BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan publik sangat diperhatikan oleh para investor. Kebijakan tersebut dapat mengundang investor untuk membeli / mempertahankan saham perusahaan atau sebaliknya mereka akan memutuskan untuk tidak membeli / menjual saham perusahaan. Pertimbangannya adalah tingkat pengembalian atas dana yang mereka investasikan dalam bentuk saham berupa dividen ataupun dalam bentuk capital gain harus lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi pemerintah, tingkat bunga deposito ataupun lebih tinggi dari tingkat inflasi. Di sisi lain, perusahaan juga harus mempertimbangkan kebutuhan dana untuk membiayai kegiatan operasional dan pertumbuhan yang direncanakan. Dalam jangka panjang, pertumbuhan perusahaan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan dalam bentuk peningkatan nilai saham di masa depan yang akhirnya akan menguntungkan pemegang saham karena memperoleh capital gain. Pembiayaan pertumbuhan tersebut dapat menggunakan alternatif, apakah menggunakan sumber dana internal yang berbiaya
murah antara lain berupa laba ditahan atau sumber dana eksternal yang relatif lebih mahal seperti pinjaman kepada kreditur. Myers (1984) dalam Myers dan Majluf (1984) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu dengan internal equity dahulu. Apabila internal equity dianggap tidak mencukupi baru menggunakan external. Penggunaan sumber dana internal berupa laba ditahan berarti penundaan / pengurangan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Keputusan pembayaran dividen ataupun menahan dana tersebut untuk membiayai kegiatan operasional / pertumbuhan perusahaan adalah bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan kebutuhan jangka pendek dan pertumbuhan perusahaan adalah kebutuhan jangka panjang dari pemegang saham. Namun demikian terdapat pandangan bahwa tingkat kepastian dividen lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Hal ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner (1963) yang terkenal dengan teori The Bird-In-The-Hand Theory yaitu satu burung di tangan (dividen saat ini) lebih berharga daripada seribu burung di udara (capital gain di masa yang akan datang). Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menyeimbangkan kebutuhan jangka pendek pemegang saham berupa pembayaran dividen dan kebutuhan pertumbuhan perusahaan. Menurut Brenna dan Thakor (1990) keputusan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga memaksimumkan harga saham disebut kebijakan dividen yang optimal. Terdapat beberapa teori dan pandangan tentang faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alli, et.al. (1993), variabel yang mempengaruhi pembayaran dividen diantaranya adalah batasan
legal, posisi likuiditas, ketiadaan sumber pembiayaan lain, prediksi penerimaan, kontrol kepemilikan dan inflasi. Setyawan (1995) mengelompokkan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen menjadi dua yaitu faktor internal berupa tingkat laba, kemampuan untuk meminjam dan sebagainya serta faktor eksternal antara lain pajak atas dividen, pajak atas capital gain, akses ke pasar modal dan perundang-undangan. Berdasarkan pertimbangan pentingnya kebijakan dividen yang optimal bagi perusahaan maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio/DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio/DPR) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya tingkat pembayaran dividen dibandingkan dengan laba yang diperoleh perusahaan. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang diteliti pengaruhnya terhadap rasio pembayaran dividen adalah posisi kas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, rasio hutang terhadap ekuitas, profitabilitas dan likuiditas. Faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan dengan kebijakan pemberian dividen berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian di Indonesia antara lain pernah dilakukan oleh Prihantoro (2003) terhadap perusahaan pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang terdaftar pada tahun 1991 1996 dengan hasil bahwa hanya posisi kas dan rasio hutang terhadap ekuitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio pembayaran dividen. Hasil penelitian Nasution (2004) dengan menggunakan data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 1999-2001 menemukan bahwa hanya rasio hutang terhadap ekuitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio pembayaran dividen.
Sedangkan, hasil penelitian Puspita (2009) terhadap perusahaan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdaftar pada tahun 2005-2007 menunjukkan bahwa rasio kas (likuiditas), ukuran perusahaan, dan tingkat pengembalian atas aset (Return On Asset /ROA) berpengaruh signifikan positif, sedangkan pertumbuhan berpengaruh signifikan negatif terhadap rasio pembayaran dividen. Penelitian Prihantoro dapat mewakili kebijakan dividen perusahaan di Indonesia sebelum terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998 (perusahaan tahun 1991 1996), sedangkan hasil penelitian Nasution (perusahaan tahun 1999 2001) menggambarkan kebijakan dividen pada saat perusahaan di Indonesia sedang berusaha keluar dari pengaruh krisis ekonomi. Selanjutnya penelitian Puspita (2009) terhadap perusahaan tahun 2005 2007 pada saat kondisi ekonomi di Indonesia sudah relatif stabil. Penelitian ke- 3 (tiga) peneliti tersebut memberikan hasil yang berbeda mengenai faktor faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen di Indonesia. Oleh karena itu, penulis dalam penelitian ini akan melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang berdasarkan ke-3 (tiga) penelitian tersebut di atas berpengaruh signifikan terhadap rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio / DPR), yaitu : kas (cash position), pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability) dan likuiditas (liquidity). Populasi penelitian adalah khusus perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 2010 sehingga akan dapat memberi gambaran tentang kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia pada kondisi ekonomi yang tumbuh relatif stabil.
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi terkini dan dapat memberikan bukti empiris berupa hasil temuan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Indonesia yang berguna bagi para investor dan calon investor di Bursa Efek Indonesia, para praktisi, akademisi serta emiten. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah : - Apakah posisi kas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, rasio hutang terhadap ekuitas, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap rasio pembayaran dividen pada perusahaan manufaktur secara simultan dan parsial? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan dan parsial dari posisi kas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, rasio hutang terhadap ekuitas, profitabilitas dan likuiditas terhadap rasio pembayaran dividen pada perusahaan manufaktur. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Peneliti, menambah dan memperdalam pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen khususnya pada perusahaan manufaktur dan sebagai syarat untuk meperoleh gelar Master of Sains (M.Si). 2. Para investor dan calon investor, sebagai masukan dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan untuk membeli maupun menjual saham perusahaan manufaktur sehubungan dengan harapannya terhadap dividen. 3. Para praktisi, akademisi dan emiten sebagai masukan terhadap isu-isu tentang faktorfaktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen dan kebijakan terhadap dividen khususnya pada perusahaan manufaktur di Indonesia. 4. Peneliti selanjutnya, untuk menambah bahan rujukan dalam melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen. 1.5. Originalitas Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen di Indonesia sebelumnya telah dilakukan diantaranya oleh Nasution (2004). Faktor-faktor yang diteliti pengaruhnya terhadap rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) oleh Nasution adalah posisi kas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, rasio hutang dan modal serta profitabilitas. Sampel penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria (1) perusahaan (selain perbankan) terdaftar di Bursa terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1995 (2) perusahaan telah menerbitkan laporan tahunan yang berakhir tanggal 31 Desember selama 4 tahun mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 (3) perusahaan memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih besar dari 0 (nol) dan membayar dividen selama 3 (tiga) tahun berturut-turut (1999, 2000, 2001).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nasution adalah pada periode yang diteliti dan perusahaan yang menjadi sampel serta penambahan variable yang diteliti. Dalam penelitian ini perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan Laporan Keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember untuk setiap periode tahun 2006 2010 serta membayar dividen secara kontinu pada tahun 2007-2010 (4 tahun). Sedangkan variabel yang ditambah adalah likuiditas karena berdasarkan banyak penelitan sebelumnya, semua variabel yang diteliti oleh Nasution dan variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap rasio pembayaran dividen. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran yang menyeluruh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen khususnya perusahaan manufaktur pada kondisi terkini.