BAB I PENDAHULUAN. beberapa detik sampai puluhan detik saja, walaupun kadang-kadang dapat terjadi lebih dari

dokumen-dokumen yang mirip
Deser Christian Wijaya 1, Daniel Rumbi Teruna 2

BAB I PENDAHULUAN. mendesain bangunan terutama dari segi struktural. Gerakan tanah akibat gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. Beban-beban dinamik yang merusak struktur bangunan umumnya adalah bebanbeban

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan analisis statik ekivalen, analisis spektrum respons, dan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

Gambar 4.1 Bentuk portal 5 tingkat

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

3. BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

BAB II STUDI PUSTAKA

Studi Perbandingan Dinding Geser dan Bracing Tunggal Konsentris sebagai Pengaku pada Gedung Bertingkat Tinggi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI DESAIN DAN PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

BAB II LANDASAN TEORITIS

DESAIN STRUKTUR PORTAL DINDING GESER DENGAN VARIASI DAKTILITAS SKRIPSI. Oleh : UBAIDILLAH

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan pada Gedung X, bangunan gedung bertingkat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. struktur agar dapat mendesain suatu struktur gedung yang baik. Pemahaman akan

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

ABSTRAK. Kata kunci: perkuatan, struktur rangka beton bertulang, dinding geser, bracing, pembesaran dimensi, perilaku. iii

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

BAB II SPESIFIKASI TEKNIS DAN PEMODELAN STRUKTUR

BAB 1 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Efek dinding..., Yohannes Arief Ninditta Siregar, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING KONSENTRIK V-TERBALIK

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

PERHITUNGAN GAYA GESER PADA BANGUNAN BERTINGKAT YANG BERDIRI DI ATAS TANAH MIRING AKIBAT GEMPA DENGAN CARA DINAMIS

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT.

Pengaruh Penambahan Dinding Geser (Shear Wall) pada Waktu Getar Alami Fundamental Struktur Gedung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR BANGUNAN TANPA DAN DENGAN DINDING GESER BETON BERTULANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

PERBANDINGAN ANALISIS STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS PSIKOLOGI USM (EMPAT LANTAI GEDUNG T) MENGGUNAKAN SNI GEMPA DENGAN SNI GEMPA

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HARUN AL RASJID NRP Dosen Pembimbing BAMBANG PISCESA, ST, MT Ir. FAIMUN, M.Sc., Ph.D

BAB VI PEMBAHASAN. Komparasi Simpangan Antar Lantai arah x

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

Pada saat gempa terjadi, titik tangkap gaya gempa terhadap bangunan berada pada pusat massanya, sedangkan perlawanan yang dilakukan oleh bangunan berp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

Peraturan Gempa Indonesia SNI

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

PERKUATAN SEISMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG MENGGUNAKAN BREISING BAJA TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Restu Faizah 1 dan Widodo 2. ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

ANALISIS KINERJA BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG DENGAN DENAH BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT STOREY SKRIPSI

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER UNTUK MENGURANGI PENGARUH BEBAN GEMPA PADA STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DENGAN LAYOUT BANGUNAN BERBENTUK U

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci : baja hollow tube, kolom beton bertulang, displacement, base shear.

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa yang mengguncang di beberapa bagian wilayah Indonesia. Hal ini

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

APLIKASI SAP2000 UNTUK PEMBEBANAN GEMPA STATIS DAN DINAMIS DALAM PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BAJA

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

Analisis Dinamis Bangunan Bertingkat Banyak Dengan Variasi Persentase Coakan Pada Denah Struktur Bangunan

ANALISIS STRUKTUR TERHADAP BEBAN GEMPA (SNI )

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gerakan tanah akibat gempa bumi umumnya sangat tidak teratur dan hanya terjadi beberapa detik sampai puluhan detik saja, walaupun kadang-kadang dapat terjadi lebih dari satu menit. Namun demikian gempa yang durasinya lebih dari satu menit ini sangat jarang terjadi, karena sifat getarannya yang acak dan tidak seperti beban statik pada umumnya maka efek beban gempa terhadap respon struktur tidaklah dapat diketahui dengan mudah. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha penyederhanaan agar model analisis pengaruh gempa terhadap respon struktur dapat diperhitungkan oleh kebanyakan insinyur. Gempa bumi umumnya direkam di permukaan tanah bebas (free field record) sedangkan fondasi bangunan terpendam di dalam tanah. Hasil penelitian para ahli menyimpulkan bahwa massa bangunan akan berpengaruh terhadap percepatan tanah di bawah bangunan yang bersangkutan (umumnya lebih kecil). Penyederhanaan yang dipakai adalah bahwa rekaman dari free field dianggap sebagai rekaman di bawah fondasi bangunan (foundatian input motion). Terdapat beberapa penyederhanaan untuk memperhitungkan efek gempa terhadap analisis struktur bangunan yaitu menggunakan Beban Ekivalen Statik, Spektrum Respon dan dengan Analisis Riwayat Waktu (Time History Analysis, THA). Cara atau model analisis dengan menggunakan Spektrum Respon adalah pendekatan praktis. Spektrum ini pada hakekatnya adalah plot antara perioda getar struktur T lawan disain respon (umumnya aselerasi). Pada disain dengan prinsip strength based sebagaimana yang selama ini dianut di Indonesia, maka spektrum respon yang dimaksud adalah plot antara perioda getar T lawan koefisien getar dasar C yang dinyatakan dalam percepatan gravitasi.

Periode getar struktur T berhubungan dengan frekuensi alami f, dan frekuensi sudut ω (yang dikenal dengan eigenvalue). Jadi, perioda getar fundamental struktur T merupakan variabel yang sangat penting terhadap model analisis Spektrum Respon untuk mendapatkan nilai gaya geser dasar V. Cara Beban Ekivalen Statik adalah suatu representasi dari beban gempa setelah disederhanakan dan dimodifikasi, dimana gaya inersia yang bekerja pada suatu massa akibat gempa disederhanakan menjadi Beban Ekivalen Statik. Beban Ekivalen Statik merupakan analisis dengan menggunakan mode pertama dari kemungkinan-kemungkinan mode suatu struktur bila terjadi goyangan. Mode merupakan pola/ragam goyangan struktur. Hal ini dikarenakan pada umumnya mode pertama akan menghasilkan perioda getar T yang signifikan untuk mewakili keseluruhan mode pada bangunan yang teratur. Periode getar T dari mode pertama ini disebut dengan periode getar alami fundamental. Rakesh K. Goel dan Anil K. Chopra (1997) [1] mengevaluasi persamaan empiris untuk perhitungan periode getar alami fundamental bangunan yang didapatkan dari perilaku getaran alami bangunan yang diukur secara langsung dan direkam pada 8 gempa bumi yang terjadi di California, mulai dari 1971 gempa bumi San Fernando dan berakhir pada tahun 1994 gempa bumi Northridge. Ditunjukkan bahwa walaupun periode getar yang didapat dari persamaan empiris mempunyai nilai yang lebih pendek dibandingkan dengan periode terukur, persamaan-persamaan empiris ini dapat dikembangkan untuk mendapatkan hubungan yang lebih baik terhadap periode terukur (measured periods). Persamaan empiris untuk perhitungan periode getar fundamental bangunan struktur beton bertulang dan portal baja tersebut dikembangkan (dengan menambahkan penggunaan koefisien) dengan cara analisa regresi dari data periode bangunan terukur (measured period data). Namun, hasil perkembangan persamaan empiris yang didapat dengan cara analisa regresi ini tidak dapat digunakan untuk semua daerah gempa di dunia. Hal ini dikarenakan analisa yang dilakukan

tersebut adalah berada di California. Jadi persamaan empiris hasil analisa regresi tersebut boleh digunakan di daerah yang tingkat bahaya gempanya dibawah tingkat bahaya gempa daerah California namun tetap harus memerlukan evaluasi ulang yang teliti. Khan Mahmud Amanat dan Ekramul Hoque (2006) [2] mengkaji perbedaan periode getar fundamental bangunan menggunakan cara analitis memakai model perhitungan komputasi terhadap dua kategori bangunan beton bertulang, yakni dengan memperhitungkan efek infill (komponen-komponen sekunder) dan tanpa memperhitungkan efek infill. Periode getar fundamental bangunan yang didapat memakai persamaan empiris yang disarankan oleh peraturan-peraturan (code) seperti UBC, NEHRP pada umumnya menunjukkan nilai periode yang lebih panjang dibandingkan periode yang teramati saat terjadi gempa. Untuk alasan inilah, di dalam peraturan ditetapkan suatu persamaan periode getar bangunan yang merupakan batasan maksimum periode getar fundamental. Hal ini pada kenyataannya tidak mendukung hasil perhitungan analitis dengan permodelan komputasi. Ternyata, pada umumnya desain dan analisa permodelan komputasi untuk struktur beton bertulang yang dilakukan secara konvensional mengijinkan struktur bergerak secara lebih fleksibel sehingga periode getar fundamental bangunan menjadi lebih panjang. Hal ini karena pada pemodelan komputasi konvensional tidaklah memperhitungkan efek komponen-komponen sekunder (infill). Pada kenyataannya, pertambahan massa dan kekakuan yang diberikan oleh komponen-komponen sekunder (infill) ini akan memperbesar kekakuan bangunan secara keseluruhan, yang akan berdampak pada nilai periode getar fundamental bangunan yang lebih pendek seperti yang teramati saat terjadi gempa. Oh-Sung Kwon dan Eung Soo Kim (2010) [3] menjelaskan bahwa periode getar alami fundamental merupakan salah satu parameter terpenting dalam analisa beban gempa dengan cara ekivalen statik. Sedangkan nilai periode ini tergantung kepada massa dan kekakuan dari

bangunan. Hingga bangunan didisain, periode bangunan tidak dapat ditentukan. Namun justru nilai perioda ini diperlukan untuk melakukan analisa gempa untuk bangunan. Oleh sebab itu, beberapa dokumen peraturan bangunan struktur gempa merekomendasikan rumus empiris yang dapat digunakan untuk memperkirakan perioda bangunan hanya dengan sedikit informasi yang biasanya tersedia di awal perencanaan. Di dalam perancangan bangunan terhadap beban gempa, kebanyakan memakai persamaan empiris untuk perhitungan periode getar alami fundamental sebagai acuan perancangan. Berdasarkan NEHRP 00, 03, dan berdasarkan ASCE 7-02-05, nilai koefisien C t dan nilai koefisien x di dalam rumus empiris periode getar fundamental bangunan masing-masing adalah 0.0446 dan 0.9 (untuk portal beton bertulang). Persamaan empiris untuk memperkirakan waktu getar alami fundamental dari struktur frame dicantumkan di dalam peraturan SNI-1726-2010 adalah sebagai berikut: T = C t h n x (1.1) dimana : T adalah waktu getar alami fundamental, C t adalah koefisien, 0.0466 untuk portal beton bertulang dan 0.0724 untuk portal baja, h n adalah tinggi bangunan dalam meter, x adalah koefisien, 0.9 untuk portal beton bertulang dan 0.8 untuk portal baja. Sebagai alternatif, peraturan-peraturan tersebut di atas juga merekomendasikan rumus sederhana lain untuk menghitung waktu getar alami fundamental sebagai berikut: T = 0.1N (1.2)

Persamaan di atas hanya bisa digunakan untuk menghitung struktur dengan ketinggian tidak lebih dari 12 lantai dan tinggi tiap lantai tidak boleh kurang dari 3 meter. I.2. Perumusan Masalah Dalam tugas akhir ini, Penulis akan membandingkan beberapa parameter struktur yang dapat mempengaruhi perioda getar alami fundamental struktur bangunan. Model analisis berupa portal 2D akan dianalisis menggunakan metode analisis modal (analisis eigen value) untuk memperoleh periode mode pertama dari sturktur bangunan. Model analisis akan dikategorikan ke dalam tujuh kelompok untuk mempermudah pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu: 1. Kategori 1 : struktur portal dengan jumlah lantai yang bervariasi Parameter : jumlah lantai bangunan Portal 1.a 3x4m Portal 1.c Portal 1.b 8x4m 6x4m Gambar 1.1. Portal Kategori 1 2. Kategori 2 : struktur dengan jumlah bentang yang berbeda

Parameter : jumlah bentangan bangunan Portal 2.a Portal 2.b Portal 2.c 3x4m 4m 3x4m 6x4m Gambar 1.2. Portal Kategori 2 3. Kategori 3 : struktur portal bentang tunggal dengan panjang bentang yang berbeda Parameter : panjang bentangan portal Portal 2.a Portal 3 3x4m 4m 8m Gambar 1.3. Portal Kategori 3 4. Kategori 4 : struktur portal 3 bentangan dengan panjang bentang yang bervariasi Parameter : konfigurasi panjang bentang dari portal

Portal 2.b Portal 4.a Portal 4.b 3x4m 3x4m 4m 4m 4m Gambar 1.4. Portal Kategori 4 5. Kategori 5 : struktur portal dengan ketidakteraturan kekakuan kolom antar lantai Parameter : struktur tidak beraturan akibat adanya lantai dengan ketinggian yang berbeda Portal 1.c Portal 5.a Portal 5.b 7m 8x4m 5x5m 7m 5x5m Gambar 1.5. Portal Kategori 5 6. Kategori 6 : struktur portal dengan ketidakteraturan massa

Portal 1.a Portal 6.a m 2m Portal 1.b m Portal 6.b 2m 3x4 m 8x4m Gambar 1.6. Portal Kategori 6 7. Kategori 7 : stuktur bangunan yang tidak teratur Parameter : ketidakteraturan bangunan Portal 7.a Portal 7.b Portal 7.c Portal 7.d

Gambar 1.7. Portal Kategori 7 Periode getar alami dari seluruh struktur diatas akan dihitung dengan melalui analisis eigen value dengan menggunakan bantuan program SAP2000.

I.3. Maksud dan Tujuan Dalam tugas akhir ini penulis mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut : Mengkaji pengaruh dari berbagai parameter terhadap waktu getar alami fundamental bangunan jenis rangka beton pemikul momen serta membandingkan waktu getar alami fundamental yang dihitung berdasarkan persamaan empiris yang dianjurkan di dalam SNI- 1726-2010 dan dengan hasil analitis dengan menggunakan bantuan program SAP 2000. I.4. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah yang diambil dalam penulisan tugas akhir ini, yakni : a. Struktur bangunan yang dianalisis merupakan portal beton bertulang pemikul momen dua dimensi. b. Peraturan pembebanan yang digunakan mengacu pada Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung tahun 1983. c. Parameter variasi struktur bangunan yang akan dibandingkan adalah : 1. Jumlah lantai bangunan 2. Jumlah bentangan bangunan 3. Panjang bentang portal 4. Konfigurasi panjang bentang dari portal 5. Ketidakteraturan ketinggian tiap lantai 6. Ketidakteraturan massa 7. Ketidakteraturan bangunan I.5. Metodologi Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah mengumpulkan teori dan rumus rumus untuk perhitungan dari buku-buku dan peraturan yang berhubungan dengan pembahasan pada tugas akhir ini, serta masukan dari dosen pembimbing.