VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

dokumen-dokumen yang mirip
V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH


BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

6.1 Peruntukkan Kawasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB III: DATA DAN ANALISA

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB VI HASIL PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISA TAPAK

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street, perencanaan tata ruang pada tapak, perencanaan ruang terbuka, dan perencanaan fasilitas penunjang. Dengan adanya pengembangan konsep ke dalam empat sub konsep tersebut diharapkan nantinya akan tercipta suatu lanskap baru yang lebih baik dari segi kualitas fisik maupun sosialnya. Rencana Lanskap Pedestrian Shopping Street Pengembangan konsep ini bertujuan untuk menciptakan lanskap pedestrian yang dapat menjadi lanskap penunjang bagi kegiatan ekonomi dalam peningkatan pendapatan asli daerah Kota Bogor dan sebagai ruang terbuka alternatif bagi aktivitas-aktivitas pengguna tapak seperti aktivitas rekreasi, berjalan kaki, window shopping dan lain sebagainya. Dalam pengembangannya, perencanaan kawasan ini akan memakai luasan tapak paling besar dari lokasi studi. Lokasi berada pada area permukiman antara Jalan Roda I dan Jalan Roda II. Bangunan yang disediakan ditata berderet mengikuti pola koridor yang telah ada sebelumnya. Bangunan-bangunan ini merupakan bangunan rumah yang sudah ada sebelumnya dan telah dilakukan perbaikan bentuk muka bangunan guna memperbaiki tampilan kawasan tersebut. Pembagian kawasan dalam perencanaan kawasan ini ditentukan berdasarkan jenis aktivitas niaga yang ditawarkan. Kawasan yang akan direncanakan antara lain kawasan industri rumah tangga yang terbagi kedalam kategori kuliner (restoran, kafe, toko makanan ringan), kerajinan tangan khas, dan produk non-kerajinan. Selain terbagi ke dalam dua kategori tersebut, kawasan pedestrian ini juga terbagi ke dalam peruntukan area yaitu area display/niaga dan area produksi dari produk-produk tersebut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengunjung dalam mendapatkan barang-barang kebutuhan dan jasa yang diperlukan karena adanya pengelompokan jenis-jenis perniagaan dan jasa.

43 Penataan kaki lima dilakukan dengan pemberlakuan waktu operasional untuk mereka menggelar dagangannya. Konsep untuk kaki lima ini adalah konsep bazar, dimana dilakukan pada hari- hari dan waktu tertentu. Pemberlakuan waktu operasional ini bertujuan untuk mengatur ketertiban dari pedagang kaki lima itu sendiri. Pengaturan waktu operasional pedagang kaki lima berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti beberapa hari kerja, atau hari-hari perayaan khusus lain. Pedagang kaki lima menempati lokasi pada Jalan Roda, Jalan Roda I dan II, sehingga pada waktu-waktu tersebut kendaraan dilarang masuk ke kawasan ini. Pemilihan hari kerja bertujuan untuk memperpanjang waktu kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor. Pasar kaki lima pada kawasan ini diharapkan dapat menjadi atraksi menarik bagi para wisatawan. Pemilihan waktu operasional dimulai dari sore hari hingga dini hari menjelang pagi. Pada waktuwaktu ini, aktivitas perniagaan yang menggunakan sarana bangunan diatur waktu buka tutupnya agar tidak bentrok dengan pasar kaki lima. Perencanaan desain arsitektur bangunan dan perkerasan lahan disesuaikan dengan kondisi eksisting tapak dimana pembangunan bangunan baru diminimalisasikan. Dalam perencanaan kawasan ini, bangunan eksisting akan tetap dipertahankan keberadaan dan kepemilikannya. Bangunan eksisting yang sudah ada hanya akan mengalami perbaikan bentuk muka bangunan saja sehingga dapat lebih menarik pengunjung yang datang. Bangunan eksisting yang mengalami perubahan fungsi menjadi tempat niaga akan mengalami penambahan lantai ke atas untuk mengganti ruang yang terpakai. Ruang terbuka pedestrian ini didesain agar orang yang ada di dalamnya tidak mengalami kejenuhan ataupun terjadi kemonotonan. Desain material perkerasan pada setiap jarak tertentu dilakukan agar menimbulkan suatu kejutan sehingga pengguna tapak tidak merasa jenuh melalui permainan pola perkerasan maupun fasilitas di atasnya. Perencanaan ruang terbuka pedestrian ini selain memperhatikan aspek fisik dan sosial kondisi awal tapak dan skenario konsep yang telah ditetapkan, terdapat beberapa aspek lagi yang dijadikan pertimbangan dalam studi ini. Aspekaspek tersebut antara lain adalah imageability, legibility, enclosure, linkage,

44 transparency, dan complexity. Keenam aspek tersebut menjadi pertimbangan dasar dalam studi perencanaan ini. Tabel 7. Aspek yang Dibandingkan Pada Tapak Sebelum dan Sesudah Perencanaan. Aspek yang Sebelum Perencanaan Setelah Perencanaan Keterangan Dibandingkan Imageability Legibility Enclosure Linkage Trasparency Complexity Tidak ada ciri khas pada tapak. Jaringan jalan yang ruwet tanpa penunjuk arah. Diciptakan oleh bangunan tempat tinggal. Ruang permukiman dihubungkan oleh jaringan jalan di dalamnya. Kondisi tapak sempit, pandangan terbatas. Tapak didominasi oleh bangunan tempat tinggal. Konsep pedestrian shopping street di dalam tapak. Ada penunjuk arah, navigasi warna, perencanaan jalur pedestrian yang mudah diakses. Diciptakan oleh vegetasi dan bangunan pada tapak. Jalur pedestrian yang dapat saling menghubungkan tiap area yang direncanakan di dalam tapak. Jalur pedestrian yang sederhana tidak berkelok-kelok sehingga tidak menghalangi pandangan. Penambahan elemen lanskap seperti vegetasi, perencanaan taman lingkungan, Ciri khas tapak sehingga mudah diingat. Kemudahan navigasi dalam tapak. Definisi visual tapak melalui elemen vertikal. Koneksi antar ruang. Kualitas mengakses pemandangan dari dan ke tapak. Keragaman lingkungan fisik. Imageability berkaitan dengan kemampuan tapak dalam menciptakan suatu pemandangan yang berbeda dan khas serta mudah dingat oleh pengunjung yang datang. Suatu tapak dapat memiliki kemampuan ini apabila terdapat elemen fisik yang spesifik dan memiliki susunan yang mampu menarik perhatian, menimbulkan perasaan dan menciptakan suatu kenangan. Dalam studi perencanaan ini, aspek imageability lebih diarahkan pada bentuk akhir dari perencanaan yaitu suatu pedestrian shopping street yang merupakan suatu konsep baru bagi aktivitas perniagaan, jasa, dan rekreasi yang dapat dilakukan dalam waktu yang besamaan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa ruang pedestrian shopping street ini nantinya akan terbagi ke dalam dua area yaitu: area niaga dan produksi kuliner, dan area niaga dan produksi barang-barang kerajinan dan kebutuhan lainnya.

45 Aspek legibility merupakan aspek yang mengarah pada kemudahan navigasi ke dalam maupun di dalam tapak. Jaringan pedestrian yang akan dibuat dalam studi perencanaan ini akan dibuat secara simpel dan sederhana, yaitu berupa jalur jalan yang sudah ada sebelumnya atau eksisting. Untuk kemudahan navigasi di dalam tapak digunakan konsep warna pada perkerasan tapak dan pengarah jalan yang mudah dimengerti. Untuk akses ke dalam tapak, tapak terletak pada suatu kawasan yang aksesibilitasnya sangat mudah yaitu berada di sisi jalan kolektor di tengah kota. Enclosure merupakan definisi visual dari tapak yang dijelaskan melalui elemen vertikal pada tapak tersebut seperti dinding, bangunan atau pohon. Ruang dengan elemen vertikal yang proporsional dengan elemen horisontalnya dapat menciptakan efek ruang dari tapak tersebut dengan kualitasnya masing- masing. Untuk menghindari kesan terkurung di dalam tapak, bangunan infrastruktur yang ada dibuat tidak melebihi dua lantai. Keberadaan bangunan ini diimbangi dengan lebar jalur pedestrian sehingga tercipta suatu ruang yang proporsional. Gambar 10. Aspek enclosure pada tapak diciptakan oleh vegetasi. Konsep pedestrian shopping street ini bertujuan untuk menciptakan suatu konsep rekreasi dan belanja pada ruang terbuka secara bersamaan. Maka dari itu, setiap toko yang ada pada kawasan pedestrian ini diwajibkan memiliki bentuk muka bangunan yang dapat memudahkan pengunjung mengakses pemandangan dari dan ke luar tapak. Kemudahan dalam mengakses pemandangan dari maupun

46 ke tapak merupakan definisi dari aspek tranparency yang berkaitan dengan kualitas desain tapak tersebut. Antar ruang dalam kawasan pedestrian shopping street ini akan dihubungkan oleh suatu jaringan pedestrian yang terpadu dimana tiap bangunan, ruang terbuka, dan jalur pedestrian itu sendiri terkoneksi dengan baik tanpa menciptakan lanskap yang membingungkan. Jalur pedestrian ini mengikuti kondisi eksisting yang sudah ada sehingga tidak diperlukan penambahan jalur baru. Koneksi antar ruang ini berkaitan dengan kualitas lanskap dari aspek linkage yang memberikan kemudahan akses antar ruang tersebut. Kompleksitas yang terdapat di dalam tapak bergantung pada keragaman dari lingkungan fisik, jumlah dan jenis gedung, keragaman ornamen dan gaya arsitektur, elemen lanskap serta aktivitas yang terjadi di dalamnya. Kondisi fisik pada tapak telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Dalam tapak yang baru kondisi ini akan diperbaiki dengan pembagian tata guna lahan di dalam tapak. Pembagian tata guna lahan tersebut dikelompokan berdasarkan jenis aktivitas yang ada di dalamnya. Sungai yang berada pada sisi tapak merupakan contoh lain dari keragaman yang dimiliki oleh tapak. Keragaman aktivitas jelas dapat terlihat di dalam tapak. Aktivitas yang diharapkan adalah aktivitas niaga, sosialisasi dan rekreasi. Aktivitas ini dapat ditemui pada area permukiman maupun area pedestrian. Aktivitas yang terdapat pada area pedestrian merupakan dari pengembangan konsep rekreasi dan belanja pada ruang terbuka secara bersamaan. Area pedestrian shopping street terbagi ke dalam enam segmen dimana tiap segmennya memiliki fungsi untuk mendukung aktifitas yang berbeda satu sama lain (Gambar.11). Pembagian area tersebut bertujuan untuk memudahkan navigasi pengunjung dalam tapak. Tiap segmen mendukung jenis aktifitas yang berbeda, aktifitas tersebut terbagi ke dalam dua kategori yaitu aktifitas niaga dan produksi dari produk-produk kuliner dan produk-produk kerajinan dan nonkerajinan. Area niaga merupakan area display dan jual-beli dari produk-produk tersebut, sedangkan area produksi merupakan area dimana barang-barang yang akan ditawarkan dan dijual diproduksi.

47 Gambar 11. Rencana peruntukan ruang pada area pedestrian shopping street. Aktifitas pengunjung pada area niaga (Segmen 1, 5, dan 6) diarahkan pada aktifitas perdagangan. Produk yang ditawarkan merupakan produk hasil produksi dari area produksi (Segmen 2, 3, dan 4) ataupun produk yang berasal dari luar kawasan ini. Pada area produksi pengunjung dapat melihat dan ikut serta dalam proses produksi komoditas yang tersedia sehingga fungsi kawasan ini selain sebagai kawasan rekreasi dan niaga dapat pula menjadi kawasan edukasi. Gambar 12. Area display produk kerajinan.

48 Dalam Tabel 8. dijelaskan jenis aktifitas pada tiap segmen sebelum dan sesudah perencanaan di dalam kawasan pedesrian shopping street. Sebelum perencanaan tiap segmen memiliki jenis aktifitas yang sama yaitu sosialisasi. Aktifitas perdagangan hanya ditemukan pada segmen 1 dan 5, dan hanya berupa pedagang keliling atau warung kecil. Area ini memiliki lebar jalur jalan yang relatif lebih lebar yaitu selebar 2,5 3m sehingga memungkinkan pedagang keliling masuk ke dalam jalan tersebut. Jalur ini nantinya akan direncanakan sebagai area perdagangan produk kuliner (Segmen 1) dan produk non-kerajinan (Segmen 5). Tabel 8. Perbandingan aktifitas dan akomodasi pada tapak sebelum dan sesudah perencanaan. Segmen Kondisi awal Kondisi yang diharapkan Aktifitas Akomodasi Aktifitas Akomodasi Penerangan jalan Area perniagaan Bangunan dan produk kuliner (toko, infrastruktur kafe, dan restoran) penunjang, perkerasan dan penerangan 1. Pedagang keliling, pedagang kaki lima dan warung kecil, sosialisasi. 2. Sosialisasi Tidak ada Area produksi produk kuliner 3. Sosialisasi Tidak ada Area produksi kerajinan khas daerah 4. Sosialisasi Tidak ada Area produksi produk non-kerajinan 5. Pedagang keliling, sosialisasi, warung Penerangan jalan Area perniagaan produk non-kerajinan 6. Sosialisasi Tidak ada Area perniagaan produk kerajinan khas daerah Node 1 (N1) Node 2 (N2) Node 3 (N3) Node 4 (N4) Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Bangunan dan infrastruktur penunjang, perkerasan dan penerangan Tidak ada Tidak ada Ruang terbuka umum 1 Fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi pasif, taman lingkungan Tidak ada Tidak ada Ruang terbuka umum 2 Fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi pasif, taman lingkungan Sosialisasi Tidak ada Ruang terbuka pelengkap 1 Sosialisasi Tidak ada Ruang terbuka pelengkap 2 Fasilitas rekreasi pasif Fasilitas rekreasi pasif

49 Untuk menambah kenyamanan pengunjung, jalur ini akan dinaungi oleh kanopi jalan sebagai peneduh, hal ini dikarenakan pada jalur ini tidak ada vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh. Node 1 dan 2 merupakan ruang terbuka utama yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau pada tapak. Aktivitas yang diharapkan pada area ini adalah aktivitas aktif dan sosialisasi. Radius pelayanan ruang terbuka utama ini mencakup seluruh kawasan perencanaan, berbeda dengan Node 3 dan 4 yang merupakan ruang terbuka pelengkap yang radius pelayanannya lebih sempit. Pada ruang terbuka pelengkap aktivitas yang diharapkan terjadi hanya aktivitas sosialisasi. Rencana Tata Ruang Total Perencanaan tata ruang total pada lokasi studi terbagi kedalam tiga jenis ruang berdasarkan jenis penggunaan ruang. Ketiga jenis ruang tersebut adalah 1) ruang permukiman, 2) ruang bangunan umum, dan 3) ruang terbuka. Penjelasan untuk tata ruang terbuka dijelaskan dalam sub bab berikutnya. 1. Ruang permukiman adalah area yang bangunan di dalamnya tidak dijadikan penunjang aktivitas dalam pengembangan konsep perencanaan ini. Area ini tetap pada fungsi awalnya sebagai area permukiman. 2. Ruang bangunan umum diperuntukan sebagai ruang untuk bangunan tempat usaha perniagaan/ jasa, dan tempat ibadah. bangunan umum dapat digunakan baik oleh para pemukim maupun pengguna tapak non pemukim. Bangunan- bangunan umum ditempatkan pada lokasi- lokasi strategis agar dapat dengan mudah diakses oleh para pengguna. Bangunan umum berada sepanjang jalur yang direncanakan pada penelitian ini. Pengembangan ruang bangunan umum ini diharapkan dapat mengoptimalisasi nilai tapak. Pengelolaan bangunan umum ini menjadi tanggung jawab pihak kontraktor/pengembang tapak. Bangunan umum yang sifat kepemilikannya pribadi menjadi tanggung jawab pemiliknya. Dalam kasus ini kontraktor/pengembang tapak hanya bertanggung jawab terhadap pengelolaan lanskap sekitar bangunan tersebut. Peran serta aktif masyarakat maupun

50 pengunjung sangat diharapkan dalam proses pengelolaan dan pemeliharaan bangunan umum ini. Tabel 9. Tata Ruang Total pada Tapak No. Peruntukan Ruang Luas (m2) Keterangan 1. Ruang Permukiman Area yang bangunan di dalamnya tidak dijadikan penunjang aktivitas dalam 2. Ruang bangunan umum (Pedestrian Shopping Streets) Jalur sepanjang 865,2 m pengembangan konsep perencanaan ini. Terbagi ke dalam enam segmen yang berfungsi sebagai area niaga dan produksi. 3. Ruang Terbuka 3557 m 2 Terdiri dari dua buah ruang terbuka utama seluas 2211,27 m 2 dan 1120,73 m 2. Berbagi fungsi antara taman lingkungan dengan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka pelengkap terdapat di dalam tapak, akomodasi bagi aktifitas sosial masyarakat pemukim. Rencana Ruang Terbuka Konsep ruang terbuka dibuat untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar pengguna tapak dan masyarakat yang tinggal di sekitar tapak seperti yang telah direncanakan. Ruang terbuka yang berfungsi dengan baik akan menciptakan suatu hubungan langsung antara ruang dan orang-orang yang berada di dalamnya (Rogers, 1999). Disebutkan pula oleh Hester (1984) bahwa penyediaan terbuka umum dalam lingkungan permukiman sangat penting dilakukan karena merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Berdasarkan konsep hierarki ruang terbuka, ruang terbuka dalam studi perencanaan ini akan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu ruang terbuka utama dan ruang terbuka pelengkap. Ruang terbuka utama adalah ruang terbuka yang dapat mengakomodasi aktivitas-aktivitas penggunanya terutama masyarakat sekitar tapak dan pengunjung. Aktivitas pada ruang terbuka ini adalah aktivitas pasif dan aktif. Yang kedua adalah ruang terbuka pelengkap. Ruang terbuka ini memiliki luas yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan luas ruang terbuka utama. Letak ruang terbuka pelengkap ini terdapat di dalam tapak dan hanya berfungsi sebagai ruang aktivitas pasif.

51 1. Ruang terbuka utama terletak pada sisi dan ujung Jalan RodaI yang berfungsi untuk mendukung aktivitas sosial pengguna tapak untuk bersosialisasi dan berekreasi. Ruang terbuka umum ini direncanakan berbentuk taman lingkungan sehingga selain dapat menampung aktivitas rekreasi dan sosial pengunjung juga dapat berfungsi sebagai perbaikan kualitas lingkungan. Ruang terbuka utama yang ada pada lokasi pedestrian shopping street dapat diakses oleh siapa saja yang berada dalam tapak tersebut. Berbeda halnya dengan ruang terbuka pelengkap yang berada di dalam kawasan permukiman yang peruntukannya hanya bagi penghuni yang menetap di dalamnya saja. Hal ini bertujuan untuk menciptakan privasi para penduduk dalam area tersebut.untuk dapat mendukung segala aktivitas yang terjadi di dalamnya maka ruang terbuka umum ini membutuhkan fasilitas- fasilitas pendukung. Ruang terbuka ini memilik luas 1120,73m2 (terletak di sisi Jalan Roda I) dan 2211,37 m2 (terletak di ujung Jalan Roda I). Sesuai dengan yang dikatakan Rutledge (1995) bahwa aktivitas rekreasi luar ruang (outdoor recreation) banyak dilakukan oleh manusia dibandingkan dengan aktivitas rekreasi dalam ruangan (indoor recreation) dikarenakan sifat manusia itu sendiri yang pada dasarnya lebih senang menghabiskan waktu luangnya untuk dapat melihat dan dilihat orang lain. Rekreasi ini biasa dilakukan pada ruang terbuka seperti taman. Fasilitas yang disediakan pada ruang terbuka ini adalah fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan rekreasi aktif maupun pasif seperti lapangan olahraga, jogging track, bangku taman, gazebo dan fasilitas penerangan dan kebersihan. Karena bentuknya berupa taman lingkungan maka ruang terbuka utama ini berbagi fungsi antara ruang rekreasi dengan ruang terbuka hijau., sehingga ruang terbuka ini juga memiliki fungsi memperbaiki kualitas lingkungan disamping fungsi utamanya sebagai area rekreasi. Bentuk ruang terbuka hijau ini lebih sebagai buffer bagi area aktivitas di dalamnya dengan penanaman vegetasi yang mengelilingi area ruang terbuka utama ini. Perkerasan tapak pada ruang terbuka ini juga diminamlisasikan sehingga mayoritas penutupan lahan menggunakan vegetasi rumput. Penggunaan bata conblock dilakukan karena sifatnya yang masih dapat meloloskan air sehingga dapat diserap tanah dan pemasangannya yang

52 mudah serta awet (Harris and Dines, 1988). Penggunaan perkerasan berupa beton cor hanya digunakan bagi lapangan olahraga dan alas gazebo. Selain penanaman vegetasi pada ruang terbuka utama, dilakukan juga pada sisi jalan sepanjang Jalan Roda antara Jalan Roda I dan II. Jalur tanaman ini berfungsi sebagai peneduh dan memperbaiki kualitas lingkungan jalur tersebut. Vegetasi yang digunakan adalah tanaman Bauhinia purpurea dan ditanam berderet lima meter sepanjang jalan tersebut. 2. Ruang terbuka pelengkap adalah ruang terbuka yang terletak di dalam area permukiman. Ruang terbuka ini memiliki luas yang relatif lebih sempit dibanding ruang terbuka utama karena ruang terbuka ini hanya sebagai fasilitator bagi aktivitas sosial warga. Selain itu radius pelayanan ruang terbuka ini hanya melingkupi wilayah-wilayah yang letaknya dekat dengan ruang terbuka pelengkap ini dan tidak seluas ruang terbuka utama yang radius pelayanannya melingkupi seluruh area yang direncanakan. Fasilitas yang disediakan pada ruang terbuka ini hanya fasilitas yang mengakomodasi aktifitas sosialisasi seperti bangku dan fasilitas penerangan. Rencana Fasilitas Fasilitas yang direncanakan pada tapak dibuat sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan, yaitu untuk mengakomodasikan aktivitas-aktivitas yang berlangsung pada tiap jenis ruang sesuai dengan fungsinya. desain fasilitas pada tapak direncanakan menggunakan bentuk yang sederhana, kuat, dan tahan lama untuk mempermudah pemeliharaan. Penyediaan fasilitas disesuaikan dengan jenis penggunaan ruang dan aktivitas yang terjadi di dalamnya pada tapak. fasilitas yang perlu disediakan antara lain adalah fasilitas penerangan, tempat sampah, tempat duduk, fasilitas olahraga, pot-pot dan bak tanaman. Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan ini juga dapat disertai dengan peremajaan lingkungan seperti perbaikan fisik jalan dan saluran pembuangan. saluran pembuangan dibuat dengan sistem yang terpadu. Fasilitas-fasilitas pendukung ditempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis pada tiap-tiap pedestrian dengan jumlah yang sesuai. Penggunaan tanaman dan

53 vegetasi juga dibutuhkan dalam perencanaan pedestrian ini untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan menurunkan iklim mikro dari pedestrian ini. Tabel 10. Perbandingan Kondisi Awal Tapak dengan Kondisi Tapak yang Akan Datang. Aspek yang Dibandingkan Kondisi Awal Kondisi Tapak yang Akan Datang Keterangan. Ruang Terbuka Hijau Lingkungan Sosial Kualitas Lingkungan Aktivitas Ekonomi Kualitas Visual Intensitas Infrastruktur Tidak ada 3332 m 2 RTH pada taman lingkungan (ruang terbuka utama) dan jalur hijau sepanjang 305,6 m. Aktivitas sosial biasa dilakukan di jalan dan gang. Kurang baik akibat kurangnya vegetasi dan lingkungan yang padat. Kondisi saluran drainase yang kotor ikut memperparah kondisi tersebut. Pedagang kaki lima banyak terdapat di sepanjang jalan roda, warung- warung kecil milik penduduk ada di dalam area permukiman Buruk akibat lingkungan yang padat dan tidak teratur. Kondisi eksisting, bangunan permukiman dan jaringan listrik dan telepon. Taman lingkungan seluas 3332 m 2 yang dapat menampung kegiatan rekreasi dan sosial pemukim dan pengunjung tapak Penambahan vegetasi pada beberapa titik area dalam tapak dan pembersihan berkala saluran drainase. Perencanaan kawasan industri rumah tangga dan display produkproduknya di dalam area permukiman. Dilakukan perbaikan kondisi muka bangunan, perencanaan taman lingkungan Perubahan fungsi beberapa bangunan permukiman menjadi bangunan untuk aktivitas ekonomi, perbaikan kondisi jalan dan perencanaan kawasan parkir Terdiri dari dua buah ruang terbuka utama seluas 2211,27 m 2 dan 1120,73 m 2 dan dua buah ruang terbuka pelengkap di dalam tapak. Penambahan vegetasi pada Ruang terbuka hijau, jalur tanaman pinggir jalan dan tanaman penutup saluran drainase. Menambah intensitas kegiatan ekonomi dalam tapak. Memperbaiki kualitas estetika pada tapak. Perencanaan jalur pedestrian shopping street di dalam area permukiman sepanjang 865,2 m