BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun bagi sebagian besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkembang sejak dahulu. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai. maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wawasan-wawasan baru atau berubah sesuatu yang lama.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. baik, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa akan terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. dasar sampai pendidikan menengah,bahkan hingga perguruan tinggi. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang akan mengetahui hal-hal baru serta dapat mengerti dan memahami

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 008 BUMI AYU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khaeratun Nisa, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak sadar telah dilakukan oleh manusia. Aktualisasi potensi ini sangat berguna bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri demi pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia makin lama makin bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Menurut Gagne belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah prilaku sebagai akibat pengalaman (dalam Winatapura dkk, 1997: 2.3). Sedangkan Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan langsung seumur hidup, sejak dari bayi sampai ke liang lahat (Sadiman, 1994: 1). Menurut Djamarah (2002:38) : Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tidak juga pernah sepi dari berbagai aktivitas, tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya dalam belajar, seseorang tidak akan

9 dapat menghindari dari sesuatu situasi, situasi akan menentukan aktivitas yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar. Dari pernyataan di atas maka belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua orang langsung seumur hidup yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. 2.2 Hakikat Pembelajaran Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang diakui oleh masyarakat. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2007:57). Sedangkan menurut (Dimyati dan Mudjiono, 2002:113) : Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa agar siswa dapat belajar dengan lebih aktif. Menurut Sagala (2007:63) : Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa untuk sekedar mendengar, mencatatkan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu akan dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

10 Dari pernyataan di atas maka pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar yang dibangun oleh guru ini diharapkan mampu membangun karakteristik mental siswa dan juga keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan. 2.3 Pengertian Metode Demonstrasi Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang releven dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. ( Muhibbin Syah, 2000: 45) Sedangkan Djamarah (2008: 37), Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode ini memiliki kedudukan sebagai berikut: a. Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam KBM; b. Menyiasati perbedaan individual anak didik; c. Untuk mencapai tujuan pembelajaran.

11 Dalam aktivitas hasil belajar yang diharapkan dalam metode ini adalah: memberikan pengajaran kepada anak didik. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, disamping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada murid-murid yang merupakan proses belajar mengajar, itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan metode-metode tertentu. Dari beberapa teori penulis menyimpulkan metode demonstrasi adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai setelah, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Melaksanakan instruksi/perintah guru: membagi kelompok, menyusun meja kursi, menyiapkan alat peraga. 2. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama 3. Siswa lebih mudah mengerti dan lebih mudah tertarik dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi. 4. Tidak membosankan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi. 5. Dengan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi, lebih banyak melakukan percobaan, sehingga siswa aktif, kreatif tidak membosankan. 6. Bersegera terhadap instruksi yang diberikan. 2.4 Aktivitas Belajar Dalam belajar sangat diperlukanya aktivitas, tanpa aktivitas kegaiatan belajar dan mengajar tak mungkin berlangsung secara baik, keberhasilan siswa dalam

12 belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Menurut Rohani (2004: 22), aktivitas belajar dilakukan oleh aktivitas fisik dan psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan. Siswa mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan dan sebagainya. Sedangkan aktivitas psikis adalah jiwanya, seperti berpikir, mengingat dan lain-lain. Dengan demikian, aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa setelah mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru dalam KBM, kemudian siswa berlatih dengan alat peraga yang sama yang digunakan oleh guru, seperti: 1) Kegiatan visual, yaitu melihat dan mengamati demonstrasi yang di lakukan guru; 2)Kegiatan-kegiatan lisan, contohnya bertanya, dan mengemukakan pendapat; 3) Kegiatan mendengarkan, yaitu kegiatan mendengarkan apa yang diucapkan guru; 4) Kegiatan menulis, yaitu kegiatan menulis soal-soal yang diberikan serta 5) Latihan atau praktek, siswa mempraktekan kembali demonstrasi yang dilakukan guru. Dari pernyataan di atas maka aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik jasmani maupun rohani yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang tepat dengan indikator yaitu mampu menjawab pertanyaan,

13 senang diberi tugas belajar, bertanya kepada guru/siswa lain, dan dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru. 2.5 Hasil Belajar Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha penguasaan materi dan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan yang menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi diketahui. Perubahan ini disebut hasil belajar. Hal di atas didukung oleh pendapat Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang setelah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Soedijarto (1997: 49) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah di tetapkan. Dari beberapa definisi diatas bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan yang berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar.

14 Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (2003: 54-72). Menurut Bloom (dalam Hermawan. Dkk. 2009) jenis jenis hasil belajar adalah sebagai berikut: a. Kognitif, domain kognitif ini memiliki enam tingkatan, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. b. Efektif, hasil belajar efektif mengaju kepada nilai dan sikap yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. c. Psikomotorik, mengacu kepada kemampuan bertindak terdiri atas lima tingkatan yaitu presepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, bertidak secara mekanis, gerakan komleks. Dari pengertian di atas hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh berkat adanya proses belajar, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik dari sebelumnya yang dialami oleh siswa. Sebagai hasil belajar siswa diharapkan mampu: a. Mendengarkan penjelasan dengan seksama b. Menjawab pertanyaan yang diberikan guru c. Berdiskusi memecahkan masalah dalam kelompok d. Bekerja sama dalam mengerjakan lembar kerja kelompok e. Menjawab soal soal LKS perindividu.

15 2.6 Matematika Matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sering menjadi momok bagi para siswa. Siswa merasa matematika sebagai mata pelajaran yang diikuti dan tergolong sukar. Hal tersebut di sebabkan oleh sikap guru matematika yang melakukan pembelajaran tidak memahami dasar-dasar dan konsep matematika serta siswa tidak mengerti kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa merasakan pelajaran matematika kurang bermakna, akhirnya menyebabkan siswa malas belajar matematika. Menurut Ruseffendi (2001: 72) Agar anak memahami dan mengerti konsep matematika seyogyanya diajarkan dengan urutan konsep murni dilanjutkan dengan konsep notasi, dan diakhiri dengan konsep terapan, untuk dapat mempelajari struktur matematika dengan baik maka referentasinya di mulai dengan benda-benda konkrit yang beraneka ragam. Misalnya anak akan lebih cepat memahami arti bendabenda bila di sajikan berbagai bentuk dan jenis. Anak-anak akan juga cepat mahami pembelajaran matematika, apabila media atau alat peraga yang digunakan tepat. Dalam standar isi (2006:157) mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan penataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin, perhatian, dan minat dalam

16 mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan matematika adalah ilmu yang teratur, sistematis dan eksak atau ilmu tentang struktur yang terorganisasi. 2.7 Alat Peraga Salah satu pendukung komponen keefektifitasan pembelajaran adalah alat peraga, Penyediaan perangkat alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan tipe siswa belajar. Menurut Ruseffendi (1994: 229) Alat peraga adalah alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Benda-benda itu misalnya kotak kapur dan papan tulis untuk menerangkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk menjelaskan konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar, dan wujud dari kubus itu sendiri; benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep pecahan; benda-benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk menerangkan konsep lingkaran dan sebagainya. Sedangkan Rohadi (2003:10) menyatakan: Alat Peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut dapat penulis simpulan bahwa alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk menyampaikan pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, kepada siswa agar lebih nyata/konkrit.

17 2.8 Bangun Datar Bangun datar adalah bidang dua dimensi yang beraturan dan merupakan bagian dari geometri. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Hambali (1991: 413) bahwa bangun datar merupakan bentuk geometri yang berdimensi dua. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa bangun datar merupakan bangun dua dimensi yang hanya memiliki panjang dan lebar, yang di batasi oleh garis lurus atau lengkung. 2.9 Kerangka Pikir Pembelajaran matematika selama ini cenderung menghapal, mengulang dan menyebutkan definisi tanpa memahami maksud isinya. Dengan demikian pembelajaran matematika disekolah terutama sekolah dasar merupakan masalah jika konsep dasar yang diterima secara salah maka akan sangat sukar untuk mengatasinya. Pembelajaran di sekolah dilakuan oleh guru dan siswa dengan saling berinteraksi dalam pertukaran ilmu (dari guru ke siswa) dalam melakukan interaksi guru harus menggunakan metode yang mudah ditera oleh siswa dan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Melihat masalah di atas perlu diadakan pembaharuan dan penyempurnaan termasuk pemilihan metode mengajar. Kerangka berfikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

18 KONDISI AWAL Guru/Peneliti Belum menggunakan Metode Demonstrasi Siswa/yang Diteliti Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika TINDAKAN Dalam KBM guru menggunakan metode demonstrasi Siklus 1 Belajar dengan menggunakan metode demonstrasi sudah meningkat KONDISI AKHIR Belajar menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran maematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Trimulyo Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015 Siklus II Belajar kembali menggunakan metode demonstrasi hasilnya lebih meningkat lagi Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian 2.10 Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka di atas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Apabila dalam pembelajaran mtematikaa menggunakan metode demonstrasi dengan langkah-langkah yang benar/tepat maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Trimulyo kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015