II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II STRATEGU GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Knirk & Gustafson (2005) dalam

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII MTsN SUBANG ANAK KABUPATEN TANAH DATAR

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA TEMA INDAHNYA NEGERIKU MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFC DI SDN 07 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses dari mana saja. Sanjaya (2012: 205), e- learning diartikan sebagai materi pembelajaran atau pengalaman belajar yang disampaikan melalui teknologi elektronik. Jadi, dengan demikian dalam e- learning siswa tidak hanya belajar dari internet saja akan tetapi juga dari sumber lain seperti video dan audio. Sedangkan menurut Munadi (2012: 159), e-learning dapat diartikan sebagai jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampainya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet atau media jaringan komputer lainnya. Menurut Hasbullah (2007: 1), beberapa karakteristik e-learning yang dapat dijadikan media pembelajaran di Perguruan Tinggi dan disekolah antara lain : 1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dosen dan mahasiswa atau guru dengan siswa, siswa dengan sesama siswa atau dosen/guru dengan sesama dosen/guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokoler.

9 2. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). 3. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan dikomputer sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukan. 4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer. Menurut Effendi (2005: 28), komponen-komponen utama dalam sebuah sistem e-learning. 1. Infrastruktur e-learning Infrastruktur e-learning dapat berupa sebuah personal computer (PC), jaringan komputer lokal (intranet), dan internet. 2. Sistem dan aplikasi e-learning Sistem perangkat lunak e-learning yang berguna untuk memvirtualisasikan proses belajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi pembelajaran, forum diskusi, sistem penilaian (raport), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses pembelajaran. Sistem perangkat lunak dalam pembelajaran e- learning tersebut yang dikenal dengan Learning Management System (LMS). Kita bisa memanfaatkan LMS yang banyak di internet dan memilih yang sesuai dengan model yang kita harapkan untuk membangun e-learning sekolah.

10 3. Konten e-learning Konten dan bahan ajar untuk sistem e-learning. Konten dalam e-learning dapat berbentuk multimedia interaktif, dapat juga berbentuk teks seperti buku pelajaran dan materi ajar lainnya. Dari komponen-komponen e-learning tersebut, keberhasilan sebuah sistem e- learning harus ada guru sebagai instruktur, siswa yang menerima dan menggunakan serta menerima bahan ajar guru, dan administrator yang mengelola keberlangsungan dan administrasi e-learning (Effendi, 2005: 28). Beberapa prinsip membuat situs pembelajaran atau website e-learning menurut Munir (2009: 191) antara lain: 1. Merumuskan tujuan pembelajaran. 2. Mengenalkan materi pembelajaran. 3. Memberikan bantuan dan kemudahan bagi pembelajar untuk mempelajari materi pembelajaran. 4. Memberikan bantuan dan kemudahan bagi pembelajar untuk mengerjakan tugas-tugas dengan perintah dan arahan yang jelas. 5. Materi pembelajaran yang disampaikan sesuai standar yang berlaku secara umum, serta sesuai dengan tingkat perkembangan pembelajar. 6. Materi pembelajaran disampaikan dengan sistematis dan mampu memberikan motivasi belajar, serta pada bagian akhir setiap materi pembelajaran dibuat rangkumannya. 7. Materi pembelajaran disampaikan sesuai dengan kenyataan, sehingga mudah dipahami, diserap, dan dipraktekkan langsung oleh pembelajar.

11 8. Metode penjelasannya efektif, jelas, dan mudah dipahami oleh pembelajar dengan disertai ilustrasi, contoh dan demonstrasi. 9. Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, maka dapat dilakukan evaluasi dan meminta umpan balik (feedback) dari pembelajar. Sedangkan menurut Munadi (2012: 160), keunggulan e-learning dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional di antaranya adalah: 1. Fleksibel dari sisi waktu. Dengan e-learning peserta didik dapat belajar lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang dimiliki. 2. Fleksibel dari sisi fasilitas, tempat dan lingkungan belajar peserta didik mengakses e-learning, ia dapat memilih sendiri fasilitas, tempat dan lingkungan belajarnya yang dianggap kondusif untuk belajar. 3. Suasana belajar tidak ada hambatan psikologis. Dengan e-learning, peserta didik tidak mengalami hambatan psikologis yang berarti. Peserta didik lebih berani melakukan latihan online karena tidak merasa takut, malu atau kendala-kendala psikologis lainnya, terutama bila melakukan kesalahan. 4. Mudah meremajakan materi. Berbeda dengan meremajakan materi ajar yang tersusun dalam bentuk buku cetak, materi online dapat diremajakan setiap saat. 5. Membiasakan pemanfaatan ICT. Selain memberi manfaat, e-learning memiliki kelemahan terutama dari sisi kebutuhan investasi jaringan pendukung dengan perangkat lunaknya. Untuk

12 dapat memperoleh manfaat yang optimal dari e-learning dibutuhkan dukungan jaringan yang cepat dan stabil (Munadi, 2012: 160). Ada 3 (tiga) fungsi e-learning terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu Siahaan (dalam Sutanta, 2009: 2): 1. Suplemen (tambahan), yaitu apabila siswa mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. 2. Komplemen (pelengkap), yaitu apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepada siswa yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka.

13 Tujuannya agar siswa semakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas. 3. Substitusi (pengganti), yaitu apabila e-learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada 3 (tiga) alternatif model yang dapat dipilih, yakni: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet. B. Aktivitas belajar Menurut Sardiman (1994: 99), menyatakan bahwa aktivitas belajar meliputi aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan aktivitas mental (rohani). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Sedangkan menurut Diedrich (dalam Daryanto, 1999: 145), aktivitas siswa adalah sebagai berikut : 1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, mengamati, demonstrasi, mengamati orang bekerja, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

14 4. Writing activities, seperti : menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin. 5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak. 7. Mental activities, seperti : menanggapi, mengingat, memcahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emosional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Menurut Sudjana (1989: 72), aktivitas belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: 1. Aktivitas belajar mandiri, artinya setiap siswa mengerjakan atau melakukankegiatan belajar masing-masing. Misalnya setiap siswa diberi tugas untuk memecahkan persoalan yang diberikan oleh guru. Dalam proses belajarnya, setiap siswa dituntut mengerjakan tugasnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Implikasinya, guru harus banyak memberikan perhatian dan pelayanan secara individual. 2. Aktivitas belajar kelompok, artinya siswa melakukan kegiatan belajar dalam kelompok. Misalnya diskusi memecahkan masalah. Guru harus mengajukan beberapa masalah yang harus dipecahkan siswa dalam satuan kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa. Guru akan

15 mengawasi dan membimbing setiap kelompok, sedangkan siswa berpartisipasi memecahkan persoalan tersebut dengan kelompoknya. 3. Aktivitas belajar klasikal, artinya semua siswa dalam waktu yang sama melakukan kegiatan belajar yang sama. Misalnya apabila guru menggunakan metode ceramah. Siswa akan menanggapi secara berbedabeda meskipun materi yang disajikan sama. Rosseau (dalam Sardiman, 2000: 96), menyatakan bahwa dalam belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas siswa dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria dalam penilaian proses pembelajaran. Secara umum keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari efisiensi, keefektifan, relevansi, dan produktivitas dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran (Sudjana, 1989: 72). C. Hasil Belajar Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, berdasarkan kriteria tertentu dalam pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri.

16 Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), berpendapat bahwa: Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar tidak terlepas dari tindak guru, pencapaian tujuan pengajaran pada bagian ini merupakan peningkatan kemampuan siswa. Hasil belajar dibedakan menjadi tiga yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Menurut Sudijono (2006: 50), ranah kognitif terdiri dari enam jenjang yaitu: 1. Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. 2. Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. 3. Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau mengggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsipprinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret. 4. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. 5. Sintesis adalah suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsurunsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola yanng baru.

17 6. Penilaian adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Ranah afektif dari lima perilaku-perilaku berikut: 1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatika hal tersebut. 2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. 3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. 4. Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. 5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Krathwohl dan Bloom, (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 27). Menurut Simpson (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 27), ranah psikomotor terdiri dari tujuh perilaku yaitu: 1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah (mendeskripsikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. 2. Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3. Gerakana terbimbing, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.

18 4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa contoh. 5. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilanyang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien, dan tepat. 6. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. 7. Kreativitas, yang mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerakgerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Dalam proses belajar mengajar, ada banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian nilai hasil belajar siswa, baik yang berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun dari lingkungan luar (eksternal). Faktor internal terkait dengan disiplin, respon dan motivasi siswa, sementara faktor eksternal adalah lingkungan belajar, tujuan pembelajaran, kreatifitas pemilihan media belajar oleh pendidik serta metode pembelajaran. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang mendasari hasil belajar siswa (Maisaroh, 2010: 1). Hasil belajar siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Arikunto (2008: 25), menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran sudah tercapai. Untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tersebut, maka di perlukan suatu teknik evaluasi hasil belajr. Menurut Sudijono (2006: 62), teknik evaluasi hasil

19 belajar dapat diartikan sebagai alat yang dipergunakan dalam rangka melakukan evaluasi hasil belajar. Alat yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dikenal dengan instrumen evaluasi. Instrumen evaluasi merupakan alat yang digunakan untuk mempermudah seseorang untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif fan efisien (Arikunto, 2008: 26). Dalam konteks hasil pembelajaran, dikenal adanya dua macam teknik yaitu: teknik tes dan non tes (Sudijono, 2006: 65).