BAB I PENDAHULUAN. Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya

dokumen-dokumen yang mirip
YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan yang baik dan memadai merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

I. PENDAHULUAN. isi, dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah ada proses pembelajaran. Menurut Sugiyanto (1993: 24-25), berpendapat

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran

, 2015 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS X SMAN 1 SOREANG

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga telah menjadi sarana rekreasi, pendidikan, prestasi, dan kesehatan.

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang paling sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas fisik yang di

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat karena selain merupakan fenomena sosial, gerak juga merupakan fenomena budaya. Oleh karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi, seperti hubungan peran di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan komunikasi, situasi komunikasi, status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta komunikasi, juga berpengaruh dalam penggunaan gerak. Sementara itu, sebagai fenomena budaya, gerak selain merupakan salah satu unsur budaya, juga merupakan sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya masyarakat sekitarnya. Atas dasar itu, pemahaman terhadap unsur-unsur budaya suatu masyarakat dan berbagai unsur sosial merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari suatu gerak. Di sisi lain, budaya gerak masyarakat akan terbina dengan baik apabila didukung dengan fasilitas yang representatif dan sesuai dengan minat serta kebutuhan masyarakat. Budaya gerak juga berkaitan dengan kecerdasan, pada usia tertentu budaya gerak bermanfaat untuk memperkuat koneksi sel saraf. Ilmuwan percaya bahwa masa anak-anak merupakan masa yang sangat menentukan bagi tumbuh kembang anak, sehingga disebut sebagai pintu kesempatan untuk mengembangkan 1

2 kemampuan intelektualnya di masa yang akan datang. Kesempatan untuk mengembangkan gerak sangat ditentukan oleh pengalaman, terutama keterampilan yang membutuhkan otot besar seperti memanjat, berlari, melempar, menangkap dan melompat. Sesuai dengan pernyataan Rusli Lutan (2001:29) bahwa: Bila anak kehilangan kesempatan untuk memperoleh pengalaman tugastugas gerak ini, maka ia mungkin tidak mampu mengembangkan kemampuan otaknya untuk melaksanakan fungsi yang lebih spesifik, koneksi antara sel saraf itu gagal dikembangkan karena kurang gerak. Kegagalan ini kian bertambah seiring dengan peningkatan usianya hingga dewasa. Gerak semacam pupuk bagi kesuburan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyanto (1998:7) bahwa, Pada masa anak-anak kemampuan gerak terus mengalami perkembangan. Perkembangan terjadi sejalan dengan perkembangan fisiknya. Agar bisa tumbuh dan berkembang secara baik, anak-anak memerlukan aktivitas fisik yang cukup dalam berbagai bentuk bermain yang bersifat memacu otot besar dan otot kecil. Orang dewasa dan orang tua sebaiknya memberi banyak kesempatan bagi anak untuk melakukan aktivitas gerak fisik. Terlalu banyak melarang dan terlalu melindungi anak akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Selanjutnya Rusli Lutan (2001:39) mengemukakan bahwa, Bila seseorang kurang memperoleh kesempatan sejak usia dini untuk mengembangkan geraknya, maka tahap usia berikutnya, bahkan hingga dewasa, ia akan lebih banyak gagal dalam melaksanakan tugas gerak. Keadaan ini dapat disebut sebagai cacat gerak.

3 Anak-anak sekolah dasar memiliki kesempatan yang lebih besar dilihat dari kuantitasnya, meskipun demikian kualitas gerak anak SD di Pontianak lebih beragam mengingat frekuensi bergerak lebih dominan dilakukan ketika pulang sekolah. Waktu luang tersebut dipergunakan untuk beraktivitas baik dengan keluarga, teman, masyarakat, dan lingkungan. Sehubungan dengan kesempatan gerak dalam berbagai kegiatan, merupakan salah satu indikasi untuk menilai efektivitas pendidikan jasmani dan olahraga yang dilakukan oleh SD di Kota Pontianak. Kesempatan gerak anak sekolah dasar di Kota Pontianak mendapatkan peluang yang sama dalam meningkatkan kemampuan motorik anak, tetapi semuanya kembali kepada minat dan sikap anak tersebut untuk melakukannya. Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 146.807 km persegi dengan topografi geografis berciri dataran rendah dengan mempunyai ratusan sungai yang aman untuk dilayari, sehingga dijuluki provinsi Seribu Sungai. Jumlah penduduk Kalimantan Barat berjumlah 3,89 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk berkisar 26 jiwa per kilometer persegi dan penyebaran penduduknya tidak rata. Penyebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan berbagai permasalahan, misalnya kepincangan pembangunan daerah dan masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan serta lainnya. Rendahnya tingkat hunian menyebabkan adanya persoalan mendesak mengenai minimnya sumber daya manusia untuk mengelola pembangunan di daerah yang sebenarnya memiliki potensi yang amat besar. Hal ini terkait pula dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia daerah setempat, yakni 83, 7%

4 penduduk berpendidikan SD ke bawah, selebihnya 8,1% tamat SMP dan 8,2% tamat SMA. Dari hampir empat juta penduduk di Kalimantan Barat, etnis asli Dayak merupakan penghuni terbanyak dengan 1,3 juta jiwa (41%), etnis Melayu berjumlah 1,2 juta jiwa (39,57%), kemudian etnis Cina sebesar 11,33% disusul Bugis 5% kemudian Jawa 3% dan Madura 2,75%. (BPS Kalimantan Barat, 2008) Dari gambaran umum mengenai Provinsi Kalimantan Barat tersebut, akan diteliti mengenai sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar siswa SD dengan objek penelitian dari etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu yang merupakan empat etnis mayoritas yang mendiami wilayah Provinsi Kalimantan Barat khususnya di Kota Pontianak. Sebagian anak usia sekolah dasar merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan 6 sampai 13 tahun. Rentang usia anak sekolah dasar mengalami masa peka, dimana anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi anak. Mahendra (2007:22) menjelaskan bahwa, Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan kognitif, gerak, sosial emosi, konsep diri, disiplin, seni, moral, nilainilai agama, dan fisik-motorik. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal.

5 Untuk itu peran pendidik (orang tua, guru, orang dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak usia sekolah dasar. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain (belajar sambil bermain). Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal diri sendiri, orang lain serta lingkungannya. Perkembangan anak usia sekolah dasar berada pada masa puncaknya; pada usia tersebut, anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya seperti perkembangan psikologis dan perkembangan motorik. Perkembangan psikologis merupakan perkembangan yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia karena banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: gen, lingkungan, dsb. Sedangkan perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam prilaku motorik yang memperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya. Selain itu, perkembangan motorik berarti pengembangan pengendalian terhadap gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Melihat pentingnya kemampuan motorik bagi setiap perilaku individu, khususnya pada kemampuan motorik dasar maka kemampuan motorik anak harus dirangsang atau dilatih sedini mungkin agar dalam perkembangan selanjutnya tidak mengalami gangguan. Berpangkal dari kebutuhan akan hal tersebut maka sekarang ini di Kota Pontianak banyak bermunculan SD yang khusus memfasilitasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan motorik siswanya. Hasil

6 sementara dari observasi kecil yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa, sebagian SD yang ada di Kota Pontianak memiliki potensi lingkungan dan sarana bermainnya yang layak namun belum mampu dioptimalkan dalam penggunaannya, selain itu di sekolah dasar yang ada di kota Pontianak banyak memiliki area bermain outdoor yang tentu saja keberadaan lingkungan bermain outdoor tersebut sangat membantu dalam proses belajar motorik anak. Sikap dan proses belajar motorik anak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya perbedaan mitos, budaya, individu, kemampuan dan keterampilan serta pola gerak di lingkungan masyarakat itu sendiri. Salah satu contoh seorang anak pada etnis Cina lebih senang bermain di pasar dibandingkan dengan anakanak dari etnis Melayu yang hanya bermain disekitar tempat tinggalnya begitupun sebaliknya. Di sisi lain, anak-anak etnis Dayak lebih senang bermain dengan alam seperti mendaki gunung, berkebun, dan berenang di sungai. Hal ini juga banyak terjadi pada anak-anak dari etnis Madura. Kegiatan anak dari keempat etnis yang ada di Pontianak memiliki perbedaan dalam hal media bermain yang digunakan serta kecenderungan jenis permainan yang dilakukan. Pada umumnya anak dari etnis Dayak dan Madura lebih senang bermain perang-perangan dan beraktivitas di alam terbuka, sedangkan anak-anak dari etnis Melayu dan Cina cenderung lebih senang bermain sepeda dan kejar-kejaran yang mereka lakukan di sekitar rumah saja. Kemampuan psikologis dan motorik seseorang akan berpengaruh terhadap perubahan dimasa yang akan datang, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi yaitu kondisi lingkungan tempat tinggal. Salah satu upaya untuk meningkatkan

7 kemampuan motoriknya dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yang dapat membantu terhadap peningkatan kemampuan motoriknya seperti bermain permainan tradisional, bersepeda, berolahraga dan beberapa permainan lainnya. Dengan terbiasanya melakukan kegiatan maka dengan sendirinya akan meningkatkan kemampuan motoriknya. Dengan demikian, maka kebiasaan seseorang melakukan kegiatan atau aktivitas yang mengandung unsur olahraga dapat menjadi bermanfaat terhadap dirinya sendiri, semakin banyak melakukan suatu aktivitas fisik seperti bermain dan berolahraga maka akan menambah pengalaman gerak. Dari penjelasan di atas, bahwa kesempatan bergerak pada anak sekolah dasar memang sangat penting dalam pertumbuhan fisik dan mentalnya, juga pada usia ini memiliki tubuh yang masih lentur sehingga baik untuk dipacu pertumbuhannya. Penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh dan mendalam mengenai sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di Kota Pontianak. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul: Sikap Terhadap Belajar Gerak dan Kemampuan Motorik Dasar Siswa SD di Kota Pontianak. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penelitian ini diarahkan pada perkembangan sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar siswa SD di Pontianak Kalimantan Barat.

8 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perbedaan sikap terhadap belajar gerak antara siswa dari etnis Cina, Dayak, Madura, dan Melayu di Kota Pontianak? 2. Bagaimanakah perbedaan kemampuan motorik dasar antara siswa dari etnis Cina, Dayak, Madura, dan Melayu di Kota Pontianak? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengungkap tentang sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar siswa SD di Pontianak Kalimantan Barat. Adapun secara khusus penelitian ini yaitu untuk: 1. Mengungkap perbedaan sikap terhadap belajar gerak antara etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di SD Kota Pontianak; 2. Mengungkap perbedaan kemampuan motorik dasar antara etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di SD Kota Pontianak; D. Manfaat Penelitian Dalam sebuah penelitian bukan hanya dilihat dari berhasil tidaknya saja, akan tetapi peneliti harus juga memperhatikan kualitas dari penelitian itu sendiri. Untuk itu dari penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat yang positif bagi, para guru Pendidikan jasmani dan olahraga, dan pengurus/pelatih, secara teoritis maupun praktis diantaranya:

9 1. Manfaat teoritis: Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu pendidikan khususnya olahraga untuk mengetahui profil anak yang meliputi sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar siswa sekolah dasar. 2. Manfaat praktis: a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi dalam pembuatan program pembelajaran di sekolah bagi para guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam peningkatan sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengurus/pelatih dalam mencari bakat olahraga dengan mempertimbangkan sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar. E. Asumsi Dasar Asumsi dasar merupakan titik tolak bagi penulis untuk melakukan penelitian yang hendak dilaksanakan, asumsi dasar ini dibutuhkan oleh peneliti sebagai pegangan pokok secara umum bagi penulis dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini penulis mempunyai asumsi dasar sebagai berikut: 1. Sikap Terhadap Belajar Gerak Sebelum membahas sikap terhadap belajar gerak, penulis terlebih dahulu menjelaskan tentang pengertian sikap menurut Calhoun dan Acocella dalam

10 Sobur (2003:359) yaitu Penilaian dan penafsiran terhadap sesuatu, dan sikap mengandung komponen kognitif, afektif, dan konatif. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang dapat dilihat dari sikapnya dengan kata lain kecenderungan seseorang dalam bertindak dipengaruhi oleh sikapnya. Salah satu aspek yang merupakan bagian dari perkembangan psikologis seseorang yaitu sikap. Moeloek (2002:569) menegaskan bahwa, Sikap merupakan penggabungan fungsi afektif-emosi dan perasaan kedalam model manusia sebagai pengolah informasi sosial. Berdasarkan pendapat tersebut, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Saifudin (1995:5) menyatakan bahwa, Cara-cara yang dipakai dalam merespon objek terdiri atas dua macam yaitu positif dan negatif. Di sisi lain, sikap terdiri dari rasa suka dan tidak suka, penilaian dan reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek orang, situasi. Oleh karena itu, sikap dapat mengekspresikan perasaan seseorang, khususnya dalam penelitian ini mengenai sikap terhadap belajar gerak siswa di sekolah. Hasil observasi sementara yang penulis lakukan di salah satu sekolah dasar di Kota Pontianak menunjukkan bahwa, anak-anak sekolah dasar sangat antusias dan bahagia ketika mengikuti pembelajaran penjas. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang berpartisipasi dalam setiap tugas yang diberikan oleh gurunya serta banyak siswa SD yang masih melakukan aktivitas olahraga meskipun waktu belajar sudah selesai. Diantara penyebabnya diduga adalah dengan gerak dan kemampuan motorik siswa sangat mendukung dalam proses pembelajaran.

11 Sikap tidaklah terjadi dengan sendirinya, pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukanlah diperoleh karena keturunan, tetapi dari pengalaman, lingkungan, dan budaya. Masyarakat etnis Cina dan Melayu menanamkan pola asuh kepada anakanaknya agar lebih mandiri dalam menjalankan hidup. Sehingga anak-anak etnis Cina dan Melayu mempunyai ide yang sangat baik dan cenderung lebih kreatif. Berbeda dengan etnis Dayak dan Madura, pola asuh yang diberikan oleh orang tua mereka adalah mandiri dan diberi kebebasan dalam melakukan hal apa saja yang bersifat positif. Kegiatan yang biasa dilakukan anak kedua etnis ini selain beraktivitas disekolah juga dimasyarakat, mereka melakukan aktivitas sepuasnya bermain bersama teman, dan lingkungan sekitarnya. Anak-anak kedua etnis ini selain membantu orang tua mereka dengan berjualan, berternak, membantu disawah dan berkebun. Berdasarkan uraian diatas maka anggapan dasar tersebut adalah pendidikan jasmani dan olahraga dan olahraga yang diberikan di sekolah tersebut berbeda sehingga diduga hal tersebut akan berakibat pada berbedanya sikap terhadap belajar gerak. 2. Kemampuan Motorik Dasar Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terbentuknya keterampilan dari seseorang. Singer dalam Ma mun dan Saputra (2000:76) menjelaskan bahwa: Kemampuan diartikan sebagai ciri individu yang diwariskan dan mendukung terbentuknya keterampilan. Yanuar Kiram (1992:480) memberikan batasan mengenai pengertian motorik, bahwa: Motorik

12 dapat diartikan sebagai suatu rangkaian peristiwa laten yang tidak dapat diamati dari luar. Peristiwa-peristiwa laten yang tidak bisa diamati tersebut antara lain penerimaan informasi atau stimulus, pemberian makna terhadap informasi, pengolahan informasi, proses pengembangan keputusan dan dorongan untuk melakukan berbagai bentuk aksi-aksi motorik. Setelah itu dilanjutkan dengan peristiwa fisiologis yang meliputi pemberian, pengaturan dan pengendalian impuls kepada organ-organ tubuh yang terlibat dalam pelaksanaan aksi-aksi motorik, peristiwa laten tersebut adalah gerak. Gerak dan kontrol gerak tubuh merupakan aktivitas psikomotor, aktivitas psikomotor berorientasi pada gerak tubuh dan menekankan pada respon-respon fisik atau prilaku gerak tubuh yang dapat dilihat. Hal ini mengandung pengertian bahwa setiap aktivitas fisik atau gerak tubuh akan berjalan dengan baik, jika setiap orang memiliki kemampuan gerak yang memadai. Rusli Lutan (1988:96) mengemukakan mengenai kemampuan motorik ini sebagai berikut: Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan keterampilan yang melekat setelah masa anakanak. Motorik setiap individu berorientasi pada gerak tubuh dan menekankan pada respon-respon fisik atau prilaku gerak tubuh yang dapat dilihat. Ini mengandung arti bahwa setiap aktivitas jasmani atau gerak tubuh akan berjalan dengan baik jika para peserta memiliki kemampuan gerak yang memadai. Kemampuan gerak biasa disebut dalam dunia olahraga yaitu kemampuan motorik (motor ability). Nurhasan (2000:98) menjelaskan bahwa: Kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam

13 gerak yang memerlukan keberanian dalam berolahraga. Sedangkan Singer (1980) dalam Ma mun dan Saputra, (2000:77) menjelaskan: Kemampuan motorik adalah keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. Dari dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan dalam melakukan suatu aktivitas khususnya dalam melakukan kegiatan olahraga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan gerak adalah sesuatu kemampuan yang diperoleh dari keterampilan gerak umum yang mendasari tingkat penampilan baik atau tingkat kemampuan gerak seseorang dalam mempelajari suatu gerakan secara kualitas dan kuantitas yang baik. Pengaruh faktor biologis dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik seseorang. Kemampuan motorik dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan, selain itu keterampilan banyak tergantung pada kemampuan dasar. Kemampuan motorik sangatlah penting, terutama kemampuan motorik dasar karena ini wajib dimiliki sebagai dasar untuk menguasai gerak selanjutnya yang lebih kompleks yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup anak sekolah dimasa datang. Dengan matangnya kemampuan motorik anak tidak akan merasa kaku dalam menggerakkan kaki dan tangannya. Kemampuan motorik adalah terminologi yang digunakan dalam berbagai keterampilan yang mengarah ke penguasaan keterampilan dasar dan aktivitas kesegaran jasmani. Kemampuan motorik lebih mengarah kepada kemampuan

14 penguasaan seseorang dalam melakukan keterampilan. Schmidt (1991) dalam Mahendra (2007:19) menyatakan bahwa, Kemampuan dan keterampilan harus dibedakan dalam pengertiannya. Kemampuan diartikan sebagai ciri individual yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta mendukung terbentuknya keterampilan. Kemampuan motorik sangatlah penting, terutama kemampuan motorik dasar karena ini wajib dimiliki oleh setiap orang sebagai dasar untuk menguasai gerak selanjutnya yang lebih kompleks yang dapat berguna untuk meningkatkan kemampuan motorik anak. Saputra (2006:4) memberikan penjelasan mengenai pengertian motorik yaitu: Motorik merupakan istilah umum untuk berbagai bentuk prilaku gerak manusia. Jadi dengan kemampuan motorik dasar yang baik seseorang tidak akan merasa kaku dalam menggerakan kaki dan tangannya. Kemampuan motorik dapat meningkat oleh semakin banyak melakukan aktivitas secara aktif dan semakin banyak pula gerakan yang akan mereka peroleh terhadap kemampuan motoriknya tersebut. Kemampuan motorik ini mempunyai karakteristik yang bersifat permanen dan stabil. Jadi kemampuan motorik bisa disebut sebagai unsur pendukung yang dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan latihan atau keterampilan yang lebih baik. Ini berarti kemampuan motorik menentukan baik tidaknya dalam melakukan keterampilan yang dilakukannya. Seperti diketahui bahwa untuk meningkatkan keterampilan itu dapat ditingkatkan melalui latihan yang berulangulang dan melalui pengalaman yang banyak.

15 Dalam kemampuan motorik dasar banyak faktor-faktor yang bisa mempengaruhi terhadap kemampuan motorik dasar. Kesuksesan seseorang dalam menguasai sebuah kemampuan motorik banyak ditentukan oleh ciri-ciri atau kemampuan dan bakat dari orang yang bersangkutan. Seorang anak akan mempunyai kemampuan motorik yang baik jika mereka diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bergerak. Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sarana bagi anak untuk bergerak sesuai dengan keinginan mereka. Banyak hal dari kegiatan tersebut yang memerlukan suatu cara pemecahan yang cepat dan tepat. Melalui kegiatan penjas dan olahraga setiap anak dituntut untuk dapat memiliki daya penglihatan dan kecepatan proses berpikir serta harus dapat dengan segera mengambil keputusan yang cepat untuk bertindak agar tidak ketinggalan oleh lawan. Hal ini sesuai dengan Aip Sarifudin dan Asmuni Rachman (1982:51) yang menyatakan bahwa: Dalam masalah daya penglihatan, kecepatan proses berpikir, pengambilan keputusan untuk bertindak dan fungsi kejiwaan ikut memegang peranan, sehingga disini akan terlihat bahwa pengembangan kegiatan olahraga membawa dampak yang positif bagi anak-anak. Melalui pendidikan jasmani dan olahraga yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan serta modifikasi dari berbagai macam cabang olahraga, anakanak akan mendapatkan alternatif program kegiatan yang tidak membosankan. Semakin sering anak bergerak maka akan semakin terampil mereka dalam melakukan aktivitas fisiknya. Berdasarkan uraian diatas maka anggapan dasar tersebut adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang diterima oleh masing-masing etnis tersebut berbeda

16 sehingga diduga hal tersebut akan berakibat pada berbedanya kemampuan motorik dasar yang dimiliki oleh etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu. F. Hipotesis Hipotesis merupakan penuntun kearah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Berdasarkan asumsi dasar yang dikemukakan penulis, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Sikap terhadap belajar gerak etnis Cina lebih baik dari etnis Dayak, Madura dan Melayu. 2. Kemampuan motorik dasar etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu berbeda. G. Metode Penelitian Belum adanya bukti empirik yang mengungkap tentang sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar di Kota Pontianak perlu segera diatasi melalui serangkaian penelitian. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan sikap terhadap belajar gerak dan kemampuan motorik dasar yang dimilki oleh etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di Pontianak. Komponen sikap terhadap belajar gerak dalam penelitian ini dibatasi pada pengetahuan, kebutuhan, perasaan, dan penilaian siswa dalam belajar gerak di sekolah, sedangkan aspek kemampuan motorik dasar meliputi tes feleksibilitas, kekuatan, daya tahan, yang dimiliki oleh etnis Cina, Dayak, Madura dan Melayu di Pontianak.

17 Metode penelitian ini menggunakan metode Deskriptif. Sudjana dan Ibrahim (2001:64) mengemukakan, Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. H. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di SD Kota Pontianak. Sementara unit analisis dalam penelitian berasal dari etnis Cina, Dayak, Madura, dan Melayu yang ada di Pontianak. Dalam penentuan sampel dari penelitian ini peneliti menggunakan teknik Proportional Random Sampling.