BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan yang dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka menepakan asas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah,

I. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang berpengaruh terhadap mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN. Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

SALINAN KEPALA DESA OLEHSARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA OLEHSARI NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diserahkan kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 9 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI PELOPOR PEMBANGUNAN. Dra. T. IRMAYANI Msi Fakultas FISIPOL Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

salinan KEPALA DESA JAMBESARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA JAMBESARI NOMOR 1 TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah. Undang-Undang No. 5

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMAT ERA SELATAN PERATURAN BUPATI MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek, antara lain ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR i KATA SAMBUTAN..iii DAFTAR ISI...iv

mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh presiden sebagai pemegang kekuasaan

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keadaan geografis Indonesia yang berupa kepulauan menyebabkan pemerintah sulit mengkoordinasi pemerintahan yang ada didaerah. Untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerintahan maka diperlukan adanya suatu sistem pemerintahan yang dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapi tetap terawasi dari pusat. Di era reformasi ini sangat dibutuhkan sistem pemerintahan yang memungkinkan cepatnya penyaluran aspirasi rakyat, namun tetap berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Hal tersebut sangat diperlukan karena mulai munculnya ancaman-ancaman terhadap keutuhan NKRI, hal tersebut ditandai dengan banyaknya daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indornesia, seperti Aceh. Sumber daya alam daerah di Indonesia yang tidak merata juga merupakan salah satu penyebab diperlukannya suatu sistem pemerintahan yang memudahkan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan nasional. Sistem pemerintahan Negara kesatuan republik Indonesia ( NKRI) menururt Undang-Undang Dasar 1945 dan perubahan-perubahannya memberi keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah. Dalam pelaksanaan pemerintahan perlu memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta

memperhatikan potensi keanekaragaman daerah demi terwujudnya kesejahteraan dan keselarasan. Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa sebagai badan kekuatan terendah, pemerintah desa memiliki kewenangan asli untuk mengatur rumah tangganya sendiri (wewenang otonomi atau pemerintah desa). Mengingat desa merupakan tempat segala urusan dari segenap unsur pemerintahan yang ada diatas. Maka seorang kepala desa berkewajiban menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam masyarakat serta harus memimpin dalam usaha pembangunan desanya di samping harus menghadapi arus dan tuntutan pengembangan kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat dan merupakan potensi yang sangat besar untuk menunjang pembangunan desa merupakan dasar tercapainya dasar pembangunan nasional. Pembangunan desa harus di lakukan secara terarah dan dinamis berkelanjutan dalam arti bahwa pembangunan desa akan terus di laksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi serta kemampuan yang di miliki oleh desa yang bersangkutan, terutama yang menyangkut manusia dan pendukung alamnya. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggara pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Jadi, kepala sebagai kepala pemerintahan bertanggung jawab atas terselenggaranya pemerintahan desa karena kepala desa yang memegang peran

yaitu sebagai wakil rakyat yang terpilih dan dipilih secara langsung oleh masyarakat desa. Kepala Desa sebagai administrator pembangunan, administrator pemerintahan dan administrator kemasyarakatan Desa. Mengadakan koordinasi dan kontrol atas segala kegiatan pembangunan di desa, terutama yang dilaksanakan untuk dan dari desa, yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga desa. Laju pembangunan di desa adalah mencerminkan dari kegiatan, kreatifitas dan daya inisiatif Pemerintah Desa, tepatnya Kepala Desa untuk terlaksananya pembangunan tersebut. Kepala desa sebagai motivator yaitu fungsi kepala desa sebagai pendorong dan pemeberi semangat kepada masyarakat setempat, agar ikut melakukan tindakan-tindakan yang positif sehingga apa yang diharapkan dapat lebih berkembang dan suatu saat dapat menjadi penopang perekonomian yang ada. Kepala desa sebagai fasilitator yaitu orang yang memberikan bantuan dan menjadi narasumber yang baik untuk berbagai permasalahan serta memfasilitasi kegiatan-kegiatan pembangunan desa, memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses pembangunan sehingga program pembangunan desa dapat berjalan dengan baik. Kepala desa sebagai mobilisator yaitu orang yang mengarahkan atau menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan sebuah pembangunan guna untuk kepentingan bersama. kepala desa yang mengajak

atau menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama melakukan tindakan yang nyata untuk membangun desa. Pembangungunan desa diusahakan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan taraf hidup dan kehidupan masyarakat desa yang meliputi peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan perumahan, pengembangan usaha ekonomi desa dan pengembangan lembaga keuangan desa serta ketertiban dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat menambah kemampuan dan kesanggupan masyarakat desa menaikkan hasil produksinya. Dengan meluaskan produksi bertambah luas lapangan kerja dan bertambahnya lapangan kerja akan menaikkan pendapatan masyarakat. Ini merupakan pekerjaan rumah tangga kepala desa yang tidak mudah. Jadi, dapat dipahami akan pentingnya fungsi kepala desa bagi masyarakat desa khususnya didalam pembangunan. Sebagai administrator pembangunan kepala desa berfungsi melakukan rentetan usaha bersama masyarakat dalam iklim demokratis untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan tata kehidupan serta sarana kehidupan, demi pencapaian kesejahtraan masyarakat di desanya. Kepala Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi merupakan satu dari puluhan ribu kepala desa atau sebutan lainnya yang menjalankan peranannya sebagai administrator pembangunan di desanya yang mana desa selalu diidentikan dengan keterbelakangan dan kebodohan. Oleh karenanya fungsi kepala desa sangat strategis dalam menyelenggarakan berbagai urusan desa yang sesuai dengan yang diamanatkan Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 dan sejalan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 02 Tahun 2009 yaitu : a. Menggerakkan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan di desa. b. menggerakkan pelaksanaan pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa. c. Memfasilitasi upaya peningkatan partisifasi dan swadaya masyarakat. d. Menciptakan suasana ketentraman dan ketertiban masyarakat. Kedudukan sebagai kepala desa sangat diharapkan dalam mengarahkan dan memajukan desa melalui pelaksanaan berbagai urusan dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan akhirnya meningkatkan kesejahtraan hidup masyarakatnya. Tidak kalah penting tentunya dalam proses pelaksanaan pembangunan tersebut harus melibatkan masyarakat. Karena masyarakat selain sebagai objek di dalam pembangunan juga merupakan subjek dalam pembangunan. Oleh karenanya kepala desa harus mampu mengembangkan hubungan kemitraan dan kerjasama yang baik dengan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan yang ada di desa sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahtraan masyarakat desa. Dalam pembangunan biasanya masyarakat desa akan berpikir mengarah ke pembangunan fisik, padahal pembangunan fisik bukan sepenuhnya ukuran majunya sebuah desa. Pembangunan fisik yang dibuat dengan parisipasi aktif masyarakat tentunya memiliki nilai tambah tersendiri yang dapat mewujudkan rasa keadilan dan kesejahtraan masyarakat. Beberapa pelaksanaan

pembangunan fisik dan non fisik di Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1. Rencana Target Dan Realisasi Program Pembangunan Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2012 No Target Pembangunan Fisik dan Non Fisik 1 Fisik a. PUSTU b. Renovasi mesjid c. Kantor kepala desa d. Semenisasi jalan padat karya 250 M e. Pengaspalan jalan f. Air bersih 2 Non Fisik a. UED SP b. SPP-PNPM-MPD Keterangan Lokasi Dusun II Dusun I Dusun II Dusun I Dusun I/II Dusun II Dusun I/II Dusun I/II Sumber: Kantor Kepala Desa Rantau Sialang 2014 Sumber pembangunan dan swadaya masyarakat PDAM Kab. Kaunsing Terealisasi (%) 80 60 75 100 Dari tabel di atas dapat program pembangunan yang ada di Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi. Diantaranya Puskesmas Pembantu (PUSTU) teralisasi 80% yang belum terealisasi 20% fakta yang penulis dapatkan di lapangan hanya lantainya saja yang belum di keramik namun sudah di semen kasar dan sudah dapat di fungsikan. Kemudian renovasi mesjid hanya terealisasi 60% sedangkan 40% belum terealisasikan. Informasi yang penulis dapat terkendalanya renovasi ini dikarenakan kehabisan dana. Pembangunan kantor kepala desa terealisasi 75% sedangkan 25% belum yang teralisasi. Untuk semenisasi jalan padat karya 250 M terealisasi sepenuhnya. Kemudian untuk pengaspalan jalan hanya terealisasi di dusun II saja, berdasarkan informasi yang didapat penulis langsung dari kepala desa hal 50 40 75 75 Tidak Terealisasi (%) 20 40 25 100 50 60 25 25

ini disebabkan karena keterbatasan dana. Untuk PDAM hanya terealisasi 40% dan 60% tidak terealisasi. Sedangkan untuk pembangunan non fisik yaitu UED SP dan SPP-PNPM-MPD yang sama-sama terealisasi 75%, ini adalah bentuk simpan pinjam yang di berikan kepada masyarakat namun terkendala pada pengembalian. Kebanyakan masyarakat lalai dalam pengembalian. Perencanaan yang dibuat oleh kepala desa tidak berjalan dengan maksimal, hal ini diduga karena ketidak cakapan kepala desa dalam mengambil keputusan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya sehingga hasil dari pembangunan tersebut tidak sesuai seperti apa yang di harapkan. Dalam hal ini juga dibutuhkan partisipasi dan swadaya masyarakat seperti masyarakat ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan, memberikan ide dalam menyusun perencanaan desa, serta memberikan sumbangan yang berupa kekayaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data keuangan Desa Rantau Sialang tahun 2012 pada tabel di bawah ini: Tabel I.2 Data Keuangan Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Pertahun No Sumber Dana/Tahun Jumlah 1 Anggaran Dana Desa 50.000.000 2 Pendapatan Asli Desa a. Partisipasi/Swadaya Masyarakat b. Pungutan Desa 24.300.000 700.000 3 Bantuan Dari Pemerintah Kabupaten/Kota 8.000.000 Jumlah 83.000.000 Sumber: Kantor Kepala Desa Rantau Sialang Tahun 2014

Dari tabel di atas dapat kita lihat sumber pendapatan Desa Rantau Sialang di antaranya adalah anggaran dana Desa sebanyak Rp.50.000.000, pendapatan asli Desanya sebanyak Rp.25.000.000 dan bantuan dari pemerintah kabupaten/kota sebanyak Rp8.000.000 dengan total anggaran dana sebanyak Rp83.000.000 pertahunnya. Anggaran dana ini di gunakan untuk pembangunan Desa. Dengan anggaran dana dan perencanaan pembangunan yang ada di Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi seharusnya pembangunan di desa tersebut sudah terlaksana dengan baik. Fokus penelitian penulis yaitu Kepala Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi periode 2007-2012. Berdasarkan uraian dan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan Penelitian dengan judul Fungsi Kepala Desa Sebagai Administrator Pembangunan di Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas penulis merumuskan permasalahan pada penelitian sebagi berikut: 1. Bagaimana Fungsi Kepala Desa Sebagai Administrator Pembangunan Di Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi?

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat fungsi kepala desa dalam pelaksanaan pembangunan di desa rantau sialang kecamatan kuantan mudik kabupaten kuantan singingi? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi kepala desa sebagai administrator pembangunan di Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan fungsi kepala desa sebagai administrartor pembangunan di Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi. 1.3.2. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai aplikasi dari teori perkuliahan yang berkaitan dengan masalah pengembangan ilmu administrasi Negara, khususnya kepemimpinan dan kebijakan pemerintah desa. 2. Sebagai penambah reperensi bagi penulis lain tentang permasalahan yang sama di masa yang akan datang. 1.4. Sistematika Penulisan Secara sistematis penulisan ini akan dipaparkan dalam lima pokok bahasan, dan dari masing-masing pokok bahasan akan dibagi kedalam sub-sub sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori ini menyangkut referensi-referensi dan buku-buku dengan permasalahan yang akan di bahas oleh peneliti. BAB III METODE PENELITIAN Berisikan tentang jenis penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel, metode pengumpulan data, dan Analisa Data. BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Bab ini berisikan tentang keadaan Umum desa rantau sialang kecamatan kuantan mudik kabupaten kuantan singingi BAB V PEMBAHASAN Di dalam bab ini memuat hasil dari penelitian yang dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup, yang berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang diperlukan.