BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

yang berdampak terhadap kerugiakan dan kepentingan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi sebagai bentuk kejahatan luar biasa (extra ordenary crime) telah

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan hukum rechtstaat, menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mempertahankan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang semakin canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang merugikan keuangan negara

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Negara Indonesia. Undang Dasar 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. konstitus yang mengatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatasi atau mewaspadai segala bentuk perubahan sosial atau kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dari hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

RINGKASAN PUTUSAN. LP/272/Iv/2010/Bareskrim tanggal 21 April 2010 atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat dan perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana, tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran terhadap hak sosial dan hak ekonomi masyarakat. Tindak pidana korupsi telah menjadi suatu kejahatan yang luar biasa begitu pula dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. Sudah terbukti bahwa ada keterkaitan antara korupsi dan bentuk kejahatan lain, khususnya kejahatan terorganisasi Pengertian korupsi mempunyai 3 unsur yaitu : 1. Menyalahgunakan kekuasaan 2. Kekuasaan yang dipercayakan memiliki akses bisnis atau keuntungan materi 3. Keuntungan pribadi Korupsi sudah menyebar dan merata di kalangan institusi pemerintahan, kenegaraan dan swasta. Bahkan korupsi sudah dianggap bagian hidup bangsa ini sebagai modus baru, korupsi kelembagaan memiliki karakteristik berbeda dengan korupsi individu yang sudah mulai tertinggal di 1

2 era reformasi ini. Beberapa catatan dari upaya yang dilakukan penegak hukum ( Kepolisian R.I., Kejaksaan Agung, dan Mahkamah Agung) menjadi catatan tersendiri dalam pemahaman praktik maupun pendekatan secara akademiknya untuk mempermudah penanganan tindak pidana korupsi dan membuka segala tabir kompleksitas korupsi tersebut. Usaha pemberantasan korupsi jelas tidak mudah. Kesulitan itu terlihat semakin rumit, karena korupsi kelihatan benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat. Berbagai upaya pemberantasan tetap dilakukan, agar secara bertahap korupsi setidak-tidaknya bisa dikurangi. Upaya bangsa Indonesia melalui sistem hukum nasional yang berpihak kepada kepentingan nasional dan bersumber dari Pancasila serta UUD 1945. Pemberantasan korupsi secara hukum adalah dengan mengandalkan diberlakukannya secara konsisten Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi melalui Undang-Undang No 31 Tahun 1999 yang telah direvisi melalui Undang-Undang No 20 Tahun 2001. 1 Di dalam rangka penegakan hukum ini masing-masing sub sistem tersebut mempunyai peranan yang berbeda-beda sesuai dengan bidangnya serta sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku, akan tetapi secara bersama-sama mempunyai kesamaan dalam tujuan pokoknya yaitu memberantas korupsi. Dalam penanganan tindak pidana korupsi jaksa berperan sebagai penyidik dan juga sebagai penuntut umum, sebagaimana telah 1 Prof. Dr. Indriyanto Seno Adji, SH. MH, Korupsi dan Penegakan Hukum, Penerbit Diadit Media Jakarta 2009, hlm 119

3 diatur di dalam Undang-Undang Kejaksaan No. 16 tahun 2004 Pasal 30 ayat (1) mengenai tugas dan wewenang kejaksaan yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan Undang- Undang. 2 Penegakan hukum pada dasarnya melibatkan seluruh warga negara Indonesia, dalam pelaksanaannya dilakukan oleh penegak hukum. Penegakan hukum tersebut dilakukan oleh aparat yang berwenang, yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan. Polisi, Jaksa dan Hakim merupakan tiga unsur penegak hukum yang masing-masing mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban yang sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Dalam menjalankan tugasnya unsur aparat penegak hukum tersebut merupakan sub sistem dari sistem peradilan pidana. Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana khusus dalam penanganannya diperlukan suatu kerja sama dengan pihak lain. Jaksa sebagai penyidik merangkap sebagai penuntut umum dalam penanganan tindak pidana korupsi. Untuk menyelesaikan kewajibannya tersebut Jaksa harus bekerja sama dengan pihak lain yang terkait. Hubungan hukum dengan pihak lain itu dapat berupa perseorangan, badan hukum dan instansi pemerintahan. Hubungan hukum dengan perseorangan misalnya dengan seseorang saksi, seorang tersangka.hubungan hukum dengan badan hukum misalnya dengan Perusahaan tempat tersangka melakukan tindakan korupsi. Sedangkan hubungan hukum dengan instansi pemerintahan lain dapat dengan sesama penegak hukum yaitu Kepolisian, Pengadilan, penasehat hukum tersangka. 2.Evi Hartanti,Tindak Pidana Korupsi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta 2005 hlm, 2

4 Untuk melaksanakan tugas pemberantasan korupsi maka Kejaksaan tidak bisa bekerja sendiri dengan mengandalkan kemampuan aparat kejaksaan tanpa kerja sama dengan instansi lain. Menurut peraturan yang berlaku, penyidik tindak pidana korupsi adalah Jaksa dan Polisi, sehingga dibutuhkan kerja sama antara kedua penegak hukum ini yang harus saling mendukung dan saling membantu untuk berhasilnya penyidikan tindak pidana korupsi. Disamping jaksa berperan sebagai penyidik dan penuntut umum dalam tindak pidana korupsi jaksa juga berperan dalam mengembalikan aset Negara hasil dari korupsi sebagaimana tertulis di Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang- Undang No 20 Tahun 2001 Pasal 18 dan Pasal 38 B jo Pasal 37 A. Berdasarkan uraian diatas, Penulis tertarik untuk mengkaji tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dan pengembaliaan aset Negara hasil korupsi, karena penulis melihat penanganan kasus korupsi hanya sebatas penjatuhan pidana kepada pelaku tindak pidana korupsi, tanpa memperhitungkan pengembalian aset Negara (kerugian Negara) hasil korupsi tersebut. Peran Jaksa sangat diperlukan dalam menangani tindak pidana korupsi serta dapat mengembalikan aset Negara hasil dari Korupsi. Diharapkan jaksa bisa membuat inisiatif agar kerugian Negara dapat dikembalikan serta korupsi dapat dikurangi secara bertahap sehingga pada ahirnya korupsi dapat di hilangkan. Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penulisan hukum dengan judul Peranan Jaksa Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Upaya Mengembalikan Aset Negara Hasil Korupsi 3 3 Dr.HS Eka Iskandar SH MH, Alternatif Pengembalian Aset Negara, Penerbit Slamet Harianto, Surabaya, hlm 74

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahanya sebagai berikut 1. Bagaimana peran jaksa dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi? 2. Bagaimana peranan jaksa dalam upaya pencegahan pelaku korupsi melarikan diri ke luar negeri? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk memproleh data tentang peran jaksa dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi 2. Untuk memproleh data tentang upaya jaksa dalam pengembalian aset Negara yang telah di korupsi. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan bidang hukum yang berkaitan denga peranan jaksa dalam menangani tindak pidana korupsi, terutama bagi mahasiswa hukum. 2. Bagi Fakultas Hukum Agar mahasiswa fakultas hokum dapat mengembangkan ilmu pengetahuan bidang hukum yang berkaitan dengan peranan jaksa dalam menangani tindak pidana korupsi yang terjadi pada masyarakat sekitar.

6 3. Bagi Aparatur Penegak Hukum Agar aparatur penegak hukum terutama pihak kejaksaan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan bidang hukum yang berkaitan dengan peranan jaksa dalam menangani tindak pidana korupsi yang terjadi pada masyarakat sekitar. E. Keaslian penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan hukum yang berjudul Peran Jaksa Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsi Dan Upaya Mengembalikan Aset Negara Hasil Korupsi merupakan hasil karya penulis asli bukan merupakan duplikasi atau plagiat dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi hukum yang berlaku. F. Batasan konsep 1. Jaksa adalah pejabat fungsional yang dibeberi wewnang oleh Undang- Undang untuk bertindak sebagai penyidik dan penuntut umum, serta melaksanakan putusan pengadilan. Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Pasal 1 ayat(1). 2. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang- undang untuk melakukan penuntutan dan pelaksanaan hakim. Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (2). 3. Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekusaan Negara di bidang penuntutan serta kewenangan berdasarkan undangundang. Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Pasal 2 ayat (1).

7 4. Pengertian tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan Perundang-Undangan dinyatakan sebgai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana. 5. Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptie dalam bahasa Belanda Corruptie yang artinya penyuapan Pengertian korupsi secara harafiah adalah a. kejahatan, Kebusukan, dapat disuap, Tidak bermoral, Kebejatan dan ketidak jujuran b. perbuatan yang buruk seperti penerimaan uang sogok c. perbuatan yang kenyataanya menimbulkan keadaan yang bersifat buruk, prilaku yang jahat dan tercela. 6. Pengertian aset Negara hasil korupsi adalah penyelewengan dana publik atau uang Negara yang digunakan oleh pejabat Negara untuk kepentingan pribadi. G. Metodologi penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, yang didukung dengan wawancara terhadap narasumber. Penelitian ini dilakukan dengan cara mencari data dengan mempelajari buku- buku, peraturan perundang undangan, doktrin serta berbagai macam literatur lainya yang sekiranya mempunyai kesamaan dengan topik dan objek penelitian serta mewawancarai narasumber yaitu pihak pihak yag terkait dengan permasalahan yang di teliti.

8 2. Sumber data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa: a. Bahan hukum primer, antara lain berupa peraturan Perundang-Undangan yang terdiri dari : 1. Undang-Undang Dasar tahun 1945 2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Prof. moeljatno, SH 3. Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan 4. Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi 5. PP no 18 tahun 2005 tentang Komisi Kejaksaan RI yang termuat dalam lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 no 67 b. Bahan hukum sekunder, yaitu meliputi buku, hasil penelitian, pendapat hukum dan website atau situs hukum 3. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka penulisan hukum ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode: a. Studi kepustakaan Mengumpulkan data sekunder yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, dengan cara mempelajari dan memahami buku-buku literatur atau buku bacaan yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini, juga pendapat pakar-pakar dan ahli-ahli dan juga peraturan-peraturan perundang-undangan.

9 b. Wawancara Mengumpulkan data dengan cara tanya jawab langsung dengan nara sumber jaksa tindak pidana khusus kejaksaan negeri Yogyakarta Agus Kurniawan, SH memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. 4. Metode analisis Data yang diperoleh dalam penelitian kepustakan maupun lapangan, diolah dan dianalisis secara kualitatif, artinya analisis dengan memahami dan mengkaji data yang dikumpulkan secara sistematis sehingga diperoleh suatu gambaran mengenai masalah atau keadaan yang akan di teliti. Proses penalaran yang digunakan dalam menarik kesimpulan adalah metode berpikir deduktif yaitu suatu pola pikir yang didasarkan pada suatu ketentuan yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan pada suatu fakta yang bersifat khusus. H. Sistematika Penulisan Hukum / Skripsi Penulisan hukum ini disusun secara sistematis dalam bab per bab yang saling berhubungan dengan tujuan agar terwujud penulisan hukum yang menghasilkan keterangan jelas dan sistematis. Bab-bab tersebut adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN yaitu meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

10 BAB II PERANAN JAKSA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN UPAYA MENGEMBALIKAN ASET NEGARA HASIL KORUPSI Dalam BAB II ini yang berisi pembahasan tentang peran jaksa dalam penindakan pelaku tindak pidana korupsi dibagi menjadi tida sub bab yaitu: sub bab pertama yang berisi tentang tinjauan umum terhadap tindak pidana korupsi di jelaskan tentang pengertian tindak pidana korupsu yaitu berupa perbuatan yang dilarang suatu aturan hukum larangan dengan mana dissertai ancaman yang berupa pidana tertentu,bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut, bahwa yang dilarang tersebut itu adalah perbuatan manusia yaitu larangan itu ditujukan kepada perbuatanya. Sub bab ke dua tentangperan jaksa sebagai penyidik dan penuntut tindak pidana korupsi didalamya dijelaskan tentang bagaimana kebebasan jaksa dalam melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi dan dasar hukum kewenangan jaksa dalam melakukan penyidikan dan penuntutan. Sub bab ke tiga tentang tinjauan umum tentang aset Negara dan upaya pengembalian asset Negara hasil korupsi dijelaskan tentang pengertian aset Negara dan bagaimana upaya pengembaliat asset Negara serta bagaimana upaya pengembalian asset negara BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam BAB ini terdiri dari kesimpulan yang berisi ringkasan atas pembahasan permasalaha tentang peran jaksa dalam pemberantasan tindak

11 pidana korupsi terhadap pelaku tindak pidana korupsi dan saran yang dapat di berikan penulis agar setiap pemberantasan korupsi yang dilakukan jaksa selalu memperhatikan pengembalian aset Negara hasil dari korupsi tersebut