EKSPLORASI JENIS BURUNG DI WANA WISATA GRAPE SEBAGAI BAHAN AJAR TAKSONOMI VERTEBRATA BERBASIS GREEN LEARNING METHOD (GeLeM)

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Green Learning Method (GeLem)

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Burung Kakaktua. Kakatua

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

Disusun oleh Malang Eyes Lapwing, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

III. METODE PENELITIAN

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

LOVEBIRD. Semoga bermanfaat.

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang beragam. Potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ciri Morfologi Bondol Peking (Lonchura punctulata L.) Warna umum bulu bondol peking adalah coklat, dengan tubuh bagian atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG PADA PAGI DAN SORE HARI DI EMPAT TIPE HABITAT DI WILAYAH PANGANDARAN, JAWA BARAT

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

BAB III. METODE PENELITIAN

Flona. 114 intisari-online.com

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

Lampiran 1. Peta Lokasi. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan biodiversitas yang sangat tinggi. Menurut Sarwono. buku The Ecology of Kalimantan-Indonesia Borneo, menyatakan bahwa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

C. Model-model Konseptual

RUANG LINGKUP EKOLOGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Keberadaan Burung Gosong Kaki-Oranye (Megapodius reinwardt) di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KEPADATAN DAN FREKUENSI JENIS BURUNG PEMANGSA DI HUTAN GUNUNG EMPUNG, TOMOHON, SULAWESI UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

DIVERSITAS JENIS DAN KEMELIMPAHAN AVIFAUNA DI SUB URBAN KOTA MADIUN BAGIAN BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 205/KPTS/1996

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGGUGAH KEPEDULIAN SISWA TERHADAP SATWA LIAR MELALUI PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

Jurnal Florea Volume 1 No. 2, Nopember 2014 (21-25) EKSPLORASI JENIS BURUNG DI WANA WISATA GRAPE SEBAGAI BAHAN AJAR TAKSONOMI VERTEBRATA BERBASIS GREEN LEARNING METHOD (GeLeM) Wachidatul Linda Yuhanna 1), Muh. Waskito Ardhi 2), Sigit Ari Prabowo 3) 1,2) Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP PGRI Madiun 3) Program Studi PGSD, FIP IKIP PGRI Madiun e-mail: linda.yuhanna.wiguno@gmail.com Diterima 15 Juni 2014 disetujui 30 Agustus 2014 ABSTRACT Active learning using real learning environment is essential for developing a scientific attitude. Ecotourism is one of the ecosystems that can be used as a learning environment and a place to find teaching materials. Learning about zoology not be separated from the object of study of birds (Aves). Vertebrates Taxonomy learning in birds is often carried out a study object only in the classroom or laboratory. Green learning method is a learning system using natural environment directly in the learning process and the preparation of teaching materials. This research was conducted in Wana Grape, sub Wungu, Madiun. This study uses point count method. Exploration carried out by recording the observations of the object being observed, resulting in a general form of teaching materials that were analyzed descriptively. Application of green learning method makes it easy for professors to materials development courses Vertebrate taxonomy. The presence of green learning method provides real study materials from the natural surroundings by utilizing existing local potential. There are 7 species of birds that exist in ecotourism Grape. The most dominant species of birds are Emprit / Bondol Java (Lonchura leucogastroides), Erasia Church (Passer Montanus, Bar-winged prinia Java (Prinia familiaris). The most rare bird is Black Srigunting (Dicrurus macrocercus) and Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster). Ecotourism Grape very relevant to learning and teaching materials manufacture taxonomy based green learning method. Keyword : exploration, bird, grape, green learning method PENDAHULUAN Keanekaragaman spesies di alam merupakan salah satu kekayaan yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, termasuk pendidikan dan pengajaran. Pembelajaran secara aktif dengan menggunakan lingkungan riil saat ini dipandang paling efektif karena mampu mengeksplorasi kemampuan saintis dan sikap ilmiah. Selain itu pembelajaran di lingkungan riil dengan memanfaatkan lingkungan sekitar dapat memberikan pengalaman langsung yang tertanam dalam struktur kognitif mahasiswa. Wana wisata merupakan salah satu ekosistem yang yang dapat digunakan sebagai sumber belajar karena terdapat banyak sekali komponen makhluk hidup yang mendukung bidang biologi. Wana wisata juga dapat digunakan sebagai bentuk museum dan laboratorium alami. Wana wisata Grape adalah salah satu wana wisata yang terletak di kecamatan Wungu kabupaten Madiun. Potensi lokal yang ada di wana wisata Grape dapat dieksplorasi menjadi sumber bahan ajar. Keragaman hayati dengan menggunakan konsep ekowisata yang berbasis eco-friendly dapat digunakan sebagai bahan kajian secara riil (Ardhi et. al, 2014) Salah satu bahan kajian yang dapat dieksplorasi di wana wisata Grape adalah keberadaan jenis burung. Salah satu indikator perubahan ekosistem dapat ditandai dengan pola perilaku dari burung. Hal ini dikarenakan burung adalah satwa liar dengan mobilitas tinggi dan dinamis sehingga dapat merespon perubahan yang 21

Eksplorasi Jenis Burung di Wana Wisata Grape Sebagai Bahan Ajar berbasis GeLeM terjadi di lingkungan dengan cepat (Weller, 2004). Menurut Howes et al. (2003), kehadiran suatu jenis burung tertentu pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat tertentu. Secara umum, habitat burung dapat dibedakan menjadi habitat darat, air tawar, air laut serta dapat dibagi lagi menurut tipe vegetasinya, misalnya hutan, semak, dan rumput (Rusmendro, 2004). Pembelajaran tentang burung sangat berkaitan dengan zoologi. Pembelajaran tentang burung biasanya dilakukan di dalam kelas atau di dalam laboratorium sehingga mahasiswa terpaku pada konsep yang abstrak dan bersumber pada buku yang membahas jenis burung yang tidak ada di daerah sekitar. Hal tersebut membuat mahasiswa kurang tertarik dalam belajar. Eksplorasi kekayaan alam berbasis potensi lokal merupakan langkah awal untuk mengenalkan konsep zoologi terutama burung yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Green learning adalah metode pengembangan pembelajaran dengan mengajarkan tentang hakikat lingkungan kepada mahasiswa (Ruyani, 2012). Konsep green learning diinspirasi oleh adanya stagnansi di dalam mengembangkan sikap positif terhadap lingkungan hidup, kurangnya partisipasi dan peran dalam aktivitas-aktivitas lingkungan hidup (Ardhi et. al, 2014). Penerapan green learning erat kaitannya dengan konsep forest school. Murray (2005), menyebutkan bahwa sekolah hutan (forest school) dapat: 1) Mengembangkan kepercayaan diri dalam mendemonstrasikan dalam waktu dan ruang untuk belajar secara independen. 2) Mengembangkan kemampuan sosial (social skills) dan kesadaran dalam kerja secara tim meningkat serta siswa lebih aktif dalam berpartisipasi di dalam permainan 3) meningkatkan kemampuan dalam berbahasa dalam komunikasi, 4) meningkatkan partisipasi dan kemampuan dalam konsentrasi siswa meningkat, 5) Mengembangkan skill secara fisik dan motorik, 6) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan alami dan bertanggungjawab terhadap lingkungan (7) memberikan perspektif baru tentang bagaimana guru mengajar, mengamati siswa sesuai pengaturan yang diinginkan. Eksplorasi burung dengan menggunakan green learning method ini dapat digunakan sebagai bahan informasi pada proses pembelajaran dan penyusunan bahan ajar yang relevan dengan bidang ilmu zoologi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi jenis burung di wana wisata Grape, kecamatan Wungu, kabupaten Madiun yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar Taksonomi Vertebrata perkuliahan Pendidikan Biologi berbasis green learning method. METODE Penelitian ini dilakukan di Wana Wisata Grape, kecamatan Wungu, kabupaten Madiun. Penelitian ini menggunakan metode point count (diam di suatu titik kemudian mencatat setiap jenis burung yang terdeteksi pada radius tertentu dan dalam durasi waktu yang ditentukan. Pengambilan data dilaksanakan pada pagi hari (06.00-09.00) dan sore hari (15.30-17.30). Setiap burung yang ditemui dicatat ciri-cirinya kemudian diidentifikasi dengan buku panduan lapangan burung-burung di kawasan Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Bali termasuk Sabah dan Serawak (MacKinnon, 1997). Data dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mendapatkan kesimpulan. Eksplorasi dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan dari objek yang diamati. Inventarisasi data dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data hasil pengamatan sehingga menghasilkan bentuk bahan ajar secara umum. Analisis dilakukan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan green learning method memberikan kemudahan bagi dosen untuk penyusunan bahan ajar mata kuliah Taksonomi Vertebrata. Adanya green learning method memberikan bahan kajian yang riil dari alam sekitar dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada. Penerapan green learning 22

Yuhanna,dkk method bagi mahasiswa memberikan kemudahaan dalam menemukan materi Aves karena terlibat langsung melalui kegiatan observasi langsung. Dosen dapat mengetahui potensi sumber daya alam tempat tersebut untuk menunjang penerapan strategi pembelajaran yang terpusat pada mahasiswa. Green learning method mengedepankan pemanfaatan lingkungan riil (Grant et. al, 2009) dan tempat-tempat yang memiliki potensi sebagai sumber daya alam salah satunya wana wisata Grape untuk menunjang pembelajaran biologi sehingga lebih mendekatkan dosen dan mahasiswa dengan alam. Hal ini sesuai karakteristik pengajar atau guru biologi yang harus dekat dengan alam dan karakteristik materi biologi yang mempelajari makhluk hidup, lingkungan baik biotik dan abiotik. Tabel 1. Identifikasi Burung di Wana Wisata Grape, Kecamatan Wungu, Kabupaten Ngawi Nama Spesies Burung Gereja Erasia (Passer montanus) Burung Perenjak Jawa (Prinia familiaris) Burung Emprit/Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides) Burung Srigunting Hitam (Dicrurus macrocercus) Deskripsi Berukuran sedang (14cm), berwarna coklat. Mahkota berwarna coklat berangan, dagu, tenggorokan, bercak pipi dan setrip mata hitam, tubuh bagian bawah kuning tua keabu-abuan, tubuh bagian atas berbintik-bintik coklat dengan tanda hitam dan putih. Burung muda : berwarna lebih pucat dengan tanda khas yang kurang jelas. Iris coklat, paruh abu-abu, kaki coklat. Suara cicitan ramai dan nada-nada ocehan cepat. Kebiasaan burung ini berasosiasi dekat dengan manusia, hidup berkelompok di sekitar rumah, gudang, dan lain-lain. Mencari makan di tanah, dan lahan pertanian, mematuki biji-biji kecil atau beras. Dalam kelompok pekarangan, menyerbu sawah pada musim panen. Burung perenjak berukuran agak besar (13 cm), berwarna zaitun. Memiliki ekor panjang, dengan garis sayap putih khas serta ujung hitam-putih. Tubuh bagian atas coklat-zaitun, tenggorokan dan dada tengah putih; sisi dada dan sisi tubuh abu-abu, perut dan tungging kuning pucat. Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kekuningan, kaki merah jambu. Memiliki suara keras bernada tinggi: cwuit-cwuit-cwuit. Suara tanda bahaya hii-hii-hii. Kebiasaannya menghuni hutan mangrove dan habitat sekunder terbuka, terutama kebun dan taman. Ribut, suka berkelompok kecil. Berburu di sekitar permukaan tanah sampai puncak pohon. Bondol agak kecil (11cm), berwarna hitam, coklat, putih, bertubuh bulat. Tubuh bagian atas coklat tanpa coretan, muka dan dada atas hitam; sisi perut dan sisi tubuh putih, ekor bawah coklat tua. Perbedaannya dengan Bondol perut putih : tanpa coretan pucat pada punggung dan sapuan kekuningan pada ekor, pinggiran bersih antara dada hitam dan perut putih, sisi tubuh putih (bukan coklat). Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah biru, kaki keabu-abuan. Suara cicitan lembut cii-i-i, prrit yang khas, serta suara dalam kelompok pi-i yang melengking. Kebiasaan mengunjungi semua jenis lahan pertanian dan lahan berumput alami. Membentuk kelompok selama musim panen padi, tetapi biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Mencari makan di atas tanah atau memetik dari bulir rumput. Menghabiskan banyak waktunya dengan bersuara kerikan gaduh dan menyelisik di pohon-pohon besar Berukuran sedang (29 cm), berwarna hitam buram. Paruh relatif kecil, ekor sangat panjang dan menggarpu dalam, sering membentuk sudut yang menakjubkan akibat hembusan angin. Burung remaja memiliki garis-garis keputih-putihan pada bawah tubuh bagian bawah. Iris merah, paruh hitam, kaki hitam. Bunyi deringan bervariasi hii-liu-liu,eliu-wit-wit atau hok-cok-wakwi-wak. Kebiasaannya burung ini menyukai tempat yang terbuka, sering hinggap dan duduk di pohon kecil atau kabel telepon. 23

Eksplorasi Jenis Burung di Wana Wisata Grape Sebagai Bahan Ajar berbasis GeLeM Burung Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster) Burung Perkutut Jawa (Burung Derkuku) Geopelia striata Burung Cipoh Kacat/Sirpu (Aegithina tiphia). Sumber: Sumber: McKinnon, J. & Phillips, K. 1997. Tabel 1 menunjukkan terdapat 7 jenis burung yang ada di wana wisata Grape. Jenis burung yang paling dominan adalah burung Emprit/Bondol Jawa (L. leucogastroides), burung Gereja Erasia (P. montanus, burung Perenjak Jawa (P. familiaris). Burung yang paling jarang ditemukan dari 7 jenis tersebut adalah Burung Srigunting Hitam (D. macrocercus) dan Cucak Kutilang (P. aurigaster). L. leucogastroides banyak ditemukan karena lokasi wana wisata Grape dekat dengan area persawahan yang menjadi habitat dan tempat mencari makanan. Eksplorasi jenis burung di atas dapat digunakan sebagai bahan ajar perkuliahan Taksonomi Vertebrata. Mahasiswa dapat dengan mudah membangun konsep dalam kajian taksonomi vertebrata khususnya Aves karena dapat menemukan spesies dengan mandiri dan riil. Hal ini dapat membangun budaya dan sikap ilmiah yang menjadi dasar seorang saintifik. Berukuran sedang (20 cm), bertopi hitam dengan tunggir keputihputihan dan tungging jingga kuning. Dagu dan kepala atas hitam. Kerah, tunggir, dada, dan perut putih. Sayap hitam, ekor coklat, iris merah, paruh dan kaki hitam. Suara merdu dan nada nyaring cukcuk, dan cang-kur yang diulangi cepat. Kebiasaan hidup dalam kelompok yang aktif dan ribut, sering berbaur dengan jenis cucak lain. Lebih menyukai pepohonan terbuka atau habitat bersemak, di pinggir hutan, tumbuhan sekunder, taman, dan pekarangan, atau bahkan kota besar. Berukuran kecil (21 cm), berwarna coklat. Tubuh ramping, ekor panjang. Kepala abu-abu, leher dan bagian sisi bergaris halus, punggung coklat dengan tepi hitam. Bulu sisi terluar dari ekor kehitaman dengan ujung putih. Iris dan paruh abu-abu biru, kaki merah jambu tua. Suara berirama merdu, halus, mengalir seperti siulan : per-ku-tu-tut, seperti tergesa-gesa diulangulang sebanyak enam-delapan kali. Kebiasaan menyukai ladang dan hutan terbuka dekat desa. Berpasangan atau dalam kelompok kecil, makan diatas permukaan tanah, kedang-kadng berkumpul untuk minum di sumber air. Berukuran kecil (14 cm), berwarna hijau dan kuning dengan dua garis putih mencolok pada sayap. Tubuh bagian atas hijau zaitun, sayap kehitaman, tetapi sisi bulu putih, lingkar mata kuning. Tubuh bagian bawah kuning. Ras-ras pada masing-masin pulau bervariasi warna hijaunya. Perbedaannya dengan cipoh jantung yaitu kekang dan dada berwarna kuning. Iris putih keabu-abuan, paruh hitam kebiruan, kaki hitam kebiruan. Suaranya beberapa panggilan termasuk getaran monoton dan berirama, atau siulan ciiiiiipow atau ciiiipow-ciiiipow, akhiran pow yang meledak seperti suara pecut. Kebiasaan menghuni taman, hutan mangrove, hutan terbuka, dan hutan sekunder. Sendirian atau berpasangan, berlompatan di cabang pohon kecil, memiliki tempat burung ini bersembunyi dengan baik. Berwarna hijau kekuningan, pemakan ulat dan serangga kecil, bagian leher ke dada berwarna putih atau kelabu, suara ocehan sir...puuuu..., hinggap di pohon. Hasil ini dapat juga mendukung mata kuliah lainnya seperti pendidikan lingkungan hidup, struktur hewan dan ekologi hewan. Selain itu juga dapat dikembangkan pada bidang kajian lain seperti botani, mikrobiologi dan cabang ilmu lainnya. Wana wisata Grape dapat digunakan sebagai sumber bahan ajar dan sumber belajar bagi mahasiswa untuk mendukung konsep Taksonomi Vertebrata. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar diharapkan dapat meningkatkan motivasi sekaligus jiwa konservasi mahasiswa. Lingkungan sebagai sumber belajar memiliki banyak keuntungan yaitu mudah dijangkau, biaya murah bahkan tanpa biaya, obyek dan permasalahan bervariasi, mengenal lebih mendalam kondisi lingkungan sekitar, pengetahuan yang didapat konkrit, serta dapat mengembangkan cara berpikir kritis mahasiswa. 24

Yuhanna,dkk SIMPULAN Simpulan dari penelitian ini adalah wana wisata Grape, kecamatan Wungu, kabupaten Madiun yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar Taksonomi Vertebrata berbasis green learning method. Hasil eksplorasi menunjukkan terdapat 7 spesies burung sebagai bahan ajar taksonomi vertebrata DAFTAR PUSTAKA Howes, J., Bakewell, D. & Noor, Y.R. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetland International-Indonesia Programme. McKinnon, J. & Phillips, K. 1997. Burungburung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam). Burung Indonesia. Rusmendro, H. 2004. Bahan Kuliah Ornithology. Fakultas Biologi Universitas Nasional. Weller, W.M. 2004. Wetland Birds Habitat Resources and Conservation Implications. The Press Syndicate of The University of Cambridge. Grant, T and Littlejohn, G. 2009, Teaching Green The High Schools Years : Hands On Learning in Grades 9-12, Toronto : Green Teacher. Ardhi, Yuhanna, Prabowo. 2014. Implementasi Green Learning Method (GeLem) dalam Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Potensi Lokal di Wana Wisata Grape, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Seminar Nasional Pendidikan Sain UNS. Murray, R and O Brien, L. 2006. A marvellous opportunity for children to learn: a participatory evaluation of Forest School in England and Wales. Forest Research, Farnham. Ruyani, A. 2012. Pengembangan Green Teacher, pemanfaatan potensi lokal ikan mungkus (Sicyopterus, Cynophalus) di Bengkulu Selatan sebagai sumber belajar Biologi. Proceeding SNPS 2012. Surakarta : UNS Press 25