BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Medan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) komunikasi, (2) sumber daya,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Negeri di Kabupaten Aceh Selatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

RUANG LINGKUP MATERI DAN ALOKASI WAKTU

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Profil pengawas SMA di Kabupaten Natuna, baik dari segi kuantitatif maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BAB I PENDAHULUAN. Usaha apapun yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

BAB V PENUTUP. bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan pola Portofolio, Pola Pendidikan dan

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai nilai budaya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kabupate Gayo Lues, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO

TAGOR ALAMSYAH HARAHAP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

BAB I PENDAHULUAN. sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tuntutan dari pascapelaksanaan In Service Learning 1, maka peserta berkeharusan menindaklanjutinya dengan

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI PENGAWAS SEKOLAH TAHUN 2016

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

Riyantini PUSDIKAV TNI AD.

PANDUAN KERJA PENGAWAS SEKOLAH

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN. Irawan Kasiaradja¹, Abd.Kadim.Masaong 2, Arifin 3.

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PPAI) 1. Landasan Hukum Pengawas Pendidikan Agama Islam ( PPAI ) Penagawas Madrasah sebagai berikut : 1

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2015 SERI E.7

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

(IKU) BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI RIAU INDIKATOR KINERJA UTAMA

PENINGKATAN KOMPETENSI AUDITOR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Ketersediaan sarana dan prasarana serta pemanfaatannya secara optimal

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

KOMPETENSI PENGAWAS. OLEH YAYA SUNARYA, M.Pd. PPB UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EDISI 22 AGT 2011 PANDUAN PENILAIAN KINERJA KETUA PROGRAM KEAHLIAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG

Pengawas Tumpuan Peningkatan Mutu

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI. Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu:

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

PERATURAN BUPATI KUNINGAN Nomor : 47 TAHUM 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH

Panduan PENILAIAN KINERJA GURU PAI TIM PENGEMBANG PKB-GPAI DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS)

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2016, No Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 te

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan pembahasan uraian dan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, ada empat faktor yang mempengaruhi Implementasi Standar Pengawas Sekolah pada Pengawas Satuan Pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau berdasarkan Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007. Keempat faktor yang didasarkan Teori Edwards III yaitu: (1) Komunikasi, (2) Sumber Daya; (3) Disposisi; dan (4) Struktur Birokrasi. Keempat faktor ini bisa menggambarkan sejauhmana keberhasilan implementasi Kebijakan Standar Pengawas Sekolah Pada Pengawas Satuan Pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Secara lengkap dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses Komunikasi Kebijakan Standar Pengawas Satuan Pendidikan di Dinas Pendidikan Provinsi Riau sudah dilakukan melalui sosialisasi dalam bentuk pelatihan, diklat, dan workshop kepengawasan yang secara rutin dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Riau, namun volume atau porsi pelatihan harus lebih ditingkatkan. Kejelasan informasi tentang standar pengawas sekolah yang harus disampaikan ke sasaran yaitu kepada pengawas satuan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau sudah dipahami oleh pengawas. Sosialisasi Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah yang secara rutin dilaksanakan Dinas Pendidikan setiap tahun, merupakan bentuk konsistensi Dinas Pendidikan Provinsi Riau dalam implementasi kebijakan standar pengawas satuan pendidikan di Dinas Pendidikan Provinsi Riau. 117

118 Meskipun pelatihan diadakan secara rutin, kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan kompetensi pengawas satuan pendidikan Dinas Provinsi Riau masih rendah, khususnya kompetensi supervisi manajerial, supervisi akademik, dan kompetensi penelitian dan pengembangan. Hal ini ditunjukkan dari masih rendahnya nilai UKPS bagi para pengawas satuan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau. 2. Kesiapan Sumber daya dalam implementasi kebijakan standar pengawas sekolah pada pengawas satuan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau sudah cukup memadai, baik dari segi jumlah staff adminstrasi maupun jumlah pengawas. Dari segi kualitas, profesionalisme pengawas perlu lebih ditingkatkan. Hal ini didasarkan kepada kenyataan di lapangan bahwa nilai UKPS pengawas satuan masih jauh dibawah nilai minimal dan pengawas satuan pendidikan yang memiliki sertifikat pengawas baru berjumlah 4 orang dari jumlah 12 orang pengawas. Ketersediaan informasi sebagai bagian dari aspek sumberdaya masih dirasakan kurang memadai sebagaimana diakui oleh Kepala Dinas Pendididikan dan Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Aspek lain dari sumberdaya adalah adanya kewenangan. Kewenangan pelaksana kebijakan standar pengawas sekolah pada Dinas Pendidikan Provinsi Riau baru sebatas wewenang untuk menjalankan tupoksi dan tanggung jawab sesuai dengan job description para pelaksana kebijakan. Selanjutnya dari aspek fasilitas, para pelaksana kebijakan belum memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, namun dari segi fasilitas keuangan sudah cukup memadai.

119 3. Proses disposisi yang bermakna sikap, pemahaman, dan komitmen pelaksana terhadap implementasi kebijakan standar pengawas satuan pendidikan di Dinas Pendidikan Provinsi Riau, khususnya pemahaman mengenai kompetensi supervisi managerial, supervisi akademik, dan kompetensi penelitian dan pengembangan, perlu ditingkatkan lagi melalui pelatihan atau diklat bagi pengawas. Semua pihak memiliki respon yang positif yaitu memiliki komitmen dan mendukung implementasi kebijakan standar pengawas sekolah. 4. Struktur Birokrasi dalam Implementasi kebijakan standar pengawas satuan pendidikan di Dinas Pendidikan Provinsi Riau, sudah berjalan baik dalam hal koordinasi internal pelaksanaan kebijakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembagian tugas, tanggung jawab dan kerjasama diantara sesama pengawas satuan pendidikan di Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Namun untuk aspek Standar Operasional Prosedur (SOP) pelaksana kebijakan, yaitu pengawas satuan pendidikan masih merujuk kepada Buku Kerja Pengawas dan Permendiknas No. 12 Tahun 2007. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan temuan hasil penelitian, dalam proses komunikasi kebijakan standar Pengawas Satuan Pendidikan di Dinas Pendidikan Provinsi Riau, sudah dilakukan melalui sosialisasi dalam bentuk pelatihan, diklat, dan workshop kepengawasan secara rutin. Namun volume atau porsi pelatihan masih

120 dirasakan kurang oleh pengawas. Hal ini berimplikasi terhadap masih rendahnya kompetensi pengawas satuan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau, khususnya kompetensi supervisi manajerial, supervisi akademik, dan kompetensi penelitian dan pengembangan yang ditunjukkan dengan masih rendahnya nilai UKPS bagi para pengawas satuan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau. 2. Berdasarkan temuan penelitian, kesiapan Sumber daya dalam implementasi kebijakan standar pengawas sekolah pada pengawas satuan pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Riau dari segi kualitas, profesionalisme pengawas perlu lebih ditingkatkan. Hal ini didasarkan kepada kenyataan di lapangan bahwa dari 12 pengawas satuan pendidikan yang memiliki sertifikat pengawas baru berjumlah 4 orang dari pengawas. Dalam hal ketersediaan informasi, sarana dan prasarana, sebagai bagian dari aspek sumberdaya masih dirasakan kurang memadai. Hal-hal tersebut berimplikasi terhadap belum terpenuhinya sumberdaya yang profesional dalam mendukung implementasi kebijakan standar pengawas satuan pendidikan di Dinas Pendidikan Provinsi Riau. 3. Dari hasil temuan penelitian, dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta tanggung jawab, pengawas tidak memiliki SOP yang baku. Pengawas satuan pendidikan masih merujuk kepada Buku Kerja Pengawas dan Permendiknas No. 12 Tahun 2007. Hal ini berimplikasi terhadap profesionalisme pengawas dalam menjalankan tupoksi dan tanggungjawabnya sebagai seorang pengawas.

121 C. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, peneliti selanjtnya mengajukan beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi Dinas Pendidikan Provinsi Riau, harus ada upaya peningkatan kegiatan sosialisasi implementasi kebijakan standar pengawas sekolah. Informasi tentang kepengawasan juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai untuk keperluan pengawas. Hal lain yang menjadi perhatian Dinas pendidikan Provinsi Riau, juga menyangkut tentang masih banyaknya pengawas sekolah yang belum memiliki sertifikat pengawas. Untuk itu Dinas Pendidikan Provinsi Riau harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Melakukan proses seleksi calon pengawas secara transparan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Proses seleksi yang transparan adalah proses seleksi terbuka dimana guru atau kepala sekolah yang berstatus PNS yang berminat untuk menjadi pengawas bisa mengikuti seleksi setelah berkas administrasi dinyatakan memenuhi syarat. b) Melakukan kegiatan sosialisasi tentang standar kompetensi pengawas secara rutin dan berkelanjutan dalam bentuk pelatihan atau diklat bagi pengawas secara berjenjang berdasarkan penggolongan pengawas yaitu: Pengawas Muda, Pengawas Madya, dan Pengawas Utama. Pelatihan yang berjenjang dan berkelanjutan dimaksudkan agar pengawas memiliki kompetensi yang baik dan mampu melaksanakan tugas kepengawasan secara mandiri sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. c) Melakukan program pemetaan (mapping) kompetensi pengawas sekolah untuk mengetahui kesenjangan antara standar kompetensi pengawas yang

122 seharusnya dimiliki oleh pengawas dengan kompetensi pengawas yang ada. Kesenjangan kompetensi yang muncul akan direduksi dengan diklatdiklat sesuai kebutuhan. Hal ini memberikan manfaat untuk perencanaan dan penyusunan program diklat yang terstandar. d) Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pasca penyelenggaraan diklat pengawas. Kegiatan ini merupakan evaluasi jangka panjang, yakni evaluasi mengenai kinerja pengawas yang telah mengikuti program diklat kompetensi pengawas. e) Menunjuk staff khusus dalam kegiatan implementasi kebijakan standar pengawas sekolah. f) Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pengawas satuan pendidikan sehingga pengawas bekerja sesuai dengan SOP dan peraturan yang berlaku. g) Menghapus atau meniadakan pembagian tugas pengawas sekolah yang membagi pengawas menjadi pengawas manajerial dan pengawas akademis sebagaimana tertuang dalam Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau Nomor 53/KPTS/KEP/2016 karena berdasarkan Permenpan RB No. 21 Tahun 2008 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan

123 pelatihan professional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. 2. Bagi Kordinator pengawas sekolah, sebagai seorang pemimpin (leader) bagi pengawas sekolah, perlu terus melakukan pembinaan kepada pengawas sekolah khususnya bagi pengawas sekolah yang belum memiliki kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah. Selain itu peran Koordinator Pengawas dalam membantu melakukan pemetaan kompetensi pengawas sekolah sangatlah penting. 3. Bagi pengawas sekolah, tuntutan akan profesi kepangawasan yang profesional di masa sekarang adalah suatu keharusan. Sejalan dengan perkembangan kehidupan persaingan global pada saat ini, pengawas sekolah dituntut untuk bekerja secara profesional dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengawas sekolah. Untuk itu peneliti mengajukan beberapa rekomendasi untuk pengawas sebagai berikut: a) Pengawas harus secara rutin dan berkelanjutan mengikuti pelatihan kepengawasan secara berjenjang berdasarkan penggolongan pengawas yaitu: Pengawas Muda, Pengawas Madya, dan Pengawas Utama. Pelatihan yang berjenjang dan berkelanjutan dimaksudkan agar pengawas memiliki kompetensi yang baik dan mampu melaksanakan tugas kepengawasan secara mandiri sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. b) Aktif dan berperan serta dalam organisasi kepengawasan seperti: Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) dan Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) sebagai organisasi formal untuk pengawas sekolah/madrasah. Dengan bergabung dan aktif menjadi anggota

124 organisasi pengawas sekolah, maka pengawas akan mendapatkan informasi dan isu-isu terbaru tentang kepangawasan. Selain itu, organisasi kepengawasan juga menjamin profesionalisme seorang pengawas.