I. PENDAHULUAN. aliran tenaga listrik. Tenaga listrik merupakan cabang produksi yang penting bagi

dokumen-dokumen yang mirip
permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN [LN 2002/94 TLN 4226]

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04P/40/M.PE/1991 TAHUN 1991 TENTANG PENYIDIK KETENAGALISTRIKAN

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

I. PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945, diarahkan untuk meningkatkan hukum bagi

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

P U T U S A N Nomor : 42 /Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

P U T U S A N Nomor : 259/Pid.B/2014/PN. Bj. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tanggal Lahir : 45 Tahun/05 September 1968

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 11 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAJO,

P U T U S A N. Nomor : 39/Pid.B/2013/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tanggal lahir : 35 tahun/ 13 April 1977

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Kepada Kepegawaian PLN Sektor Wilayah Lampung. : Petugas P2TL PLN Sektor Wilayah Lampung

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

I. PENDAHULUAN. karena sampai sekarang ini masih banyak kasus yang timbul mengenai perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

I. PENDAHULUAN. untuk menguntungkan diri sendiri atau korporasi, dengan cara menyalahgunakan. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada. keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

PENGADILAN TINGGI MEDAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-unsur Tindak Pidana Pencurian. Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitap Undang-undang Hukum Pidana,

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGALISTRIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtstats), bukan negara yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

I. PENDAHULUAN. dengan aturan hukum yang berlaku, dengan demikian sudah seharusnya penegakan keadilan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. tindak pidana lainnya di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1985 (15/1985) Tanggal: 30 DESEMBER 1985 (JAKARTA)

P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK)

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

NOMOR 15 TAHUN 1985 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggara pemerintahan mempunyai peran penting dalam tatanan (konstelasi)

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

I. PENDAHULUAN. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTPK) disebutkan:

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlihat dengan adanya pembangunan pada sektor ekonomi seperti

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (traficking) terutama terhadap perempuan merupakan pengingkaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

BAB III TINDAK PIDANA PENJUALAN MINIATURE CIRCUIT BREAKER TIDAK STANDAR NASIONAL INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH [LN 2004/125, TLN 4437]

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. dan papan. Hampir seluruh peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB III HASIL PENELITIAN KESEIMBANGAN SANKSI PIDANA KURUNGAN SEBAGAI SANKSI PENGGANTI SANKSI PIDANA DENDA

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. aspek kehidupan dan seolah-olah menjadi budaya masyarakat Indonesia. 1 Jika

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

RechtsVinding Online

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

Di wilayah Kabupaten Tangerang berdiri sebuah. pabrik pengolahan bahan kertas, P.T. Karya Tulada. Pabrik ini memperoleh sambungan aliran listrik dari

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat Indonesia terus maju dan berkembang sehingga kebutuhan hidup menjadi semakin beragam, salah satunya adalah kebutuhan akan adanya aliran tenaga listrik. Tenaga listrik merupakan cabang produksi yang penting bagi negara, sebagai salah satu penemuan teknik yang menguasai hajat hidup orang banyak sehingga keberadaanya menjadi sangat vital bagi pembangunan nasional pada umumnya dan sebagai salah satu pendorong kegiatan ekonomi pada khususnya. Maka dalam pelaksanaannya, pemerintah membentuk suatu badan hukum Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang sekarang berbentuk PT. Perusahaan Listrik Negara sebagaimana sifat usahanya untuk menyelenggarakan kepentingan umum dibidang ketenagalistrikan, memenuhi kebutuhan maysarakat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemenuhan kebutuhan tanaga listrik, ada kecenderungan mayarakat mengatasinya dangan cara-cara yang menyimpang, baik karena motifasi ekonomi maupun karena kurangnya kesadaran hukum dan moral, yaitu pemakaian listrik secara tidak sah yang dapat dilakukan oleh pelanggan maupun bukan pelanggan listrik sehingga menyebabkan susut transmisi dan distribusi tenaga listrik yang menjadi sumber kerugian yang cukup besar bagi Perusahaan Listrik Negara. Pemakaian

2 tenaga listrik secara tidak sah tidak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) sehingga sebagai landasan hukumnya dipergunakan Arrest Hoge Raad tanggal 23 Mei 1921 yang dikenal dengan Electriciteits Arrest yang menyatakan bahwa: Tenaga listrik termasuk dalam pengertian benda karena mempunyai nilai tertentu, yang untuk memperolehnya diperlukan biaya dan tenaga.... Arrest ini diperkuat dengan Arrest Hoge Raad tanggal 3 Januari 1922 yang menyatakan bahwa:...mengambil arus listrik secara melawan hak adalah pencurian.... Bedasarkan yurisprudensi di atas, diketahui bahwa pemakaian aliran tenaga listrik secara tidak sah termasuk dalam tindak pidana pencurian sebagaimana diatur dalam pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yang menyatakan bahwa: barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki benda tersebut secara melawan hukum diancam karena pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah. Selanjutnya penggunaan Pasal 362 KUHP itu diperkuat dengan Undang-undang No 15 Tahun 1985 tentang ketenagalistrikan. Pasal 19 yang menyatakan bahwa : Barang siapa menggunakan tenaga listrik yang bukan haknya merupakan tindak pidana pencurian sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

3 Data dari PT. PLN Sektor Wilayah Lampung Karang periode Januari-Desember 2008 menyatakan bahwa telah dilakukan pemeriksaan terhadap 110.500 pelanggan dan ditemukan 2.333 kasus pencurian listrik di Bandar Lampung dengan daya kedapatan sebesar 4.633.064 VA dan tagihan susulan sebesar Rp. 1.485.682.170. (Satu Milyar Empat Ratus Delapan Puluh Lima Juta Enam Ratus Delapan Puluh Dua Ribu Seratus Tujuh Puluh Rupiah) Sekian banyak kasus pencurian tenaga listrik yang terjadi, dapat dikemukakan sebagai contoh kasus berdasarkan hasil Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) yang dilaksanakan pada bulan Juni 2009 di daerah Way Halim Permai. Ditemukan adanya segel KWH meter rusak dan didalam KWH meter terdapat selembar negatif film, selain itu alat pembatas diganti secara tidak sah menjadi 20 amper. Perbuatan ini digolongkan kedalam pelanggaran golongan C, yang mempengaruhi pemakaian daya dan KWH. Sanksi yang dikenakan adalah sanksi administratif, yaitu pemberian tagihan susulan. Hal ini dikenakan juga terhadap semua kasus pencurian aliran tenaga listrik yang terjadi. Pemberian sanksi dalam kasus pencurian aliran tenaga listrik di kota Bandar Lampung masih terbatas pada sanksi administratif, berupa penetapan tagihan susulan dan belum menerapkan sanksi pidana sebagai suatu bentuk hukuman terhadap pelaku pencurian. Sehingga dapat dikatakan bahwa, penegakan hukum pidana terhadap pencurian aliran tenaga listrik di kota Bandar lampung belum terlaksana sebagai mana mestinya, seperti yang diatur dalam Pasal 362 KUHP jo Pasal 19 No. 15 Tahun 1985 tentang ketenagalistrikan.

4 Berdasarkan atas latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul Analisis Penegakan Hukum pidana terhadap Pencurian Aliran Listrik di Kota Bandar Lampung. B. Permasalahan Dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimanakah penegakan hukum pidana terhadap pencurian tenaga listrik di kota Bandar Lampung.? b. Apakah yang menjadi faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap pencurian tenaga listrik di kota Bandar lampung? 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup penulisan skripsi ini adalah masalah penegakan hukum pidana tehadap pencurian aliran tenaga listrik di kota Bandar Lampung. ( Dalam kurun waktu 2003 2007 di wilayah Pengadilan Negeri Tanjung Karang ) C. Tujuan Dan Kegunaan Penulisan 1. Tujuan Penulisan a. Untuk mengetahui penegakan hukum pidana terhadap pencurian tenaga listrik di kota Bandar lampung. b. Untuk mengetahui faktor-fator penghambat perihal pencurian aliran tenaga listrik di kota Bandar Lampung.

5 2. Kegunaan Penulisan a. Secara teoritis, sebagai tambahan wawasan keilmuan penulis dan masyarakat umum tentang penegakan hukum pidana terhadap pencurian tenaga listrik di kota Bandar Lampung. b. Secara praktis, sebagai suatu kontribusi dalam usaha untuk mengurangi tindak pencurian aliran tenaga listrik di kota Bandar Lampung. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal dan damai tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus ditegakan. Melalui penegakan hukum inilah, hukum di realisasikan. Penegakan hukum pidana merupakan upaya untuk membuat hukum pidana itu dapat berfungsi, beroperasi atau bekerja dan terwujud secara kongkret dalam mengatasi masalah sosial terutama terhadap penanggulangan kejahatan, yang dalam prosesnya melibatkan tiga faktor yang saling terkait, yaitu faktor perundang-undangan, faktor aparat/penegak hukum, dan faktor kesadaran hukum. Pembagian ketiga faktor ini dapat dikaitkan dengan pembagian tiga komponen sistem hukum seperti dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman, yaitu substansi hukum, stuktur hukum dan budaya, a. Substansi hukum, yaitu hasil sebenarnya yang dikeluarkan oleh sistem hukum, seperti peraturan-peraturan.

6 b. Struktur hukum, yaitu bagian-bagian yang bergerak dalam suatu mekanisme (lembaga-lembaga hukum). c. Budaya hukum, yaitu sistem nilai yang berpengaruh terhadap sikap tindak masyarakat. (Ronny Hanitijo Soemitro,1989:9) Penegakan hukum pidana terhadap pencurian aliran tanaga listrik di kota Bandar Lampung terkait erat dengan aspek substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum. hal ini didukung dengan adanya adanya peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pencurian tenaga listrik, yaitu Pasal 362 KUHP jo Pasal 19 UU No. 15 Tahun 1985 tentang ketenagalistrikan, kemudian adanya sub-sub sistem peradilan pidana, yang terdiri dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan yang bertugas melaksanakan sistem peradilan pidana, termasuk didalamnya terhadap pencurian tenaga listrik dan adanya kebijakankebijakan dalam menyelesaikan kasus pencurian aliran tenaga listrik, yang mempengaruhi budaya hukum masyarakat. 2. Konseptual Konseptual adalah gambaran hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah yang diteliti. adapun beberapa konsep yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah: a. Penegakan hukum pidana adalah proses, pembuatan, cara menegakkan keseluruhan peraturan-peraturan hukum, yang menunjukan perbuatanperbuatan mana yang seharusnya dikenakan pidana yang dimana pidana itu menjelma (Andi Hamzah, 1986:252)

7 b. Pencurian adalah mengambil barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki benda itu secara melawan hukum (Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana). c. Tenaga listrik adalah salah satu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, bukan listrik yang dipergunakan untuk komunikasi atau isyarat (Pasal 1 ayat (2) UU No 15 Tahun 1985 tentang ketenagalistrikan). E. Sistematika Penulisan Sistem penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: I. PENDAHULUAN Pendahuluan terdiri dari latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka, merupakan pengantar pemahaman terhadap pengertian umum tentang pokok-pokok bahasan mengenai tindak pidana pencurian, pencurian tenaga listrik, pemakaian listrik secara melawan hukum, kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan kejahatan dan dan pengertian serta bentuk-bentuk sanksi pidana.

8 III. METODE PENELITIAN Metode penulisan membahas tentang langkah-langkah atau cara-cara yang dipakai dalam rangka pendekatan masalah, sumber-sumber data, pengumpulan dan pengolahan serta analisis data. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang berbagai hal yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini, yang menjelaskan tentang penyebab tidak dilaksanakannya penegakan hukum pidana terhadap pencurian tenaga listrik di kota Bandar Lampung dan upaya untuk menegakkanya. V. PENUTUP Penutup, memuat hasil penulisan dan saran penulis dalam kaitanya dengan masalah yang dibahas.