BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi ini, negara-negara besar telah menaruh perhatian besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar, yang sudah go public. maupun yang belum go public sangat membutuhkan pasar keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal

PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Investasi merupakan usaha investor untuk mendapatkan hasil yang akan

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya bermunculan perusahaan go publik membuat. Pada era globalisasi ini, peranan pasar modal (capital market) sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pasar modal merupakan tempat diperjual belikanya berbagai instrument

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimasa yang akan datang. Seorang investor yang ingin melakukan investasi bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh. manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang pembelinya tidak selalu ada setiap saat (berbeda dengan perusahaan perbankan, atau perusahaan makanan, yang produknya selalu ada dan digunakan setiap saat), apalagi jika produk tersebut berharga milyaran rupiah per unitnya. Untuk perusahaan properti jenis kawasan industri, harga produk biasanya bebas dari unsur spekulasi, karena pembelinya adalah perusahaan-perusahaan besar yang bertujuan untuk berinvestasi sungguhan dan bukan untuk dijual kembali. Tapi ini bukan berarti sektor properti tidak berisiko. Pasar properti Indonesia, khususnya di Jakarta, mulai mengalami perlambatan begitu memasuki kuartal II dan berlanjut hingga kuartal III tahun 2013. Tren penurunan dan perlambatan laju pertumbuhan properti yng dimulai sejak kuarta ll 2013 di kawasan Jakarta. Penyebab pelambatan tersebut adalah fluktuasi harga yang terimbas dari gejolak di bursa saham dan potensi kenaikan inflasi. Selain itu, melemahnya nilai tukar rupiah dan keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan juga turut melemahkan permintaan pasar properti. Secara year to date, yaitu harga saham dari periode awal tahun sampai dengan saat ini, saham-saham di sektor properti sejauh ini merupakan saham-saham dengan kenaikan tertinggi di bursa. Kenaikan sektor properti sebesar 26,7% bahkan sektor consumer goods yang hanya naik 25,6% (www.imq21.com). Namun, kenaikan tersebut tidak terjadi secara linier mengikuti garis lurus, melainkan berfluktuasi dengan sangat tajam sebab saham-saham properti sempat naik terus sejak awal tahun 2012 sampai akhir Mei 2013, sebelum turun hingga ke posisinya. Penurunan yang terjadi sejak akhir Mei 2013 tersebut tidak sebanyak kenaikan yang terjadi sebelumnya, sehingga secara keseluruhan sektor properti ini masih tumbuh signifikan dibanding sektor-sektor lainnya di BEI. 1

1.2 Latar Belakang Penelitian Krisis finansial di Amerika Serikat pada tahun 2008 menimbulkan dampak yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi Indonesia karena kegiatan investasi di Indonesia menjadi terganggu. Krisis ini juga memiliki dampak terhadap sektor properti di pasar modal. Krisis global di Amerika Serikat pada tahun 2008 akibat dari adanya subprime mortgage yang menyebabkan perusahaan-perusahaan terbesar di Amerika Serikat jatuh. Subprime mortgage adalah kredit perumahan yang diberikan oleh perusahaan mortgage broker, dengan bunga yang rendah di awalnya (2-5 tahun), namun di tahun berikutnya, bisa naik sampai 1,5 kali lipat. Dan jika terjadi macet, kredit ini akan dijual ke bank, dan bank yang menangani kredit tersebut. Karena Bank Sental Amerika yang sering disebut The Fed, menaikan suku bunga berkali-kali, hingga mencapai 5,25% disebabkan pertumbuhan ekonomi global yang meningkat tajam. Akhirnya kredit perumahan dari subprime mortgage ini banyak macet, dan bank membutuhkan likuiditas yang cukup banyak untuk menutupi kredit tersebut sehingga berakibat menimbulkan kekhawatiran yang membuat investor di sektor ini akhirnya banyak yang menarik dana untuk mendapatkan likuiditas dalam bentuk Dollar Amerika di berbagai portofolio-nya, termasuk di Indonesia, baik dalam bentuk saham, maupun uang. Hal ini menunjukan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dampak subprime mortgage juga turut dirasakan di Indonesia. Bank Indonesia menaikkan suku bunga BI Rate sebesar 25 basis poin ke level 9,50% di bulan Oktober 2008. Kenaikan suku bunga ini untuk menyikapi ketidakpastian global akibat krisis keuangan di Amerika Serikat (www.tempo.com). Pada masa krisis global 2008, terjadi pengetatan likuiditas global, dengan demikian supply dollar relatif sangat menurun. Hal ini menyebabkan rupiah mengalami depresiasi yang sangat tajam di tahun 2008, terlihat pada grafik berikut: 2

Gambar 1.1 Pergerakan Kurs 2008-2012 Sumber : www.bi.go.id Fenomena dalam penelitian ini yaitu krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sektor properti dan kredit perbankan sangat mempengaruhi perekonomian di Amerika Serikat. Krisis subprime mortgage juga berimbas pada terpuruknya IHSG hingga turun 51,57% yang terlihat pada gambar 1.2. Gambar 1.2 Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan 2008 Sumber : www.idx.co.id 3

Pada kuartal terakhir di tahun 2009 Indonesia berhasil bangkit dengan tumbuhnya IHSG sekitar 85,86%. Hal ini menimbulkan banyaknya investor asing yang milirik pasar modal Indonesia dan mulai mewarnai berbagai aksi korporasi untuk menjaring dana segar. Namun tahun 2013 ini para investor asing mulai melakukan penjualan besar-besaran berdasarkan persepsi negatif mereka terhadap pasar modal Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai aksi jual asing mencapai Rp 21,35 triliun pada semester pertama 2013. Dana asing yang menarik dananya dari pasar modal juga membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah hingga tembus Rp 12.000 pada semester kedua 2013 karena hasil penjualan dalam bentuk rupiah ditukarkan ke dollar AS, akibatnya IHSG turun, rupiah melemah dan dollar menguat. Sektor properti adalah sektor industri yang paling banyak terkena dampak dari krisis karena krisis global tersebut mengakibatkan tingginya tingkat bunga kredit properti. Padahal, bagi industri properti, pendanaan merupakan sumber dana yang cukup vital disamping mereka mengalokasikan dana internal. Di samping itu, tentu saja pendanaan dari para pelaku pasar modal tetap memberi pengaruh yang tak kalah pentingnya bagi sektor properti. Saham-saham di sektor properti sejauh ini merupakan saham-saham dengan kenaikan tertinggi di bursa. Namun kenaikan tersebut tidak terjadi secara linier mengikuti garis lurus, melainkan berfluktuasi dengan sangat tajam dimana saham-saham properti sempat naik terus-menerus sejak awal tahun 2012 sampai akhir bulan Mei 2013, sebelum kemudian dibanting turun hingga ke posisinya saat ini. Penurunan yang terjadi sejak akhir Mei tersebut tidak sebanyak kenaikan yang terjadi sebelumnya, sehingga secara keseluruhan sektor properti ini masih tumbuh signifikan dibanding sektorsektor lainnya di BEI (www.imq21.com). Pasca koreksi IHSG tahun 2013 saham-saham di sektor properti adalah saham-saham yang naik paling signifikan selama tahun 2013, pada saat itu berbagai analisa fundamental mencoba menjelaskan kenaikan harga saham 4

properti yang tidak kunjung berakhir, namun setelah terjadinya koreksi yang disebabkan oleh keluarnya dana asing secara besar-besaran dari bursa maka melemahnya rupiah. Hal ini menyebabkan rupiah melemah 26,42%. Saat IHSG terkoreksi, indeks properti terkoreksi dari level tertingginya 565 poin sampai ke terendahnya di 325 poin, penurunan yang hampir sebesar 50% hanya dalam beberapa bulan. Jika melihat seiring dengan mulai berbaliknya IHSG, saham-saham properti juga mulai meningkat. Pasar modal sebagai sarana investasi, dimana yang menjadi pemain bukan hanya investor namun banyak juga yang berperan sebagai pedagang yang hanya melakukan jual atau beli saham hanya untuk mencari keuntungan jangka pendek. Selain itu, pasar modal memiliki pelaku yang memberikan pengaruh, mulai dari regulator, broker, analis dan sebagainya. Semua pelaku tersebut memberikan pengaruh terhadap naik atau turunnya harga saham di pasar modal. Selain itu, kondisi pasar di negara-negara lain, termasuk regional juga menjadi faktor yang menentukan perilaku investor berpersepsi. Pasar modal sendiri merupakan salah satu indikator kemajuan perekonomian karena pasar modal merupakan alternatif sumber dana bagi perusahaan dimana pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan modal yaitu antara perusahaan yang membutuhkan pendanaan dan mereka yang memiliki kelebihan dana sehingga terjadi transaksi antara kedua belah pihak tersebut. Harga saham di pasar modal mencerminkan keadaan pasar maupun kondisi internal perusahaan. Harga saham juga menjadi tolak ukur bagi investor dalam mengambil keputusan investasinya. Harga saham ini terus bergerak dan berubah dari waktu ke waktu dan para investor terus-menerus memantau perkembangan investasinya dari pergerakan harga saham yang terjadi. Dalam berinvestasi dalam bentuk saham, investor selalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yang akan dibelinya (Oksiana, 2007). Faktor-faktor tersebut adalah risk and return yang harus dihadapi oleh investor. Return merupakan sesuatu yang memotivasi investor dalam 5

melakukan investasi. Sedangkan risiko (risk) merupakan perbedaan return yang diharapkan dengan return aktual yang terjadi. Risiko yang akan dihadapi oleh investor dalam manajemen modern dibagi atas dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis, merupakan risiko yang berkaitan dengan kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko tidak sistematis, merupakan risiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan (Eduardus, 2001: 47). Risiko sistematis erat kaitannya dengan faktor-faktor makroekonomi seperti inflasi, suku bunga, kurs, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang mempengaruhi harga saham (Mohamad, 2006:201). Ketika tingkat suku bunga mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya ketika tingkat suku bunga mengalami penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan. Karena dengan tinggi nya tingkat suku bunga orang beralih berinvestasi pada tabungan atau deposito yang mengakibatkan saham tidak diminati sehingga harga saham pun akan turun yang terlihat pada indeks harga saham gabungan. Menurut Brigham dan Houston (2006 : 33) harga saham dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi harga saham yaitu seluruh aset keuangan perusahaan, penerimaan laba, tingkatrisiko arus kas yang diterima, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah batasan hukum, tingkat umum aktivitas ekonomi, inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan lain-lain. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap harga suatu investasi yaitu inflasi. Menurut Tandelilin (2010: 343), inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika tingkat inflasi naik menyebabkan kenaikan harga barang secara umum. Kondisi ini mempengaruhi biaya produksi dan harga jual barang akan menjadi semakin tinggi. Harga jual yang tinggi akan menyababkan menurunnya daya beli, hal ini akan mempengaruhi keuntungan perusahaan yang ikut menurun. Hal ini dilihat sebagai hal buruk oleh investor yang dapat menyebabkan investor menjual saham dan harga saham pun akan menjadi turun. 6

Faktor eksternal lain yaitu perubahan nilai tukar/kurs. Menurunnya nilai kurs (depresiasi) memberikan pengaruh pada perusahaan yang menggunakan bahan baku impor. Depresiasi akan meningkatkan biaya bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga meningkatkan biaya produksi. Apabila peningkatan biaya bahan baku tidak dapat diikuti oleh peningkatan hasil jual produksi, maka laba yang dihasilkan akan berkurang, berarti risiko finansial perusahaan meningkat. Meningkatnya risiko perusahaan akan menyebabkan harga saham akan turun. Selain inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap harga saham yaitu tingkat suku bunga SBI. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan membutuhkan modal dan modal tersebut diperoleh dari pinjaman ke bank. Ketika suku bunga SBI naik maka suku bunga bank juga naik sehingga biaya modal yang harus dibayarkan perusahaan pun meningkat. Sehingga biaya yang dibayarkan perusahaan meningkat sehingga laba yang diperoleh perusahaan pun mengalami penurunan. Peningkatan suku bunga SBI ini mengakibatkan harga saham mengalami penurunan didasarkan pada penurunan laba karena besarnya biaya modal. Secara teori, banyak terdapat indikator yang dapat mengukur variabel makro. Namun demikian dari sekian banyak indikator yang cukup lazim digunakan untuk memprediksi fluktuasi saham adalah variabel yang secara langsung dikendalikan melalui kebijakan moneter dengan mekanisme transmisi melalui pasar keuangan. Maka dari itu variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga, dan kurs valuta asing. Terdapat dua penelitian mengenai pengaruh faktor makroekonomi, salah satunya dilakukan oleh Akhmad Sodikin (2007) Variabel Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Return Saham di BEJ. Hasil penelitian menyatakan bahwa inflasi, suku bunga dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap return saham di BEJ. Sedangkan penelitian lainnya dilakukan oleh Zainuddin Iba (2013) Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah Terhadap 7

USD, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Aktiva Terhadap Harga Saham Perusahaan Pembiayaan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa suku bunga SBI merupakan faktor yang paling mempengaruhi harga saham pada perusahaan pembiayaan. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, penulis termotivasi untuk menganalisa lebih jauh mengenai pengaruh inflasi, suku bunga SBI, dan kurs valuta asing terhadap saham subsektor properti dalam jangka panjang dan jangka pendek. Penelitian ini mengambil judul Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi : Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Valuta Asing terhadap Return Saham Pada Sektor Properti di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana inflasi, tingkat suku bunga SBI, kurs valuta asing dan return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? 2. Apakah berpengaruh secara simultan inflasi, tingkat suku bunga SBI, kurs valuta asing terhadap return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? 3. Apakah berpengaruh secara parsial : a. Inflasi terhadap return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? b. Tingkat suku bunga SBI terhadap return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? c. Kurs valuta asing terhadap return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012? 8

1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana inflasi, tingkat suku bunga SBI, kurs valuta asing dan return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. 2. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh secara simultan inflasi, tingkat suku bunga SBI, kurs valuta asing terhadap return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. 3. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh secara parsial : a. Inflasi terhadap return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. b. Tingkat suku bunga SBI terhadap return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. c. Kurs valuta asing terhadap return saham pada sektor properti yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, diperoleh beberapa kegunaan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkaitan antara lain : 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman teoritis yang lebih mendalam mengenai pasar modal, khusunya dalam bidang portofolio dan analisa investasi. 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya pada bidang kajian yang sama. 3. Bagi Investor Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau sumbangan pemikiran untuk berinvestasi di pasar modal, khususnya pada saham sektor properti, sebagai informasi mengenai seberapa besar 9

pengaruh dari inflasi, tingkat suku bunga SBI dan kurs valuta asing terhadap harga saham. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab tinjauan dan lingkup penelitian berisi teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, operasionalisasi variabel dan skala pengukuran, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data dan pengujian hipotesis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang pembahasan dan analisis yang dilakukan sehinga akan jelas gambaran permasalahan yang terjadi dan hasil dari analisis pemecahan masalah. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan akhir dari analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya serta saran-saran 10