BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Tionghoa terdiri dari 56 suku bangsa. Suku Hokkian yang berasal dari provinsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. merupakan hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah mempelajari (KBBI, 1990:951 ).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dalam istilah kongkret,

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. budaya Indonesia, namun tradisi-tradisi dari tanah asal masih tetap diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

Tidak tertarik melakukan Ritual Sembahyang Imlek

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di Nusantara tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Tionghoa terdiri dari 56 suku bangsa. Suku Hokkian yang berasal dari provinsi Fujian adalah salah satu suku yang paling banyak berimigrasi di Indonesia khususnya Medan. Suku Hokkian juga merupakan suku yang pertama kali datang ke kota Medan. Suku Hokkian yang berimigrasi ke Indonesia, kini telah menjadi warga negara Indonesia. Sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia bahwa orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional. Awal kedatangan suku Hokkian ke Sumatera Utara adalah sebagai kuli kontrak dan buruh kebun bangsa Belanda. Setelah bangsa Belanda tidak lagi berkuasa di Indonesia khususnya Sumatera Utara, perkebunan Belanda tersebut mereka ambil alih dan dikerjakan oleh suku Hokkian untuk memenuhi nafkah mereka. Sama seperti setiap suku ataupun bangsa yang ada di dunia ini, masyarakat Tionghoa memiliki budaya sendiri. Suku Hokkian sebagai salah satu suku bangsa Tionghoa, juga memiliki adat dan budayanya sendiri. Setiap proses kehidupan mereka dinyatakan dalam berbagai upacara budaya misalnya, kelahiran, perkawinan, maupun kematian. Upacara kematian salah satu budaya masyarakat Tionghoa yang erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Tionghoa. Upacara kematian juga dilaksanankan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Apabila upacara kematian dijalankan

sesuai dengan ritual keagamaan yang benar, masyarakat Tionghoa percaya bahwa mereka sebagai keturunan dari orang yang meninggal tidak akan diganggu oleh roh orang yang telah meninggal. Pelaksanaan upacara kematian yang dilaksanakan dengan tata cara tradisi yang lengkap di percaya akan meringankan penderitaan orang meninggal. Upacara kematian juga dianggap sebagai upacara pengantar roh ke surga melalui doa-doa yang dipanjatkan. Ritual yang panjang dan penuh makna membuat ritual upacara kematian terasa sangat sakral. Prosesi upacara kematian dilaksanakan dengan memakai atribut, yaitu sepasang lampion putih, simbol kekerabatan (pakaian, pangkat, slempang, dan topi), dupa (hio), uang akhirat (Gincua), dan lainnya. Tiap atribut memiliki fungsi dan makna masing-masing. Misalnya, sepasang lampion putih, apabila salah satu dari kedua lampu lampion tersebut tidak menyala, artinya pasangan dari orang yang meninggal tersebut masih hidup. Tetapi jika kedua lampu lampion menyala, artinya pasangan dari orang yang meninggal tersebut telah meninggal mendahului dia. Lampu lampion sebelah kiri adalah pihak laki-laki, dan lampu lampion sebelah kanan adalah pihak perempuan. Sepasang lampion memiliki makna sebagai penerang jalan orang yang meninggal untuk jalan menuju surga. Uang akhirat (Gincua) yang dipercayai sebagai uang yang akan dipakai orang meninggal di alam baka. Dalam pelaksanaan upacara kematian uang akhirat akan dibakar, dan dipersembahkan kepada orang yang meninggal uang akhirat yang terdiri dari emas atau perak, ukurannya besar atau kecil, menjadi penentu besar kecilnya nominal dari uang tersebut.

Simbol kekerabatan merupakan salah satu atribut yang digunakan dalam upacara kematian yang memiliki fungsi dan makna untuk menyatakan hubungan kekerabatan antara orang yang meninggal dengan keluarga orang yang meninggal. Hubungan kekerabatan dalam keempat simbol ini dapat di lihat dari warna yang digunakan. Simbol dalam konsepnya dapat mewakili segala gagasan, tindakan dan komunikasi yang kongkrit. Pada umumnya simbol melambangkan pengertian yang tersirat, sehingga membuat kesan misteri dam magis. Kesan seperti itulah yang menjadi tantangan bagi manusia untuk menggungkapkan makna di balik simbol tersebut. Fungsi simbol itu sendiri sebagai pengganti suatu objek yang ingin ditampilkan dengan cara yang lain (Zeffry, 1999:25). Seperti halnya simbol yang digunakan dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti rambu-rambu lalu lintas memiliki fungsi dan makna sendiri. Begitu juga dalam upacara budaya, khususnya dalam penelitian ini simbol yang digunakan dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa memiliki fungsi dan makna yang menyatakan hubungan kekerabatan masyarakat Tionghoa antara orang yang meninggal dengan keluarga dari orang yang meninggal. Simbol dalam upacara kematian ini dipakai oleh keluarga dari orang yang meninggal. Pemakaian simbol dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa hingga saat ini masih dilaksanakan. Hanya saja pada umumnya masyarakat Tionghoa cenderung hanya mengetahui apa saja jenis simbol kekerabatan tersebut, tetapi kurang memahami apa makna dan fungsi dari simbol tersebut. Terutama untuk kaum muda masyarakat Tionghoa saat ini. Hal ini dapat dilihat pada setiap upacara kematian kaum muda masyarakat Tionghoa hanya mengikuti tradisi yang ada tanpa mengetahui makna dipakainya simbol pakaian, pangkat, topi, dan

selempang tersebut. Menurunnya eksistensi upacara kematian dilihat dari kurangnya pemahaman dan minat kaum muda masyarakat Tionghoa saat ini. Berdasarkan uraian di atas penulis hanya berbicara mengenai upacara kematian. Penulis memfokuskan penilitian pada simbol yang digunakan atau dikenakan dalam upacara kematian, yaitu 孝服 Xiàofú (pakaian), 纱布 Shābù (pangkat), 帽子 Màozi (topi), 窗扇 Chuāngshàn (selempang). Selain menganalisis fungsi dari keempat simbol yang digunakan di dalam upacara kematian, penulis juga akan mendeskripsikan bentuk simbol tersebut berdasarkan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif serta menggunakan teori fungisional dan semiotik untuk menganalisis fungsi dan makna simbol yang digunakan dalam upacara kematian masyarakat suku Hokkian di kota Medan. 1.2 Batasan Masalah Menghindari batasan yang terlalu luas dan dapat mengaburkan penelitian, maka penulis mencoba membatasi ruang lingkup penelitian pada kajian Simbol yang digunakan dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa suku Hokkian di kota Medan. Penulis melakukan penelitian di kota Medan kecamatan Medan Area tepatnya di persemayaman Angsapura jalan Waja No 2-4 Asia. Pemilihan tempat di persemayaman Angsapura didasarkan karena, dari ketiga persemayaman yang ada di kota Medan, persemayaman Angsapura kental terhadap kepercayaan Budha, dan lokasinya terletak di lingkungan masyrakat Tionghoa.

1.3.Rumusan Masalah Simbol yang menyatakan hubungan kekerabatan dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa merupakan salah satu atribut yang digunakan masyarakat Tionghoa dalam upacara kematian yang terdiri dari beberapa jenis dan memiliki fungsi dan makna sendiri. Berkaitan dengan latar belakang di atas permasalahan yang akan di angkat dalam skripsi ini: 1. Bagaimana jenis simbol yang digunakan dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa suku Hokkian? 2. Bagaimana fungsi dan makna simbol yang digunakan dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa suku Hokkian? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin di capai penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis simbol yang digunakan dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa suku Hokkian. 2. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna simbol yang digunakan dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa suku Hokkian.

1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat terbagi menjadi dua yaitu: 1.5.1 Manfaat teoritis Manfaat teoritis dari penelitian skripsi ini yaitu diharapkan dapat memperkaya khasanah tentang upacara-upacara budaya masyarakat Tionghoa, serta diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian lanjutan tentang budaya, khususnya budaya Tionghoa. 1.5.2 Manfaat praktis Manfaat praktis dari penelitian skripsi ini yaitu diharapkan dapat menambah pemahaman pemerhati budaya tentang simbol-simbol yang digunakan dalam upacara kematuan masyarakat Tionghoa. Penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat Tionghoa, Khususnya generasi muda masyarakat Tionghoa untuk lebih memahami makna dan fungsi dari setiap upacara budaya masyarakat Tionghoa.