BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan keinginan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua jabatan, organ visual ini memainkan peranan yang menentukan. Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati


BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan itu banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Perubahan yang paling terasa saat ini di Indonesia adalah perubahan dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. Berbicara tentang permasalahan pendidikan, pada dasarnya pendidikan yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ahmad Siddiq Toha dalam Kompas (11:3:2013) bahwa pendidikan memiliki peran penting ke depannya dan dijadikan sebagai acuan untuk dunia kerja nantinya. Dengan demikian, pendidikan yang diambil akan berimplikasi terhadap pekerjaan seseorang. Sehingga dimungkinkan salah satu tujuan seseorang menempuh pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Pekerjaan merupakan salah satu kebutuhan bagi setiap orang. Dengan bekerja seseorang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama dalam kebutuhan ekonomis, sosial, maupun psikologis. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Herr dan Cramer ( Isaccson, 1985; dalam Mariyatin, 2012) bahwa pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan hidup 1

2 manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial, dan psikologis. Secara ekonomis orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan yang akan digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Dan secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih dihargai daripada orang yang menganggur. Dalam masa globalisasi yang terjadi di segala aspek kehidupan masyarakat ini, manusia tidak dapat lagi menghindarkan diri dari persaingan kerja demi kelangsungan hidupnya. Saat itu seseorang dihadapkan pada suatu keadaan yang mengharuskan seseorang untuk memilih, mempertimbangkan, dan memprediksi sesuatu yang diinginkan, sehingga dalam hal ini diperlukan strategi guna mempersiapkan diri untuk meraih sesuatu yang lebih baik daripada keadaannya sekarang dalam hal pemilihan karir. Sehingga dengan pemilihan karir yang tepat seorang individu diharapkan mampu untuk mencapai kematangan karir yang lebih baik. Super (dalam Coertse & Schepers, 2004:60) menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu untuk menyelesaikan dan mengatasi tugas-tugas perkembangan karir yang khas pada tiap tahapan perkembangan karir. Kematangan karir menurut Super (dalam Coertse & Schepers, 2004:60) dapat diungkap berdasarkan aspek-aspek kematangan karir yaitu pengetahuan tentang diri, kemampuan dalam mengambil keputusan dan perencanaan karir, keingintahuan mengenai informasi karir, serta kemampuan dalam mengintegrasikan pengetahuan tentang diri dan karir. Selain itu kematangan karir menurut Super (dalam Li Lau dkk, 2013:38) juga merupakan kesiapan afektif dan kognitif dari individu untuk mengatasi tugas-tugas

3 perkembangan yang dihadapkan kepadanya. Kesiapan afektif terdiri dari perencanaan dan eksplorasi karir, sementara kesiapan kognitif terdiri dari kemampuan mengambil keputusan dan wawasan mengenai karir yang diinginkan. Sedangkan menurut Yost Corbishly (dikutip Rusmawati dkk, 2008) kematangan karir adalah keberhasilan individu untuk menyesuaikan dan membuat keputusan karir yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya. Dan menurut Savickas (1990:4) kematangan karir adalah kesiapan individu dalam memilih karir dan membuat keputusan karir yang sesuai dengan kehendak hati serta kecenderungan kepribadian dan tahap perkembangan karirnya. Kematangan karir merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kehidupan yang diinginkan seseorang. Kematangan karir ditandai dengan kesiapan seseorang dalam menentukan pilihan karir yang realistis dengan dirinya (Savickas,1990:4), karena menurut Havighurst memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh seorang individu, termasuk seorang remaja (dalam Ali & Asrori, 2008:165). Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (Munandir 1996; dalam Rahma, 2010:43), dikatakan bahwa pemilihan karir dalam rangka mencapai kematangan karir yang baik biasanya dimulai pada saat siswa menginjak kelas XII karena pada tahap ini siswa masuk pada tahap eksplorasi periode kristalisasi, pada masa ini siswa mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta mengimplementasikan pilihan karir dengan memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, akhirnya memasuki pekerjaan

4 yang sesuai dengan pilihannya. Untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang sesuai, individu diharuskan untuk memilih instansi pendidikan yang sesuai dengan keinginan serta minat yang dimilikinya. Salah satu institusi sekolah yang mempersiapkan siswanya untuk mampu terjun langsung ke dunia kerja setelah lulus adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK adalah satu institusi pendidikan yang mempersiapkan siswanya untuk mampu terjun dalam dunia kerja setelah lulus. Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Bab I Pasal I Ayat 3 menyatakan bahwa pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Program pendidikan SMK dikhususkan bagi siswa yang mempunyai minat tertentu dan siap untuk bekerja serta membuka lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang diberikan dari sekolah dan bakat yang dimiliki siswa (Depdikbud, 1999). SMK Ahmad Yani Jabung Malang merupakan salah satu contoh Sekolah Menengah Kejuruan yang dikhususkan bagi siswa yang mempunyai minat tertentu dan siap untuk bekerja serta membuka lapangan pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan bakat yang dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan visi SMK Ahmad Yani Jabung itu sendiri yaitu : Terwujudnya SMK Ahmad Yani Jabung Malang sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan yang mampu menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kompetensi yang diajarkan dan berjiwa wirausaha. Bentuk-bentuk program keahlian bagi siswa SMK ini antara lain :

5 Teknik Komputer Jaringan, Tata Niaga, Pemasaran, dan Farmasi (http:// smkungu.wordpress.com/seputar-sekolah). Berdasarkan wawancara (Rabu, 5 Desember 2013) dengan Kepala Sekolah SMK Ahmad Yani Jabung Malang, jurusan yang ditawarkan di SMK Ahmad Yani Jabung Malang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan lapangan kerja, oleh karena itu kurikulumnya memang diarahkan atau disiapkan untuk memasuki dunia kerja, karena diharapkan setelah lulus atau keluar dari sekolah, siswa-siswi mempunyai kesiapan untuk terjun langsung ke dunia kerja sesuai dengan jurusan yang mereka pilih. Tidak dapat dipungkiri bahwa motivasi siswa-siswi pada saat awal masuk SMK adalah ingin masuk dunia kerja, artinya harapan mereka setelah lulus sekolah langsung bisa masuk dunia kerja atau langsung bisa bekerja, hal ini juga dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi siswa yang mayoritas barada pada level menengah ke bawah. Oleh karena itu, dengan memasuki dunia SMK siswa berharap dapat mempersiapkan masa depan/karir yang lebih jelas ke depannya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Havighurst (dalam Ali & Asrori, 2008:165) bahwa mempersiapkan masa depan, terutama karir merupakan salah satu tugas remaja dalam tahap perkembangannya, begitu pula halnya dengan siswa SMK yang termasuk ke dalam kategori remaja ( dalam Dariyo, 2004:14). Menurut Eli Ginzberg (dalam Santrock, 2007:171) mengatakan bahwa sesuai dengan tahap perkembangan karir remaja termasuk siswa SMK, siswa yang usia 16-18 tahun pemikiran mereka sudah mengalami peralihan dari pilihan karir yang lebih bersifat subjektif ke pilihan karir yang bersifat realistis. Sehingga

6 mereka lebih sadar akan faktor-faktor yang terlibat dalam perencanaan karir dan mengembangkan konsep diri yang lebih jelas dan tepat. Namun pada kenyataannya, ada sebagian siswa yang tidak mampu membuat perencanaan karir secara tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya. Perencanaan pada remaja disini dimaksudkan sebagai salah satu segi dari perkembangan karir remaja, sehingga termasuk juga di dalamnya pemilihan jenis pendidikan lanjutan yang diminati. Selain itu masih banyak lulusan siswa SMK yang belum mampu memilih karir, belum mampu mengembangkan diri dalam lingkup keahliannya, artinya lulusan SMK masih kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang relevan dan membuka usaha sendiri, hal ini terjadi karena keterampilan yang dimiliki belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, pihak industri maupun untuk melakukan usaha sendiri (Nugraha, 2013). Hal tersebut di dukung dengan masih banyaknya pengangguran akademik di Indonesia yang menjadi bukti bahwa kematangan karir siswa SMK dan SMA dimungkinkan belum matang. Survey BPS (2012) melaporkan bahwa data pengangguran terbuka Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 7,2 juta orang. Menurut jenjang pendidikan, jumlah pengangguran terbuka didominasi oleh lulusan SMA dan SMK. Pengangguran ini terjadi tidak hanya disebabkan oleh terbatasnya kesempatan kerja, tetapi juga oleh ketidakmampuan pencari kerja untuk memenuhi persyaratan atau kualifikasi yang diminta oleh dunia usaha. Oleh karena itu, setiap siswa perlu dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap

7 tertentu (Anshar, Anwar, dan Omsa, 2008; dalam Ratnawati dan Kuswardani, 2012). Pada tabel tampak bahwa tingkat pengangguran terbuka lulusan SMK mengalami kenaikan pada bulan Agustus 2012, kurang lebih mencapai 1 juta orang dibandingkan bulan Februari 2012 yang berjumlah 9 ratus ribu orang, terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi (sumber bps 2012) Begitu pula halnya dengan SMK Ahmad Yani yang terletak di Kecamatan Jabung. Alumni SMK tersebut masih banyak yang belum dapat menyesuaikan pekerjaannya dengan pilihan karir yang dia ambil di sekolah. Peneliti melakukan wawancara (5 Desember 2013) dengan salah seorang guru SMK Ahmad Yani Jabung yang mengajar salah satu mata pelajaran di SMK. Guru tersebut mengatakan bahwa siswa SMK Ahmad Yani Jabung disiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan jurusan yang diambil. Akan tetapi, banyak dari kalangan siswa yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan

8 yang ia ambil di SMK. Seperti salah seorang alumni SMK yang mengambil jurusan Teknik komputer dan jaringan di sekolah akan tetapi sekarang ia bekerja di bagian layanan di KUD (Koperasi Unit Desa) Jabung. Selain wawancara di atas, peneliti juga melakukan wawancara dengan salah seorang guru SMK Ahmad Yani Jabung yang lain. Ia mengatakan bahwa masih ada siswa yang melakukan pindah jurusan di SMK, dan mengakibatkan siswa merasa bingung dan belum mengetahui kemampuan yang ia miliki. Selain fenomena di atas, guru juga mengatakan bahwa masih ada siswa kelas XII yang masih mengalami kebingungan terhadap apa yang akan ia lakukan dan kerjakan setelah tamat dari SMK. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara (Rabu, 5 Desember 2013) dengan salah seorang siswa SMK Ahmad Yani Jabung, siswa tersebut menyatakan bahwa informasi-informasi karir yang diberikan pihak SMK terkait pekerjaan yang diinginkan, masih kurang memadai. Disamping itu, siswa menyatakan bahwa bimbingan karir di SMK masih belum berjalan dengan semestinya oleh konselor di sekolah. Fenomena-fenomena yang terjadi di atas membuktikan bahwa masih ada siswa dan alumni SMK Ahmad Yani Jabung Malang yang masih belum bisa menyesuaikan antara pengambilan keputusan pekerjaan dengan perencanaan karirnya. Sehingga, indikasi kematangan karir seperti merencanakan karir, kemampuan dalam mengambil keputusan karir, serta pengetahuan informasiinformasi karir, dan pengetahuan tentang diri, masih kurang stabil pada siswa SMK Ahmad Yani Jabung ini.

9 Dengan demikian membuktikan betapa pentingnya kematangan karir, pilihan karir dan langkah-langkah pendidikan yang tepat akan menjadikan seseorang menjadi individu yang mempunyai daya saing dalam dunia kerja. Sebaliknya, rendahnya kematangan karir dapat menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan karir. Bagi siswa SMK kematangan karir merupakan hal yang sangat penting, karena pada jenjang tersebut mereka harus memilih karir yang tepat dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja, dengan kematangan karir yang tinggi maka dapat diprediksi tingkat keberhasilan mereka dalam menangani suatu pekerjaan sesuai dengan jurusan (program keahlian) yang ditekuni. Sehingga dalam upaya memilih karir, siswa perlu memiliki kesadaran tentang dirinya atau mengetahui konsep dirinya (Super, 1976; dalam Santrock, 2007). Siswa diharapkan mengenal ciri-ciri kepribadian yang menonjol pada dirinya, mengenal potensi intelektualnya, mengetahui kekuatan dan kelemahan kognitifnya, dan mengerti apa yang menjadi perbedaan antara dirinya dengan siswa lainnya. Seperti dalam teori John Halland (dalam Santrock, 2007:172) yang menyatakan bahwa perlunya mencocokkan antara pilihan karir individu dengan kepribadian yang dimiliki. Super (dalam Santrock, 2007:172) mengatakan bahwa pemilihan karir merupakan implementasi dari konsep diri. Salah satu aspek konsep diri yang memiliki hubungan dengan perkembangan karir individu adalah efikasi diri (self efficacy). Sebagaimana yang dijelaskan dalam teori kognitif sosial karir yang dikembangkan oleh Lent, Brown, dan Hackett (dalam Coertse & Schepers, 2004:59) yang mengacu pada teori Bandura (1977).

10 Menurut Betz dan Hacket yang dikutip Indarti (dalam Lukmayanti 2012:5) efikasi diri akan karir seseorang adalah domain yang menggambarkan pendapat pribadi seseorang dalam hubungan dengan proses pemilihan dan penyesuaian karir. Begitu pula dengan teori kognitif sosial karir yang dikembangkan oleh Lent, Brown, dan Hackett (dalam Coertse & Schepers, 2004:59) yang mengacu pada teori Bandura (1977) menyatakan bahwa pengembangan karir, pilihan karir, dan performa kerja memiliki hubungan dengan efikasi diri. Teori kognitif sosial karir menyoroti interaksi atribut pribadi, faktor lingkungan eksternal, dan perilaku dalam pemilihan keputusan karir. Kontribusi yang penting dari teori kognitif sosial karir untuk pengembangan karir adalah pada hubungan antara variabel kognitif sosial yaitunya efikasi diri, dan juga variabel lain dalam lingkungan sosial individu seperti jenis kelamin, ras/budaya, keluarga, dan masyarakat. Brown (dikutip Coertse & Schepers, 2004:60) berpendapat bahwa integrasi diri dan konteks sosial memberikan kesempatan bagi individu untuk mengembangkan karir mereka dan meningkatkan karir mereka dengan adanya efikasi diri. Teori Brown ini menyatakan bahwa, jika individu percaya dengan kemampuan mereka sendiri dan memiliki tujuan yang jelas dari hasil perilaku mereka, maka seseorang akan berperilaku dengan cara yang akan membantu mereka mencapai tujuan yang mereka inginkan. Dengan demikian, efikasi diri dapat menjadi faktor penting dalam kematangan karir seseorang. Hal ini sejalan dengan konsep yang dijelaskan oleh Schunk (1991, 2001, 2004; Schunk & Zimmerman, 2003; Zimmerman & Schunk, 2004; dalam Santrock, 2007:152) siswa dengan efikasi diri yang rendah, mungkin

11 menghindari pekerjaan yang banyak tugasnya, khususnya seperti tugas-tugas yang menantang, sebaliknya para siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan menghadapi tantangan-tantangan tersebut dengan antusias sekalipun itu sukar baginya. Sehingga, para siswa dengan efikasi diri tinggi cenderung lebih yakin ketika mengeksplorasi pilihan-pilihan karir yang menantang (Betz, 2004; Paulsen & Betz, 2004; Quimby & O Brien, 2004; dalam Santrock, 2007:153). Menurut Bandura (dalam Feist & Feist, 2010:212) efikasi diri adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Sementara itu Baron dan Byrne (Ghufron & Risnawita, 2010:73) mendefinisikan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Seperti halnya dalam memilih karir, seseorang perlu merumuskan tujuan atau target untuk dirinya, sejauh mana individu memperjuangkan target itu, lalu sekuat apa orang itu mampu mengatasi masalah yang muncul, dan setangguh apa orang itu bisa menghadapi kegagalannya. Efikasi diri yang tinggi akan menjadi penentu keberhasilan seseorang dalam menjalankan tugas. Mereka lebih mempunyai kemauan untuk belajar, lebih memiliki dorongan yang kuat untuk bekerja giat, serta lebih tahan dalam mengatasi kesulitan dan lebih mampu mencapai level prestasi yang lebih tinggi dan baik. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Weni Linasari (2012) yang berjudul Hubungan Antara Adversity Intelligence dengan Kematangan Karir pada siswa SMK Negeri 2 Temanggung menunjukkan hubungan positif yang

12 signifikan antara Adversity Inteligence dengan kematangan karir pada SMK Negeri 2 Temanggung, dan Adversity Intelligence memberikan sumbangan efektif terhadap kematangan karir sebesar 42,3 % ini ditunjukkan oleh R square= 0,423. Weni juga menyatakan bahwa masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kematangan karir selain Adversity Intelligence, sehingga ia menganjurkan agar peneliti selanjutnya mengkaji variabel-variabel lainnya seperti konsep diri, inteligensi, atau efikasi diri. Dari pemaparan latar belakang di atas menunjukkan adanya berbagai permasalahan tentang kematangan karir yang berkaitan dengan efikasi diri. berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Ahmad Yani Jabung Kabupaten Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang muncul adalah : 1. Bagaimanakah tingkat self efficacy (efikasi diri) siswa kelas XII di SMK Ahmad Yani Jabung Kabupaten Malang? 2. Bagaimanakah tingkat kematangan karir siswa kelas XII di SMK Ahmad Yani Jabung Kabupaten Malang? 3. Apakah ada hubungan antara self efficacy (efikasi diri) dengan kematangan karir siswa kelas XII SMK Ahmad Yani Jabung Kabupaten Malang?

13 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat self efficacy (efikasi diri) siswa kelas XII di SMK Ahmad Yani Jabung Kabupaten Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat kematangan karir siswa kelas XII di SMK Ahmad Yani Jabung Kabupaten Malang. 3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara self efficacy (efikasi diri) dengan kematangan karir siswa kelas XII di SMK Ahmad Yani Jabung Kabupeten Malang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun praktis, diantaranya adalah : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan bagi disiplin ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan kajian para pendidik, orangtua murid dan remaja khususnya siswa SMK untuk memberikan pandangan mengenai kematangan karir yang dikaitkan dengan self efficacy (efikasi diri), dengan meningkatkan efikasi diri untuk mencapai kematangan karir yang lebih baik. Selain itu penelitian ini dapat digunakan

14 oleh kalangan pendidikan SMK, hal ini diharapkan akan memberikan sumbangan praktis untuk para pendidik di SMK mengenai dasar pengelolaan siswa, sehingga mampu meningkatkan efikasi diri untuk meningkatkan kematangan karir. Penelitian ini juga diharapkan agar memberikan pandangan baru bagi dunia pendidikan terutama dinas lembaga pendidikan SMK bahwasanya salah satu variabel yang mempengaruhi kematangan karir adalah efikasi diri selain faktor lain seperti kurikulum, fasilitas sekolah, dan sebagainya. Sehingga, lembaga pendidikan terutama SMK dapat mempersiapkan strategi guna mencapai kematangan karir siswa melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai baik itu faktor eksternal maupun internal.