PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I. PENDAI-W LlJAN. kecemasan pad a dirinya. Freud ( dalam Hall dan Lindsey, 1993: 81) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

Eni Yulianingsih F

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya manusia dari sejak awal terbentuknya, yakni sejak terjadinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II PEMBAHASAN A. STRES. yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

DAFTAR PUSTAKA. Atkinson, L., Rita, Atkonson, Richard, R Pengantar Psikologi I. Jakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

1. Bab II Landasan Teori

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dari pada penduduk berjenis kelamin laki-laki. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan (Kristiyani, 2001). Penyesuaian diri

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

KECEMASAN PADA WANITA MENJELANG MONOPAUSE

BAB I. Masa madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan. manusia. Gallagher, Lachman, Lewkowictz, & Peng (2001), menyatakan bahwa

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

DESKRIPSI DAN SILABI MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

SILABUS PSIKOLOGI DASAR DAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN TAHUN AKADEMIK 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB I PENDAHULUAN. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG BERCERAI (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda Pada Kasus Perceraian di Purwokerto)

Transkripsi:

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA Dwi Nastiti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo email: nastitidwi19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause antara ibu bekerja dengan ibu tidak bekerja. Penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu di kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo dengan jumlah sampel 60 orang ibu. Ibu bekerja yang terbagi menjadi 30 orang itu sedangkan ibu tidak bekerja yang terbagi menjadi 30 orang ibu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan teknik analisis menggunakan uji-t, yaitu untuk mengetahui perbedaan kecemasan dalam menghadapi menopouse antara antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja. Untuk mengukur kecemasan dilakukan dengan menggunakan skala kecemasan. Hasil analisis diperoleh nilai t = 1,959 dengan p = 0,055 (p > 0,050) yang berarti tidak ada perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja diperoleh. Kata Kunci : Kecemacan, Menopause PENDAHULUAN Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai dua makhluk dengan jenis kelamin yang berbeda, yaitu laki laki dan perempuan. Secara kodrati wanita berfungsi sebagai penerus generasi, sedangkan laki-laki sebagai pangkal keturunan. Hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan dapat menyebabkan lahirnya seorang anak. Proses terciptanya seorang anak disebabkan karena adanya fungsi biologi dari laki-laki dan perempuan. Meskipun fungsi tersebut berbeda, namun sifatnya saling melengkapi dan saling membutuhkan. Alat reproduksi laki laki berbeda dengan alat reproduksi wanita, serta berbeda pula fungsinya. Wanita bertugas mengandung janin dalam kandungan selama 280 hari. 87

sel telur yang terdapat dalam rahim seorang wanita disebut sebagai proses pembuahan. Semua wanita pada dasarnya ingin menikah karena adanya perasaan cinta dan didorong keinginan kuat untuk memperoleh keturunan dari orang yang dicintai dan yang mencintainya. Tujuan dari perkawinan adalah untuk menciptakan sebuah keluarga yang rukun dan harmonis. Hubungan yang ideal dalam sebuah perkawinan menyangkut perasaan kebersatuan, adanya keterlibatan dalam berbagai hal dan saling berbagi diantara keduanya, baik dalam hal fisik, mental, intelektual, emosional, dan bahkan dalam pencarian sumber penghidupan. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin banyak wanita atau istri yang memutuskan ikut bekerja atau berkarier dengan tujuan membantu menambah penghasilan bagi keluarga dan juga agar kemampuan atau bakat yang dimiliki dapat tersalurkan. Selain itu, setiap istri juga tetap memiliki kewajiban sebagai ibu rumah tangga yang bertugas mengurus suami dan anakanaknya. Menurut Kartono (dalam Psikologi wanita, 1992:24), selain bertugas sebagai ibu rumah tangga, seorang istri juga berhak mengembangkan bakat, kemampuan dan keterampilannya dengan bekerja di luar rumah. Bagi sebagian wanita, bekerja merupakan pilihan bebas disamping menjadi seorang ibu rumah tangga. Pekerjaan yang digeluti dapat dilatar belakangi oleh motif yang berbeda-beda. Karier atau profesi yang digeluti menuntut adanya keahlian profesional yang telah diperoleh melalui pendidikan. Hal tersebut diatas, berbeda dengan pengertian ibu rumah tangga menurut konsep tradisional, yaitu wanita yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memelihara dan merawat suami serta anak anaknya. Fungsi ibu dalam sebuah keluarga adalah merawat, menjaga dan memelihara suami serta anakanaknya. Seorang ibu harus dapat berperan sebagai istri yang setia mendampingi suami dan mampu mengelola kehidupan rumah tangga dengan baik serta dapat menjalankan 88

fungsi-fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Kartono (dalam Psikologi Wanita, 1992:142). Seorang wanita merasa hidupnya belum lengkap tanpa kehadiran seorang anak, dan jika belum mampu melaksanakan perannya sebagai seorang ibu. Lebih lanjut, kemampuan wanita sebagai seorang istri untuk melahirkan anak terkait erat dengan fungsi reproduksi. Namun, menurut Hurlock (dalam Psikologi Perkembangan, 1997:320), setiap wanita harus menyadari bahwa kemampuan melakukan reproduksi lama-kelamaan akan mengalami penurunan, terutama pada usia dewasa madya. Usia dewasa madya dimulai pada usia 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut ditandai dengan adanya perubahan jasmani dan rohani, sehingga terjadi proses kemunduran fisik secara bertahap, baik terjadi penurunan kekuatan fisik dan penurunan daya ingat. Usia dewasa madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia. Perubahan fisik dan psikologis pada masa ini menjadi semakin kelihatan dan menjadi tua seringkali menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian wanita. Kekhawatiran ini sering berawal dari pemikiran yang menyatakan bahwa dirinya tidak lagi bugar, tidak sehat dan tidak cantik lagi. Bagi sebagian wanita, kondisi tersebut memang tidak menyenangkan dan bahkan menyakitkan. Salah satu peristiwa dalam rentang usia dewasa madya yang sering membuat wanita merasa cemas atau bahkan takut adalah menopause. KECEMASAN Kecemasan merupakan salah satu unsur emosi yang pernah dialami oleh setiap individu dalam hidupnya karena suatu pengalaman baru yang dialaminya. Kecemasan dapat disebabkan karena emosi, kurang percaya diri, minder, tertekan, frustasi dan sebagainya. Menurut Freud (dalam Suryabrata, 2002), kecemasan berasal dari ketidakmampuan ego untuk menekan impuls dan merupakan sinyal terhadap adanya ancaman bahaya. Menurut Roger (dalam Suryabrata 2002), kecemasan adalah rasa takut yang disertai adanya HELPER Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA 89

gangguan-gangguan fisiologis, seperti keringan dingin, pusing, mual dan jantung berdebar. Kecemasan merupakan hal yang normal yang berguna untuk meningkatkan kewaspadaan dan membantu individu mencapai hasil yang terbaik dari suatu tingkah laku. Kecemasan bukanlah semata-mata suatu masalah kejiwaan, tetapi merupakan suatu pengalaman yang setiap saat dapat terjadi pada siapa saja. Kecemasan berguna sebagai tanda bahaya untuk menghindar dari suatu keadaan yang mengancam. Menurut Sullivan (dalam Supratiknya, 1993), kecemasan merupakan proses emosi yang bercampur aduk pada saat individu mengalami tekanan perasaan ataupun konflik batin. Kecemasan merupakan suatu kondisi emosional dengan komponen utama rasa takut yang sifatnya tidak jelas. Menurut Kartono (1992:325), kecemasan adalah semacam kegelisahan atau kekhawatiran dan ketakutan sesuatu yang tidak jelas penyebabnya. Gejala-gejala kecemasan dapat berupa rasa khawatir, gugup, cemas, tegang, rasa tidak nyaman, takut, mudah terkejut, berkeringat dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan salah satu unsur emosi yang pernah dialami oleh setiap individu dalam hidupnya yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Kecemasan dapat disebabkan karena emosi, kurang percaya diri, rendah diri, adanya tekanan, dan frustasi. Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang timbul karena adanya ancaman yang tidak jelas penyebabnya, baik yang berasal dari luar maupun yang berasal dari dalam tubuh dan dapat mengganggu keseimbangan hidup bagi individu yang bersangkutan. Menurut Daradjat (1985) faktor yang dapat menimbulkan kecemasan adalah akibat tidak terpenuhinya keinginan-keinginan seksual, karena merasa diri dan keadaan fisiknya kurang dan karena pengaruh pendidikan masa kecilnya, atau sering terjadinya frustasi karena tidak tercapainya sesuatu yang diinginkan baik material maupun sosial, dapat menyebabkan 90

kecemasan dalam diri seseorang. Selanjutnya dikatakan bahwa kecemasan itu dapat pula sebagai akibat yang dipelajari atau ditiru, atau dari rasa tidak berdaya, tidak ada rasa kekeluargaan. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa kecemasan itu timbul karena individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Wirawan (dalam Herdayanti, 2001) kecemasan itu dapat disebabkan oleh faktor-faktor dari luar maupun faktor-faktor dari dalam diri individu. Ancaman bahaya dari luar yang terus menerus dan sulit dihindari, ketidakadilan yang dialami terus menerus dan sulit dihindari, ketidakadilan yang dialami terus menerus dan orang itu tidak berdaya merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan yang berasal dari luar diri individu. Sementara itu faktor dari dalam yang menyebabkan kecemasan adalah perbedaan yang terlalu jauh antara cita-cita atau keinginan dengan kemampuan yang dimiliki. Menurut Kartono (1992), adanya gangguan dalam menghadapi masa menopause pada wanita usia dewasa madya dapat menimbulkan kekecewaan dalam perkawinan maupun dalam pekerjaannya, sehingga dapat menyebabkan timbulnya gangguan kecemasan. Penyebab timbulnya gangguan kecemasan pada istri yang bekerja dapat disebabkan karena para istri lebih memiliki keterlibatan dalam kehidupan perkawinannya bila dibandingkan dari para suaminya (1992). Umumnya wanita pekerja memiliki konsep diri yang lebih baik, lebih percaya diri dan mempunyai keyakinan dalam menghadapi masa depannya. Sehingga akan lebih bersikap positif dalam menghadapi masa menopause, yaitu dengan cara melakukan banyak aktivitas di kantor, dapat mengalihkan energi dan potensi yang dimilikinya ke arah yang lebih baik, dapat menyibukkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan yang positif sehingga tidak memiliki beban mengenai masa menopause yang akan dihadapinya, kalaupun ada HELPER Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA 91

maka perasaan cemas tersebut akan dapat diatasi dengan baik. Berbeda dengan wanita yang tidak bekerja dan hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasa saja. Dalam menghadapi masa menopause mereka cenderung kurang dapat melakukan penyesuaian diri dengan keadaan tersebut, yang tidak jarang dapat mempengaruhi keseimbangan psikologisnya (Sadli, 1992). Simptom-simptom psikologis yang sering muncul pada masa menopause ini antara lain dapat berupa depresi, mudah tersinggung, menjadi mudah marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, dan juga mengalami gangguan sulit tidur (Kartono, 1992). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis nilai t = 1,959 dengan P = 0,055 (P > 0,050) artinya tidak signifikan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause antara ibu bekerja dengan ibu tidak bekerja, dan hipotesis penelitian yang menyatakan ada perbedaan tingkat kecemasan pada wanita usia dewasa madya dalam menghadapi menopause antara ibu bekerja dengan ibu tidak bekerja ditolak. Menurut pendapat Wirawan (dalam Hendayanti, 2001) yang mengatakan bahwa kecemasan itu dapat disebabkan faktor-faktor dari luar maupun faktor-faktor dari dalam dri individu. Ancaman itu bahaya dari luar yang terus menerus dm sulit dihindari, ketidakadilan yang dialami terns menerus dan orang itu tidak berdaya merupakan faktor-faktor dari dalam yang menyebabkan kecemasan adalah menghadapi menopause merupakan kecemasan dari dalam diri individu, karena kecemasan menurut Sarasan dan Spielberger merupakan (dalam Hendayanti, 200) bahwa reaksi terhadap suatu pengalaman yang oleh individu bersangkutan dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan ini disebabkan oleh adanya konflik, emosi, kurang percaya diri, tekanan, frustasi dan sebagainya. Selain itu termasuk hal-hal yang bersifat psikologi adalah mengenai konsep diri. Menurut Burns, (dalam Luniar, 1993) bahwa kecemasan sangat dipengaruhi oleh adanya kualitas konsep diri. Hal 92

tersebut dikarenakan pada wanita yang menghadapi menopause akan merasa kehilangan tanda kewanitaannya, kehilangan perhatian dari suami dan anak-anak clan merasa kesepian. Namun demikian tidak semua wanita merasakan kecemasan menghadapi menopause. Ada sebagian wanita menganggap bahwa menopause merupakan hal yang wajar yang tidak perlu dicemaskan. Hal tersebut tergantung dari konsep diri seseorang yang berkembang dan terbentuk dari keluarga dan pengalaman yang dipexoleh sepanjang rentang kehidupan melalui lingkungan dimana orang tersebut berinteraksi akan mempengaruhi kepribadian. Wanita yang mempunyai konsep diri positif, tidak akan merasakan penasaran yang tidak berharga, tidak berguna karena merasa setara dengan orang lain sehingga mampu mengatasi tingkat kecemasan menghadapi menopause. Berbeda dengan wanita yang memiliki konsep diri negatif, mereka merasa sering tidak berguna dan tidak berharga bagi orang laporan sehingga peristiwa menghadapi menopause ini akan menimbulkan perasaan cemas yang berlebihan. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. (1991). Psikologi Perkembangan. Penerbit PT. Melton Putra. Basuki, A. (1987). Kecemasan Yang Mencekam. Penerbit Anda. Bramantyo. (2002). Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Penerbit Puspa Swara. Dahlan, A. (1988). Wanita Menopause. Penerbit PT. Pustaka Antara. Daradjat, Z. (1990). Kesehatan Mental. Penerbit PT. Gunung Agung. Faisal. (2001). Raid Tidak Wajar dan Menopause. Penerbit Pustaka Populer Obor. Gunarsa, S.D. (1982). Psikologi Untuk Keluarga. Penerbit PT. BPK Gunung Mulia. Hall, Calvin. S. & Lindzey. (1993). Psikologi Kepribadian. Edisi ke-1. Editor: Supratiknya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hawari, H.D. (1989). Mengenal Kecemasan, Stres dan Depresi. Penerbit Anda. Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu HELPER Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA 93

Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Alih Bahasa: Istiwidayanti & Soedjarwo). Penerbit Erlangga, Kartono. (1992). Psikologi Wanita: Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Penerbit Mandar Maju. Bandung. Kasdu, D. (2002). Kiat Sehat & Bahagia di Usia Menopause. Penerbit Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Mackenzie, R. (1995). Menopause: Tuntunan Praktis Untuk Wanita. (Alih Bahasa: Widianto). Penerbit Arcan. Mappiare, A. (1988). Psikologi Orang Dewasa. Penerbit Rineka Cipta. Maramis. (1990). Dinamika Perkawinan. Penerbit Airlangga University Press. Surabaya. Monks, F.J., Knors. (1999). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. (Alih Bahasa: Haditono). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Hoffman, L.W. & Nye, I. (1974). Working Mothers. Bass Inc. California. Patricia, O. (1994). Menghadapi Masa Menopause Dengan Penuh Kebahagiaan. (Alih Bahasa: Roestiawati). Penerbit Bina Rupa Aksara. Prasadio, T. (1988). Kecemasan dan Manifestasinya. Penerbit Majalah Psikiatri. Sadli, S. (1990). Diatas 40 Tahun. Penerbit Sinar Harapan. Santrock. (1995). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. (Alih Bahasa: Achmad Chusairi). Penerbit Erlangga. Spielberger. (1992). Stress & Anxiety. (Alih Bahasa: Irwin). Hemisphere Publishing Corporation. London. Suryabrata, S. (1990). Psikologi Kepribadian. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Winarsunu, T. (2002). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.. 94