I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PANGKALPINANG

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Penyelenggara pemerintahan mempunyai peran penting dalam tatanan (konstelasi)

PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya, oleh karena itu mengabaikan perlindungan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM RETRIBUSI IZIN USAHA PERINDUSTRIAN

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

I. PENDAHULUAN. terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang -Undang Dasar 1945 yang

BUPATI BANGKA TENGAH

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. kemakmuran bagi rakyatnya. Namun apabila pengetahuan tidak diimbangi dengan rasa

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

I. PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dikarunia dengan daerah daratan, lautan dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan

I. PENDAHULUAN. bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 74 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2007

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. diyakini merupakan agenda penting masyarakat dunia saat ini, antara lain ditandai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 14TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA INDUSTRI

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 75 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG IJIN USAHA PERDAGANGAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 23 Tahun 2004 Lampiran : 1 ( satu) berkas.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam. dalam kegiatan seperti pemeliharaan pertahanan dan keamanan, keadilan,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

I. PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang. Hal ini terdapat pada Pasal 28 UUD 1945 yang

UNDANG-UNDANG. Nomor: 7 TAHUN Tentang: WAJIB LAPOR KETENAGA KERJAAN DI PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA [LN 1999/66, TLN 3843]

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 35 TAHUN : 2005 SERI : C NOMOR : 2 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 35 TAHUN 2005

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

I. PENDAHULUAN. sadari, terutama di lingkungan yang penuh dengan perusahaan-perusahaan yang

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan perekonomian seluruh rakyat Indonesia pada khususnya. Perekonomian di Indonesia pada masa sekarang ini banyak sekali digerakkan oleh pengusaha-pengusaha pribumi dan non pribumi yang semakin lama semakin berbeda cara berpikir serta operasinya, sehingga keadaan perekonomian di Indonesia semakin kompleks dan sukar sekali untuk dikendalikan. Semakin pesatnya kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan perkembangan ekonomi pada khususnya menyebabkan pula berkembangnya dunia usaha dan perusahaan, oleh sebab itu sudah dirasakan sangat perlu dibentuknya suatu peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan memberikan perlindungan bagi dunia usaha dan perusahaan. Bagi pemerintah adanya daftar perusahaan sangat penting karena akan memudahkan untuk dapat mengikuti secara seksama keadaan dan perkembangan dari dunia usaha secara menyeluruh dan juga merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas dan hal-hal yang menyangkut dunia usaha dan perusahaan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia.

2 Tugas dan fungsi pemerintah Republik Indonesia semakin berat untuk mengatur dan mengembangkan dunia perekonomian di Indonesia, terutama karena semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya di berbagai bidang usaha. Dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang ada maka pemerintah telah membentuk suatu undang-undang yang mengatur dan mendata serta memberikan perlindungan bagi perusahaan-perusahaan tersebut demi kepentingan bersama. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan perkembangan kegiatan di bidang ekonomi nasional khususnya yang dewasa ini sudah semakin meningkat, maka undang-undang wajib daftar perusahaan sudah dirasakan sangat perlu. Perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur dan terbuka merupakan salah satu tujuan utama dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Undang-undang tentang wajib daftar perusahaan ini sebagai upaya dalam mewujudkan pemberian perlindungan tersebut, serta juga pembinaan kepada dunia usaha dan perusahaan, khususnya golongan ekonomi lemah. Di samping itu adanya kewajiban daftar perusahaan diharapkan dapat mencegah dan menghindari praktek-praktek usaha yang tidak jujur atau persaingan yang curang, penyelundupan dan lain sebagainya. Di dalam penyusunannya diperhatikan pula kebiasaan-kebiasaan yang benar-benar hidup dalam masyarakat pada umumnya dan dunia usaha pada khususnya.

3 Bagi pemerintah adanya daftar perusahaan sangatlah penting karena akan memudahkan untuk sewaktu-waktu dapat mengikuti secara seksama keadaan dan perkembangan sebenarnya dari dunia usaha di wilayah Negara Republik Indonesia secara menyeluruh, termasuk tentang perusahaan asing. Pengaturan penyelenggaraan dan pelaksanaan wajib daftar perusahaan menurut undang-undang ini dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen yang bertanggung jawab dalam bidang perindustrian dan perdagangan. Karena pada dasarnya setiap kegiatan perusahaan apapun yang dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba berusaha mencapai tujuannya dengan cara memperdagangkan barang dan atau jasa yang hanya dapat dilaksanakan berdasarkan izin usaha dagang. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan terdapat ketentuan-ketentuan pidana bagi perusahaan yang melanggar dan tidak mendaftarkan perusahaannya dengan pihak yang berwenang. Adapun pasal yang mengaturnya adalah Pasal 32 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan menentukan : (1) Barang siapa yang menurut Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya diwajibkan mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar Perusahaan yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak memenuhi kewajibannya diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana di maksud dalam ayat (1) pasal ini merupakan kejahatan. Pasal 33 menentukan : (1) Barang siapa melakukan atau menyuruh melakukan pendaftaran secara keliru atau tidak lengkap dalam Daftar Perusahaan diancam dengan pidana kurungan

4 selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi -tingginya Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah). (2) Tindak pidana tersebut dalam ayat (1) pasal ini merupakan pelanggaran. Pasal 34 menentukan : (1) Barang siapa tidak memenuhi kewajibannya menurut Undang-undang inidan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya untuk menghadap atau menolak untuk menyerahkan atau mengajukan sesuatu persyaratan dan atau keterangan lain untuk keperluan pendaftaran dalam Daftar Perusahaan diancam dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan atau pidana denda setinggi -tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini merupakan pelanggaran. Pasal 35 menentukan : (1) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal-pasal 32, 33 dan 34 Undang-undang ini dilakukan oleh suatu badan hukum, penuntutan pidana dikenakan dan pidana dijatuhkan terhadap pengurus atau pemegang kuasa dari badan hukum itu. (2) Ketentuan ayat (1) p asal ini diperlakukan sama terhadap badan hukum yang bertindak sebagai atau pemegang kuasa dari suatu badan hukum lain. Fungsionalisasi hukum pidana berkaitan erat dengan ketaatan bagi pemakai maupun pelaksana peraturan perundang-undangan tersebut, dalam hal ini masyarakat maupun penyelenggara negara yaitu penegak hukum. Wilayah Kota Bandar Lampung sendiri keberlakuan undang-undang ini baru dapat terealisasi sekitar tahun 1993 sampai dengan tahun 1999. Hal ini terjadi karena pada sekitar tahun tersebutlah baru mulai ada perusahaan-perusahaan yang sudah menjalankan usaha dibidangnya namun sampai waktu yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, para pimpinan dari perusahaan-perusahaan tersebut belum juga mendaftarkan perusahaannya, sebagaimana contoh kasus yang terjadi pada PT. Bintang Rama

5 Mandiri atau biasa dikenal dengan nama Mc Donald s Bandar Lampung, yang terjadi pada tahun 1999. Perusahaan dibidang restaurant cepat saji tersebut telah berdiri sejak tahun 1998, sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan pada Pasal 10 diterangkan bahwa pengusaha wajib mendaftarkan perusahaannya selambat lambatnya 3 (tiga) bulan setelah perusahaan itu menjalankan usahanya. Akan tetapi pimpinan dari PT. Bintang Rama Mandiri atau biasa dikenal dengan nama Mc Donald s Bandar Lampungtersebut belum juga mendaftarkan perusahaannya pada Daftar Perusahaan. Karena dinilai lalai dalam menjalankan kewajiban untuk mendaftarkan perusahaannya, maka pimpinan perusahaan itu dilaporkan oleh Penyidik Pegawai Negri Sipil (PPNS) di dampingi dengan pihak yang berwenang untuk dapat diselidiki lebih lanjut atas temuan kasus tersebut. Berdasarkan dari uraian diatas, penulis ingin mengetahui bagaimanakah fungsionalisasi hukum pidana terhadap pelanggaran undang-undang tentang wajib daftar perusahaan ini dan apa saja faktor-faktor penghambatnya. Maka dari itulah penulis merasa tertarik dan ingin menuangkan di dalam skripsi ini dengan judul : Fungsionalisasi Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran Wajib Daftar Perusahaan (Studi Wilayah Hukum Pengadilan Negri Tanjung Karang)

6 B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Atas dasar latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah fungsionalisasi hukum pidana terhadap pelanggaran Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan? 2. Apa sajakah yang menjadi faktor penghambat fungsionalisasi hukum pidana terhadap pelanggaran Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan? 2. Ruang Lingkup Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di atas maka yang akan menjadi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini akan dibatasi hanya pada fungsionalisasi hukum pidana terhadap pelanggaran Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian pada instansi-instansi ataupun badan pemerintah yang terkait, yaitu Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kota Bandar Lampung, dan Pengadilan Negeri (PN) Tanjung Karang.

7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini meliputi dua hal, yaitu : a. Untuk mengetahui fungsionalisasi hukum pidana terhadap pelanggaran Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat fungsionalisasi hukum pidana terhadap pelanggaran Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahan. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian skripsi ini adalah : a. Kegunaan teoritis, yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam ilmu hukum pidana, khususnya mengenai fungsionalisasi hukum pidana dalam suatu perundang-undangan. b. Kegunaan praktis, yaitu untuk memberi masukan bagi pihak-pihak yang berwenang dan Penyidik Pegawai Negri Sipil (PPNS) di lingkungan dinas atau instansi-instansi yang terkait di Kota Bandar Lampung, dalam rangka fungsionalisasi hukum pidana berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan.

8 D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah kerangka-kerangka yang sebenarnya merupakan abstrak dari hasil penelitian atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi social yang relevan untuk penelitian. (Soerjono Soekanto, 1984 : 125) Fungsionalisasi hukum pidana dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat hukum pidana itu dapat berfungsi, beroperasi atau bekerja dan terwujud secara konkrit. Hukum pidana dengan sanksi pidana yang sangat keras harus berhati-hati, hal ini sesuai dengan pendapat Helbert L. Packer tentang keterbatasan hukum pidana sebagai alat untuk menanggulangi kejahatan. Walaupun diakui masalah kejahatan tidak hanya dapat diantisipasi dengan penegakan hukum pidana saja, mengingat hakekat hukum pidana yang mempunyai keterbatasan. (Muladi dan Barda Nawawi Arif, 1984 : 155 156) Fungsionalisasi hukum pidana diidentikan dengan istilah operasionalisasi hukum pidana yang pada hakekatnya sama dengan penegakan hukum pidana. Sesuai dengan hukum pidana yang di anut oleh Negara Republik Indonesia, untuk dapat dikenakan sanksi pidana haruslah ada suatu perbuatan yang disebut perbuatan pidana, Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu peraturan hukum, larangan nama yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut (Moeljatno 2000 : 54). Agar dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana, maka seseorang haruslah punya kesalahan, menurut Moeljatno unsur-unsur kesalahan adalah :

9 1. Melakukan perbuatan pidana (melawan hukum) 2. Diatas umur tertentu untuk mampu bertanggungjawab 3. mempunyai suatu bentuk kesalahan berupa kelalaian atau kesengajaan 4. tidak ada alasan pemaaf. Sebagai suatu proses mekanisme fungsionalisasi hukum pidana, ada tiga tahapan yang diharapkan menjadi suatu jalinan mata rantai yang saling berkaitan dalam suatu kebulatan sistem, yang dapat menjadi pedoman didalam merumuskan suatu penetapan pidana, pemberian pidana dan penjatuhan pidana, yaitu : 1. Tahap Formulasi, yaitu tahap perumusan atau penetapan pidana oleh pembuat undang-undang (sebagai kebijakan legislatif). 2. Tahap Aplikasi, yaitu tahap pemberian pidana oleh penegak hukum (sebagai kebijakan yudikatif). 3. Tahap eksekusi, yaitu tahap pemberian pidana oleh instansi yang berwenang (sebagai kebijakan eksekutif). (Muladi, 1984 : 91) Secara umum di lihat dari segi fungsionalisasi, pengoperasian, dan penegakan sanksi pidana dalam suatu peraturan perundang-undangan agar dapat benar-benar terwujud, harus melalui beberapa sistem hukum. Menurut teori Friedman tentang sistem hukum yang oleh beliau dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu : a. Substansi hukum, yaitu hasil sebenarnya yang dikeluarkan oleh sistem hukum berupa keputusan yang merupakan produk substantif dari sistem hukum yaitu perundang-undangan yang berlaku. b. Struktur hukum atau komponen struktural, yaitu bagian-bagian yang bergerak dalam suatu mekanisme yang merupakan lembaga peradilan, hakim, yang bersidang, badan pembuat undang-undang dan juga konstitusi tertulis. c. Kultur hukum atau budaya hukum, yaitu berupa sikap dan nilai-nilai yang menjdi pegangan masyarakat yang menentukan apakah lembaga peradilan akan dimanfaatkan atau tidak apabila menghadapi suatu masalah hukum. (Muladi dan Barda Nawawi Arif, 1984 : 151)

10 Agar dapat memfungsikan hukum pidana dengan sanksi pidana yang sangat keras, haruslah berhati-hati, hal ini sesuai dengan pendapat Helbert L. Packer tentang keterbatasan hukum pidana sebagai alat untuk menanggulangi kejahatan. Walaupun diakui masalah kejahatan tidak hanya dapat diantisipasi dengan penegakan hukum oleh penegak hukum saja. (Barda Nawawi Arif, 1984 :155-156). Menurut Soerjono Soekanto yang menyatakan bahwa, penegak hukum bukan semata-mata pelaksanaan perundang-undangan saja, akan tetapi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu : 1. Faktor hukumnya sendiri, atau peraturan itu sendiri. 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum. 4. Faktor masyarakat dan budaya, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan dan hukum sebagai hasil karya, cipta dan karsa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup. (Soerjono Soekanto, 1983 : 4) 2. Konseptual Kerangka konseptual akan menjelaskan tentang pengertian-pengertian pokok yang dijadikan konsep dalam penelitian, sehingga mempunyai batasan-batasan yang tepat dan jelas dalam penafsiran beberapa istilah, tujuannya tidak lain ialah untuk menghindari kesalah pahaman dalam melakukan penelitian. a. Fungsionalisasi hukum pidana adalah upaya untuk membuat hukum pidana itu berfungsi, beroperasi atau bekerja dan terwujud secara konkrit. Jadi istilah fungsionalisasi hukum pidana dapat diidentikan dengan istilah operasionalisasi atau hukum pidana yang pada hakekatnya sama dengan penegakan hukum pidana. (Muladi dan Barda Nawawi Arif, 1992 : 157)

11 b. Daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan. (Pasal 1 huruf (a) Undang -undang Nomor 3 Tahun 1982) c. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. (Pasal 1 huruf (b) Undang -undang Nomor 3 Tahun 1982) d. Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan. (Pasal1 huruf ( c ) Undang - undang Nomor 3 Tahun 1982) E. Sistematka Penulisan Sistematika penulisan merupakan uraian singkat atau gambaran untuk lebih memudahkan dan mengetahui secara garis besar yang menjadi pokok bahasan. I. PENDAHULUAN Merupakan bab yang memuat latar belakang masalah penulisan skripsi ini. Bab ini memuat juga permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, menguraikan kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan.

12 II. TINJAUAN PUSTAKA Merupakan bab tinjauan pustaka yang merupakan pula bab pengantar dalam pemahaman pada pengertian-pengertian umum serta pokok bahasan. Dalam uraian bab ini lebih bersifat teoritis yang nantinya digunakan sebagai bahan studi perbandingan antara teori yang berlaku dengan kenyataan yang berlaku dalam praktek. III. METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sample, prosedur pengumpulan data dan analisis data. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisikan pembahasan dari hasil penelitian yang akan memberikan jawaban tentang fungsionalisasi hukum pidana dan faktor penghambat dalam fungsionalisasi hukum pidana terhadap pelanggaran Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan. V. PENUTUP Bab ini merupakan suatu kesimpulan terhadap pembahasan yang telah dilakukan dalam bab IV dan juga memberikan masukan berupa saran bagi aparat penegak hukum yang terkait sehubungan dengan fungsionalisasi hukum pidana terhadap pelanggaran Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982.

13 DAFTAR PUSTAKA Muladi dan Barda Nawawi A. 1992. Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung Muladi dan Barda Nawawi A. 1984. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung Moeljatno, 2000. Asas-asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. Soekanto, Soerjono. 1996. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Pres. Jakarta 1983. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.