BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di bidang kehutanan berbentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Lampiran Wawancara. Pihak BPPT yang diwawancarai adalah Chaerul Anwar dengan jabatan Kepala Bagian

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2005/2006

BAB 1 PENDAHULUAN. yang jarak dekat ataupun jarak jauh. Namun dewasa ini jaringan telah menjadi produk

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 054/KPTS-II/2000 TENTANG

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

ANALISIS JARINGAN INTERNET DI KAMPUS J2 KALIMALANG UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Local Area Network ( LAN ) Pada PT. Kereta Api Indonesia Bandung

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 665/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MENTERI KEHUTANAN,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2008

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Riwayat Berdirinya Kementerian Komunikasi dan Informatika

BAB 3 SEJARAH ORGANISASI DAN ANALISIS SISTEM. berhati-hati, karena masalah ini menyangkut masalah budaya bangsa.

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 609/Kpts-II/2002. Tentang

PROPOSAL IMPLEMENTASI JARINGAN ANTAR KOTA MENGGUNAKAN PROTOKOL VPN DAN DYNAMIC ROUTING OSPF

BAB I PENDAHULUAN. informasi dapat berlangsung dengan cepat dan aman. jaringan komputer berbasis lokal (LAN) untuk mengirim data data konsumen

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN USULAN SOLUSI. 4.1 Identifikasi Kebutuhan User Dalam Pemakaian Jaringan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

Tim SOSIALISASI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI BADAN GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan

Pembuatan Jaringan Internet Wireless Pada Kawasan Rt.07/Rw.04 Kel.kalibata Menggunakan Gateway Server ClearOS. Ahmad Thantowi

BAB 3 ANALISIS SISTEM JARINGAN YANG BERJALAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.6/Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN STATISTIK KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Ketenagakerjaan; Mengingat :

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterb

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 123/Kpts-II/2001

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pemanfaatan jaringan di kantor di Departemen Pekerjaan Umum Bidang Sosial Ekonomi Dan Lingkungan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

Pembuatan Sistem Jaringan Komputer LAN dengan mikrotik RouterBoard 750. Achmad Muharyadi

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1974 POKOK-POKOK ORGANISASI DEPARTEMEN TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 145/P/SK/HT/2004

LAMPIRAN IX. 1. KEPALA DINAS Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karangasem mempunyai tugas :

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Nomor: /UMM/I/2009. Tentang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

ANALISIS PENERAPAN APPLICATION LAYER GATEWAY DAN MONITORING BERBASIS WEB PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN BANYUASIN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 3 METODOLOGI Metode Penelitian

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 34 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. sampai dengan tahun 1981, Perusahaan ini berlokasi di Jalan Aipda K.K. Tubun

MANAGEMENT TRAFFIC ECMP (EQUAL-COST MULTI- PARTH) LOAD BALANCE BANDWITH DENGAN MIKROTIK ROUTER PADA PT. SKYE MOBILE MONEY. Abstrak

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN WEB. bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Soeharto kepada Prof Dr. Ing.B.J. Habibie pada tanggal 28 Januari 1974.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1989 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. DATA. Spasial. Penunjukan.

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. beserta perangkat kerasnya. Secara langsung ataupun tidak, teknologi informasi telah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Permen PU No. 294/2005 tt BPPSPAM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 294/PRT/M/2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

2 kebutuhan penyelenggaraan jaringan dokumentasi dan informasi hukum di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang terintegrasi, sehingga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH

BAB III ANALISIS SISTEM

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 299/Kpts/OT.140/7/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PERTANIAN

PEMELIHARAAN JARINGAN LAN DI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON

TENTANG KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA

Buku Panduan INFRASTRUKTUR JARINGAN KOMPUTER DAN KOMUNIKASI DATA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi

Transkripsi:

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Departemen Kehutanan Pada PELITA I, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu, kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di bidang kehutanan berbentuk Direktorat Jenderal, yang secara administratif dan teknis berada di bawah Departemen Pertanian. Sejalan dengan usaha pemantapan organisasi di lingkungan Departemen Pertanian dalam rangka peningkatan pelaksanaan tugas pada PELITA II, maka pada tahun 1975 susunan organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Kehutanan, mengalami perubahan pula. Dalam struktur organisasi yang baru itu, Lembaga Penelitian Hutan yang semula adalah unsur pelaksana Direktorat Jenderal Kehutanan, dimasukkan ke dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP). Sedang kegiatankegiatan yang berkaitan dengan pendidikan, hubungan masyarakat dan penyuluhan dimasukkan ke dalam Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian (BPLPP). Sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan, organisasi harus dapat menampung perkembangan tugas dan kegiatan yang terjadi. Oleh karena itu, untuk lebih memantapkan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di sub sektor kehutanan dalam PELITA III, dengan Surat Keputusan No. 453/Kpts/Org/6/1980, Menteri Pertanian mengadakan pemantapan kembali Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Kehutanan. Dalam pelaksanaannya, yang sejalan dengan semakin berkembangnya usahausaha lain dalam pembangunan nasional, pembangunan kehutanan menghadapi berbagai 31

32 masalah/hambatan yang sangat kompleks. Apabila masalah dan hambatan tersebut tidak ditangani secara menyeluruh, tujuan pembangunan kehutanan akan dapat terganggu. Instansi kehutanan yang setingkat Direktorat Jenderal dirasakan tidak mampu mengatasi permasalahan dan perkembangan aktivitas pembangunan kehutanan yang semakin meningkat. Selain itu, untuk mencapai tujuan pembangunan kehutanan diperlukan suatu pangkal tolak dan orientasi dengan cakrawala yang luas serta menyeluruh tentang hutan dan kehutanan, yang dalam pelaksanaannya mencakup aspek pemanfaatan, konservasi sumber daya alam hutan, dan rehabilitasi lahan. Dari hal-hal tersebut, maka terbentuknya Departemen Kehutanan pada PELITA IV merupakan konsekuensi logis dari tuntutan keadaan dan perkembangan selama itu, dengan demikian wadah baru setingkat departemen tidak akan mampu menampung permasalahan-permasalahan yang beranekaragam. 3.1.1 Tahun Berdiri Departemen Kehutanan Sesuai Keputusan Presiden Hutan dengan multi fungsinya tidak mungkin ditangani secara baik tanpa wadah yang mandiri. Demikian pula ketiga aspek pembangunan kehutanan (perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan) dapat dilaksanakan secara saling menunjang, sehingga tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah oleh berbagai departemen. Untuk dapat menampung tugas dan fungsi pokok tersebut di atas maka sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Nomor 15 tahun 1984 Struktur Organisasi Departemen Kehutanan ditetapkan sebagai berikut: 1. Menteri; 2. Sekretariat Jenderal; 3. Inspektorat Jenderal; 4. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan;

33 5. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan; 6. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam; 7. Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan; 8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan; 9. Pusat Pendidikan dan Latihan Kehutanan; 10. Kantor Wilayah Departemen Kehutanan di Wilayah. Di samping itu terdapat 12 UPT di lingkungan Departemen Kehutanan dan 24 Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I. Pembentukan Departemen Kehutanan bukan merupakan restorasi dari Direktorat Jenderal Kehutanan, melainkan merupakan suatu pembangunan institusi kehutanan melalui pengembangan dan pemanfaatan kondisi dan material yang dimiliki. Hal tersebut sekaligus merupakan jawaban atas kondisi dan permasalahan yang dihadapi selama itu, yang antara lain berupa keterbatasan masalah peraturan perundangan, kepemimpinan dan kebijaksanaan, keterbatasan sarana, personil dan lain-lain. Atas dasar kondisi tersebut kemudian ditetapkan kembali tujuan, misi dan tugas pokok serta fungsi Departemen Kehutanan sebagai landasan pelaksanaan pembangunan kehutanan. 3.2 Struktur Organisasi Departemen Kehutanan Departemen Kehutanan dipimpin oleh menteri Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada presiden. Menteri dibantu oleh lima Staff ahli Menteri. Menteri membawahi Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS), Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan (BPK), Badan Planologi Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

34 Organisasi Departemen Kehutanan memiliki struktur organisasi yang dapat ditampilkan dalam gambar 3.1. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Departemen Kehutanan Penjelasan tugas dan kewenangan masing-masing Dirjen (divisi) Departemen Kehutanan: a. Sekretariat Jenderal Menyelenggarakan pembinaan serta pelaksanaan tugas dan administrasi Departemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya, serta hubungan antara lembaga dan masyarakat.

35 Melakukan koordinasi terhadap pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Departemen. b. Inspektorat Jenderal Melakukan pengawasan penyelenggaraan segala kegiatan Departemen bersamasama dengan Sekretariat Jenderal mengawasi koordinasi terhadap pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Departemen. c. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan dan standardisasi teknis di bidang perlindungan hutan dan konservasi alam. d. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) Merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan dan standardisasi teknis di bidang rehabilitasi lahan dan perhutanan social. e. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan (BPK) Merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan produksi kehutanan. f. Badan Planologi Kehutanan Merumuskan kebijakan Departemen yang bersifat perencanaan, pendataan, dan pengumpulan informasi kehutanan yang tepat dan akurat secara berkesinambungan. g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Melakukan penelitian dan pengembangan hutan, konservasi alam, flora dan fauna serta segala kekayaan hutan dengan tujuan meningkatkan kualitas kehutanan untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat.

36 3.3 Sistem Jaringan yang Sedang Berjalan Departemen Kehutanan memiliki topologi jaringan fisik seperti yang terlihat pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Topologi Fisik Departemen Kehutanan Departemen Kehutanan telah memiliki jaringan yang berfungsi sebagai jalur pertukaran data dan informasi di dalam organisasi dan juga sebagai penghubung dengan internet. Perangkat jaringan yang digunakan akan ditampilkan dengan tabel berikut : Tabel 3.1 Peralatan Jaringan Di Departemen Kehutanan No. Nama Peralatan Jaringan/ Merk Jumlah 1. Switch Extreme network summit 24 e2 1 2. Baseline switch 2024 merek 3com 1 3. Switching hub extreme networks Alpine 3808 7

37 4. Cisco 2611 XM series 2 5. Modem telinous aster 4 dial up 4 6. SHDSL telinous 1 7. NetEnforcer AC 202 1 8. Penghubung kabel fiber optic AMP 3 9. Swithcing hub ONcore 3com 1 10. Firewall Netscreen 25 1 11. CHIPCOM System Management Module 1 12. AMP cat 5 3 : Kondisi jaringan Departemen Kehutanan saat ini : 1. Jaringan dan peralatannya terpasang sejak tahun 1995 (telah berusia kurang lebih 10 tahun). 2. Terhubung ke CBN untuk akses internet via leased line dengan kecepatan bandwidth 256 Kbps. 3. Backbone jaringan berlokasi pada kantor Pusat Statistik dan Data Departemen Kehutanan pada lantai 2 gedung kantor Pusat Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan memiliki divisi-divisi yang tersebar di tiap lantai gedung Manggala Wanabakti. Tiap-tiap kantor Dirjen (divisi) memiliki topologi star berdasarkan pertimbangan : Mendukung penggunaan hardware dan software yang berbeda. Sistem pengkabelan point-to-point. Hal ini dimaksudkan jika terjadi kerusakan pada bagian tertentu dari jaringan tidak akan mempengaruhi bagian yang lain.

38 Memungkinkan perluasan jaringan secara teratur. Pembagian untuk tiap Dirjen (divisi) dijelaskan seperti berikut: Gambar 3.3 Topologi Jaringan Pada Inspektorat Jenderal Inspektorat Jenderal berlokasi di lantai 7, memiliki 28 komputer antara IP 192.168.207.2 192.168.207.29. Berikut ini akan dijelaskan pembagian IP address untuk Inspektorat Jenderal yang memiliki: Eselon II Sekretaris Inspektorat Jenderal mempunyai 7 PC dengan IP address antara 192.168.207.2-192.168.207.8. Eselon III Bagian Analisis Laporan Hasil Pengawasan mempunyai 12 PC dengan IP address antara 192.168.207.9-192.168.207.20. Eselon IV Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian mempunyai 9 PC dengan IP address antara 192.168.207.21-192.168.207.29.

39 Gambar 3.4 Topologi Jaringan Pada Sekretariat Jenderal. Sekretariat Jenderal berlokasi di lantai 11, memiliki 29 komputer antara IP 192.168.211.2 192.168.211.30. Berikut ini akan dijelaskan pembagian IP address untuk Sekretariat Jenderal yang memiliki: Eselon II Pusat Informasi Kehutanan mempunyai 8 PC dengan IP address antara 192.168.211.2-192.168.211.9. Eselon III Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional mempunyai 12 PC dengan IP address antara 192.168.211.10-192.168.211.21. Eselon IV Biro kerjasama luar negeri mempunyai 9 PC dengan IP address antara 192.168.211.22-192.168.211.30.

40 Gambar 3.5 Topologi Jaringan Pada Direktorat Jenderal BPK Direktorat Jenderal BPK berlokasi di lantai 9, memiliki 29 komputer antara IP 192.168.109.2 192.168.109.30. Berikut ini akan dijelaskan pembagian IP address untuk Direktorat Jenderal BPK yang memiliki: Eselon II Bina Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Hutan mempunyai 10 PC dengan IP address antara 192.168.109.2 192.168.109.11. Eselon III Bina Rencana Pemanfaatan Hutan Produksi mempunyai 11 PC dengan IP address antara 192.168.109.12 192.168.109.22. Eselon IV Bagian Pengembangan Pegawai dan Administrasi Jabatan Fungsional 8 PC dengan IP address antara 192.168.109.23 192.168.109.30.

41 Gambar 3.6 Topologi Jaringan Pada Direktorat Jenderal RLPS Direktorat Jenderal RLPS berlokasi di lantai 5, memiliki 28 komputer antara IP 192.168.205.2 192.168.205.29. Berikut ini akan dijelaskan pembagian IP address untuk Direktorat Jenderal RLPS yang memiliki: Eselon II Pengelolaan Dareah Aliran Sungai mempunyai 8 PC dengan IP address antara 192.168.205.2 192.168.205.9. Eselon III Sub Direktorat Pemolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan mempunyai 12 PC dengan IP address antara 192.168.205.10 192.168.205.21. Eselon IV Sub Bagian Data dan Statistik 8 PC dengan IP address antara 192.168.205.21 192.168.205.29.

42 Gambar 3.7 Topologi Jaringan Pada Direktorat Jenderal PHKA Direktorat Jenderal PHKA berlokasi di lantai 12, memiliki 28 komputer antara IP 192.168.212.2 192.168.212.29. Berikut ini akan dijelaskan pembagian IP address untuk Direktorat Jenderal PHKA yang memiliki: Eselon II Konservasi Keanekaragaman Hayati mempunyai 8 PC dengan IP address antara. 192.168.212.2 192.168.212.9. Eselon III Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Perlindungan mempunyai 14 PC dengan IP address antara 192.168.212.10 192.168.212.23. Eselon IV Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan 6 PC dengan IP address antara 192.168.212.24 192.168.212.29.

43 Gambar 3.8 Topologi Jaringan Pada Baplan Kehutanan Baplan Kehutanan memiliki berlokasi di lantai 6, memiliki 28 komputer antara IP 192.168.106.2 192.168.106.29. Berikut ini akan dijelaskan pembagian IP address untuk BapLan Kehutanan yang memiliki: Eselon II Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan mempunyai 7 PC dengan IP address antara. 192.168.106.2 192.168.106.8. Eselon III Bagian Program dan Anggaran mempunyai 12 PC dengan IP address antara 192.168.106.9 192.168.106.20. Eselon IV Sub Bagian Administrasi Keuangan 9 PC dengan IP address antara 192.168.106.21 192.168.106.29.

44 Gambar 3.9 Topologi Jaringan Pada Litbang Kehutanan Litbang Kehutanan berlokasi di lantai 2 memiliki 28 komputer antara IP 192.168.102.2 192.168.102.29. Berikut ini akan dijelaskan pembagian IP address untuk Litbang Kehutanan yang memiliki: Eselon II Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman mempunyai 10 PC dengan IP address antara. 192.168.102.2 192.168.102.11. Eselon III Bagian Program dan Anggaran mempunyai 15 PC dengan IP address antara 192.168.102.12 192.168.102.26. Eselon IV Sub Bagian Administrasi Keuangan 3 PC dengan IP address antara 192.168.102.27 192.168.102.29. Gateway yang digunakan adalah IP Address 192.168.0.1. IP Firewall yang digunakan adalah 202.158.7.1. Masing-masing komputer yang berada pada tiap kantor dirjen (divisi) ini terhubung dengan Switch Alpine 3808 Extreme Network melalui koneksi

45 fiber optic. Switch Alpine 3808 Extreme Network terhubung dengan Hardware firewall Net Screen 25. Hardware firewall Net Screen 25 terhubung lagi dengan 2 perangkat yaitu: 1. Switch Extreme Network Summit 24 e2. Switch Extreme Network Summit 24 e2 terhubung dengan tiga server. Dua server sebagai mail server dan satu sebagai web server. 2. CISCO 2611 XM. CISCO 2611 XM terhubung dengan modem SHDSL Telinous. Modem SHDSL Telinous terhubung dengan internet secara leased line. Pelayanan internet untuk Departemen Kehutanan dipercayakan pada ISP CBN. Besarnya bandwidth yang disewa oleh Departemen Kehutanan dari CBN adalah 256 Kbps. Perangkat jaringan utama berada pada kantor Pusat Statistik dan Data Departemen Kehutanan berlokasi di lantai 2 gedung. Pusat Statistik dan Data ini secara umum bertugas memfasilitasi jaringan seluruh gedung Manggala Wanabakti. Berikut ini adalah pelayanan-pelayanan yang ditangani Pusat Statistik dan Data: Memfasilitasi jaringan seluruh gedung Departemen Kehutanan. Memberikan saran dan konsultasi pada masing-masing divisi yang berhubungan dengan masalah penambahan komputer client dan pengembangan jaringan dalam suatu kantor dirjen (divisi). Membangun dan memelihara infrastruktur jaringan termasuk, kabel dan hardware komponen jaringan, Mengatur pembagian IP untuk semua komputer tiap kantor dirjen (divisi). Berikut ini adalah gambaran jaringan Dirjen (divisi) yang terhubung dengan jaringan Pusat Statistik dan Data:

Gambar 3.10 Garis Besar Jaringan Departemen Kehutanan 46

47 Departemen kehutanan dalam membagikan hak akses internetnya hanya kepada pihak eselon II yang setiap eselon II pada setiap dirjen (divisi) hanya 5 PC yang dapat terhubung dengan internet. Jadi ada 35 PC yang dapat terhubung dengan internet untuk seluruh dirjen ( divisi) departemen kehutanan..selain dirjen hak akses internet juga di berikan kepada Menteri. Traffik yang terjadi di departemen kehutanan. Gambar 3.11 Grafik Bandwidth Gambar di atas adalah tampilan grafik bandwidth yang didapatkan menggunakan device yang bernama bandwidth manager. Grafik ini di ambil dari pukul 10:16:25 AM sampai 10:16:55 AM. Terlihat bahwa IP 192.168.207.25 dan IP 192.168.102.12 menggunakan bandwidth yang sangat tinggi, berkisar 90-100 kbps. Padahal menurut peraturan yang berada di departemen kehutanan, yang berhak mengakses internet hanya yang berasal dari eselon II. Sedangkan IP 192.168.207.25 bukan berasal dari eselon II. Hal ini dapat mengakibatkan pembagian bandwidth yang tidak merata, juga menyalahi aturan yang sudah di terapkan oleh departemen kehutanan. Bandwidth yang seharusnya di gunakan untuk mengambil dan mengirim data oleh pihak yang berwenang, malah

48 terbuang sia-sia ke pihak yang tidak berwenang. Pengiriman dan penerimaan data akan terasa sangat lambat oleh pihak yang berwenang. Gambar 3.12 Tampilan Utilization Gambar ini adalah tampilan seluruh jumlah total bandwidth yang keluar maupun yang masuk. Inbound adalah bandwidth yang masuk, seperti melakukan download, browsing. Outbound adalah bandwidth yang keluar, seperti melakukan upload. Rumus menghitung besarnya persentase utilization bandwidth : Bandwidth yang terpakai X 100 % Bandwidth yang tersedia Tampilan ini di dapatkan dengan menggunakan device yang bernama bandwidth manager. Utilization ini di ambil dari pukul 10:34:05 AM sampai 10:34:38 AM. Dari sini dapat dilihat bahwa pemakaian bandwidth di departemen kehutanan sangat besar. 3.4 Permasalahan Yang Dihadapi Departemen Kehutanan memiliki jaringan yang telah berusia 10 tahun sejak tahun 1995, dan memerlukan suatu pengaturan tentang akses internet melalui proxy

49 server berbasis Linux. Masalah yang dihadapi Departemen Kehutanan yang berhubungan dengan jaringan : Jaringan sering mengalami beban yang tinggi pada saat jam kerja sibuk sehingga akses internet menjadi lambat karena belum adanya pengaturan yang baik tentang keperluan akses internet, kepadatan jaringan juga terjadi karena banyak pihak yang menyalahgunakan hak akses internet. Sehingga pihak yang seharusnya tidak diperbolehkan menggunakan internet, malah memperoleh hak akses internet. Departemen Kehutanan belum memiliki proxy server. Adanya penggunaan akses internet yang tidak perlu sehingga menambah beban pada jaringan. 3.5 Usulan Pemecahan Masalah Setelah menganalisis masalah jaringan gedung kantor Departemen Kehutanan yang belum memiliki pengaturan akses internet melalui proxy server. Departemen Kehutanan dapat mulai menggunakan proxy server untuk mengatur akses internet, pengaturan bandwidth sehingga beban jaringan dapat dikurangi. Proxy server dengan basis sistem operasi Linux dengan aplikasi Squid dapat diterapkan sebagai usulan setelah menganalisis masalah. Dengan proxy server squid, pihak-pihak yang tidak di ijinkan memiliki hak akses internet tidak akan memperoleh hak akses internet. Dengan proxy server squid, dapat melakukan pembagian bandwidth pada setiap host dengan merata. Penerapan proxy server dengan basis sistem operasi Linux dapat menjadi sarana pengaturan jaringan. Linux adalah open source sehingga Departemen Kehutanan dapat

50 melakukan penghematan dana, karena dengan sistem operasi Linux, perusahaan tidak perlu membayar biaya software sistem operasi Linux. Penerapan aplikasi Squid dalam proxy server berbasis Linux diharapkan dapat mengurangi beban jaringan Departemen Kehutanan melalui pembatasan dan pengaturan hak akses internet.