Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk 6

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Darminto (2012) 2. Kebijakan Menurut Lasswel dan Kaplan (dalam Islamy 1988:1.4) tersebut diatas, jelas kedua ahli ini menekankan bahwa kebijakan itu berisi suatu program kegiatan yang mengandung nilai-nilai tertentu dan kegiatannya diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata singkat, kebijakan sama artinya (identik) dengan suatu program yang berorientasi pada tujuan tertentu 3. Pakaian Seragam Adalah pakaian yang warna dan potongannya sama dan dimiliki oleh lebih dari satu orang yang seprofesi atau sekumpulan (organisasi), dsb (seperti pakaian pramuka, tentara, kelompok penari, pemain sepak bola, dan pelajar). Riyanto (2012) 4. Karakter a. Menurut Marine (dalam Samani 2012:43) mengambil pendekatan yang berbeda terhadap makna karakter, menurut dia karakter adalah gabungan yang samar-samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan yang membangun pribadi seseorang. Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Fadillah (2013:39) 7