FORMULA KAIDAH DIKSI DALAM AYAT-AYAT ALQURAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KESANTUNAN BERBAHASA MASYARAKAT MADURA

dokumen-dokumen yang mirip
Internalisasi Nilai-nilai Bahasa Al quran Dalam Kehidupan. Oleh Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M. Pd

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Prinsip-prinsip Pemahaman Qaulan dalam Al-Qur an sebagai Komunikasi Pendidikan Akhlak pada Anak

Prinsip-prinsip komunikasi pustakawan (persfektif komunikasi Islam) Khatibah

PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM

ILMU KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN. Sumarjo Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN

PENDEKATAN SEMANTIK FRASE QAULAN SADIDA, MA RUFA, BALIGHAH, MAYSURA, LAYYINA, DAN KARIMA UNTUK MENEMUKAN KONSEP TINDAK TUTUR QURANI

BAB IV BENTUK KOMUNIKASI KONSELING DALAM AL QURAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

KONSEP GAYA BICARA GURU DALAM PEMBELAJARAAN MENURUT AL-QURAN Najmuddin Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Almuslim ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARA TOKOH AGAMA DENGAN REMAJA MASJID AL-MIHROB DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI DAKWAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI

Implikasi Kata Qaulan di dalam Al-Qur an terhadap Komunikasi Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 1213 Psikologi Dakwah Pemikiran Kearah Psikologi Dakwah Hubungan Psikologi Dakwah Dengan Ilmu Komunikasi

2 Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam ensiklopedia islam diartikan sebagai ajakan kepada islam. Jadi

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH

Etika Komunikasi Dakwah menurut Al-Quran

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar

DAKWAH: INTEGRAL, SINERGIS DAN HOLISTIK. Moh. Syahri Sauma STAI Luqman Al-Hakim Surabaya. Abstrak

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

2015 STUDI TENTANG RETORIKA DAKWAH YUSUF MANSUR DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR BERBICARA DALAM BENTUK CD INTERAKTIF UNTUK SISWA SMA

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

Standar Penampilan Pribadi.

KONSEP PENDIDIKAN BIRRUL WALIDAIN DALAM AL-QUR AN

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA WACANA KHOTBAH SALAT TARAWIH DI DESA TLOBONG KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

BAB III PENAFSIRAN AYAT 33 SURAT MARYAM

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

ABSTRAK

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan,

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

BAB I PENDAHULUAN. bagi kaum muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini dalam rangka

HOME WORK ACTIVITY TAHUN PELAJARAN

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

partisipan, terutama pihak pengirim komunikasi (komunikator), sering melupakan unsurunsur

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Ciri-Ciri Akhlak Rasulullah

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

1. Mata Kuliah. 2. Kode Mata Kuliah. 3. Komponen. 4. Jurusan. 5. Program Studi. 6. Program. 7. Bobot. : Tafsir II. Tafsir II. Written by Administrator

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP. menyelasaikan seluruh masalah yang ada dalam penelitian: 1. Apakah dalam teks lagu Iwan Fals mengandung nilai dakwah?

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa point penting hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: menunjukkan kepada terungkapnya prinsip-prinsip bertutur dalam Al-Qur an.

Bismillah MAKNA BERSAKSI Apakah bersaksi artinya kita mesti melihat apa yang kita persaksikan?

[ Indonesia Indonesian

2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

BAB V Hakekat Bahasa Santun dalam Al-Quran 1) Kesantunan dalam perspektif Al-Quran Santun dalam istilah Al-Quran bisa diidentikkan dengan akhlak dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

BAB III MENGANALISIS SURAT ABASA AYAT diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Surat ini di turunkan sesudah surat

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB V PEMBAHASAN. menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model pembelajaran tipe ini

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

BAB I PENDAHULUAN. harus disiarkan kepada seluruh umat manusia. Nabi Muhammad SAW pernah

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang

Transkripsi:

FORMULA KAIDAH DIKSI DALAM AYAT-AYAT ALQURAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KESANTUNAN BERBAHASA MASYARAKAT MADURA Hani ah Dosen PGSD Universitas Trunojoyo Abstrak: Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi antaranggota masyarakat menjadi salah satu perekat untuk mempertahankan komunitasnya. Komunikasi yang baik akan menciptakan hubungan yang baik pula. Oleh sebab itu, dalam berkomunikasi seseorang dituntut untuk mematuhi kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Kaidah tersebut terkait dengan aturan-aturan dalam memilih kata-kata, yang kemudian dikenal dengan istilah kaidah diksi. Kaidah diksi dalam komunikasi sehari-hari berbanding lurus dengan kaidah diksi atau aturan-aturan komunikasi dalam ayat-ayat Alquran. Sebagai contoh, Qaulan Ma rufa (QS. Al- Baqarah: 235; QS. An- Nisa : 5& 8; QS. Al-Ahzab: 32), Qaulan Maysura ( QS. Al-Isra : 28 ), Qaulan Kareima (QS. Al-Isra : 23), qaulan Sadieda (Annisa: 9), Qaulan Baligha (QS. an-nisa :63), Qaulan Layyina (QS. Thaha: 44) Kata-kata Kunci: Formula kaidah diksi, ayat-ayat Alquran, I. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial selalu membutuhkan interaksi antarsesamanya. Ketika manusia bertemu dengan manusia lain dalam komunitas, maka terjadilah interaksi sosial. Terbentuknya interaksi sosial sangat bergantung pada sukses tidaknya sebuah komunikasi. Sailendra (tanpa tahun: 2) mengatakan Komunikasi tergantung kepada dua posisi individu yang memiliki peran dalam sebuah interaksi. Komunikasi adalah proses interaksi antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Dalam menyampaikan pesan, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan situasi dan konteks pemakaiannya. Ketidaksesuaian pilihan kata dapat menyebabkan terganggunya komunikasi antara komunikator dan komunikan. 1

Tidak jarang pesan yang hendak disampaikan komunikator menjadi tidak jelas sehingga menimbulkan kesalahfahaman. Untuk menghindari kesalahpahaman, diperlukan pilihan kata. Dalam memilih kata-kata, ada aturan-aturan tertentu. Aturan tersebut dikenal dengan istilah Kaidah Diksi. Salah satu kaidah diksi dalam bahasa Indonesia adalah kaidah sosial, yang merupakan aturan-aturan tertentu pemilihan kata-kata dalam konteks interaksi sosial. Kaidah sosial dalam diksi menitikberatkan pada aspek kesantunan berbahasa sesuai dengan nilai-nilai kesopanan yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai kesopanan dalam kehidupan bermasyarakat tidak selalu sama. Namun, secara umum, tidak jauh berbeda. Artinya, ada masyarakat tertentu yang sangat berhati-hati dalam memilih kata karena sangat menjunjung tinggi nilainilai kesopanan. Tetapi, ada juga masyarakat yang lebih mementingkan keakraban. Ketika masyarakat yang lebih mengedepankan aspek keakraban berkomunikasi dengan kelompok yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, maka tidak menutup kemungkinan pilihan bahasa tersebut dianggap kurang sopan. Sehubungan dengan kaidah diksi yang dibahas dalam makalah ini, maka ada aturan yang bersifat universal, yakni pilihan kata-kata yang dianggap baik dan sopan dalam pandangan umum. Universalitas kesantunan dalam komunikasi, khususnya dalam pilihan kata sejatinya merupakan pengejewantahan dari aturan-aturan yang digariskan dalam Alquran. Alquran mempunyai formula khusus terkait dengan kaidah diksi. Ada beberapa ayat Alquran yang secara khusus mengajarkan aturan-aturan dalam berkomunkasi. Di sinilah perlunya kajian secara mendalam agar dapat dideskripsikan formula kaidah diksi dalam alquran. Hasil dari kajian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan perbandingan yang akan memperkuat penggunaan kaidah diksi dalam masyarakat. Berpijak pada pernyataan di atas, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang Formula Kaidah Diksi dalam Ayat-ayat Alquran. Kajian serupa seperti Model Komunikasi dalam Alquran oleh Rauf, Komunikasi Efektif dalam Perspektif Alquran oleh Ahmad Ridwan lebih menitikberatkan pada aspek komunikasinya, bukan pada pilihan kata-kata (diksi). karena dalam kedua 2

makalah tersebut hanya membahas aspek-aspek komunikasi dalam alquran, maka penulis memandang perlu untuk melengkapi kajian tersebut dan mendeskripsikan bagaimana formula kaidah diksi dalam ayat-ayat alquran serta bagaimana iplementasinya dalam komunikasi sehari-hari. II. PEMBAHASAN 2.1 Kaidah Diksi dalam Komunikasi Diksi atau pemilihan kata bukan sekadar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang sesuai dengan situasi dan konteks pemakaiannya. Selain itu, maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Oleh karena itu, dalam memilih kata diperlukan pertimbangan tertentu. Terkait dengan hal tersebut, Keraf (2002:24) mengatakan tentang pilihan kata sebagai berikut. 1) Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapanungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. 2) Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa- nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. 3) Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Uraian tersebut menggambarkan bahwa pemakaian kata dalam komunikasi mencakup tiga hal penting. Pertama, penguasaan sejumlah kosa kata. Kedua, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan maksud atau gagasan. Ketiga, kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut. Ketiga hal penting tersebut dikenal dengan istilah Kaidah Diksi. 3

Dalam kaidah diksi dijelaskan bahwa ketepatan memilih kata-kata juga harus mempertimbangkan kesesuaian kata dengan lingkungan pemakai, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial tertentu. Nilai sosial erat hubungannya dengan kesantunan berbahasa dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Nababan (2000:) bahwa Kesantunan dalam komunikasi tidak dapat lepas dari kerangka sosial budaya. Ia selalu berada dalam kerangka nilai sosial budaya tertentu. Di Indonesia, kesantunan berbahasa dititikberatkan pada kesantunan berbahasa Indonesia, baik dalam konteks nasional maupun konteks kedaerahan. Bangsa Indonesia memiliki warisan budaya yang luar biasa. Di antara warisan itu adalah tata krama dalam berkomunikasi, seperti: kebiasaan sikap santun dalam bertutur yang ditunjang dengan sikap menundukkan kepala dan merundukkan badan apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Sebagaimana diketahui bahwa pada kebanyakan bahasa daerah di Indonesia dikenal konsep Speech Level (Tingkat Kehalusan Berbahasa). Dalam bahasa Jawa misalnya, terdapat istilah bahasa Ngoko, Kromo Madyo, dan Kromo Inggil. Dalam hal ini penggunaan tata krama berbahasanya mengikuti aturan tertentu, yakni disesuaikan dengan umur, status sosial masyarakat, status ekonomi, dan status kekerabatan. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sangat memperhatikan tata krama dalam berkomunikasi. Berbicara tentang komunikasi yang santun, tidak dapat dilepaskan dari diksi atau pilihan kata. Dalam bahasa daerah, perbedaan antara bahasa Ngoko, Madyo, dan Kromo Inggil pada dasarnya terletak pada diksi. Oleh sebab itu, pilihan kata-kata menjadi tolok ukur kesantunan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Pendapat Sapir dan Worf (dalam Wahab, 1995) menyatakan bahwa bahasa menentukan perilaku budaya manusia memang ada benarnya. Seseorang yang ketika berbicara menggunakan pilihan kata-kata atau ungkapan yang santun, menyusunnya dengan struktur kalimat yang baik, menandakan bahwa kepribadian orang itu memang baik. Sebaliknya, jika ada orang yang sebenarnya kepribadiannya tidak baik, meskipun berusaha berbahasa secara baik, benar, dan santun di hadapan orang lain, pada saatnya 4

tidak mampu menutup-nutupi kepribadian buruknya sehingga muncul pilihan kata, ungkapan, atau struktur kalimat yang tidak baik. 2.2 Hermeneutika Qur ani, Sebuah Metode Alquran memiliki formula sendiri tentang masalah pilihan kata (diksi) dalam komunikasi sosial. Untuk itu, kajian dalam tulisan ini menggunakan Metode Hermeneutika Qur ani. Metode ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa Hermeneutika Qur ani merupakan penafsiran terhadap ayat-ayat Alquran dengan memperhatikan tiga hal pokok, yaitu teks, konteks, dan upaya kontekstualisasi (Faiz, 2003:12). Hermeneutika pada dasarnya merupakan metode untuk menafsirkan simbol yang berupa teks untuk dicari arti dan maknanya. Sebagai sebuah metode penafsiran, hermeneutika tidak hanya memandang dan berusaha menyelami makna yang terkandung di dalamnya. Lebih dari itu, hermeneutika juga mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan teks di masa lampau untuk kemudian dibawa ke masa sekarang. Lebih jauh, Hasan Hanafi sebagaimana dikutip Rida (1367H: 293) mengatakan bahwa hermeneutika bukan sekadar ilmu interpretasi atau teori pemahaman, tetapi juga sebagai ilmu yang menjelaskan penerimaan wahyu sejak dari tingkat perkataan sampai ke tingkat dunia. Ilmu tentang proses wahyu dari huruf sampai kenyataan, dari logos sampai praksis dan juga transformasi wahyu dari Pikiran Tuhan kepada kehidupan manusia. Tidak heran jika dikatakan bahwa persoalan pertama dan utama dalam hermenutika Qur ani adalah bagaimana menafsirkan pesan Tuhan yang memakai bahasa langit agar dapat dipahami oleh manusia yang menggunakan bahasa bumi. Dengan metode ini, maka ayat-ayat Alquran yang mengandung aturanaturan dalam memilih kata-kata dalam berkomunikasi, yang berasal dari Tuhan nantinya mudah dipahami oleh manusia sehingga dapat diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 2.3 Hasil Temuan 2.3.1 Formula Kaidah Diksi dalam Alquran 5

Menyandang predikat sebagai mahkluk sosial, manusia selalu terlibat interaksi dengan orang lain, baik secara kelompok maupun secara personal. Keterlibatannya dalam interaksi antarpribadi, manusia melakukan pertukaran pesan melalui berbagai macam simbol yang disepakati bersama, yakni bahasa. Dari interaksi inilah lambat laun tercipta nilai-nilai bersama yang kemudian disebut sebagai nilai sosial. Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara berkomunikasi antarsesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan dan penghormatan pada lawan bicara. Sehubungan dengan hal tersebut, Alquran mempunyai formula tersendiri dalam memilih kata-kata sehingga komunikasi antarpribadi dapat berjalan dengan harmonis dan selaras. Berikut formula kaidah diksi dalam berkomunikasi yang terdapat dalam Alquran. 1) Memilih kata-kata yang kariema Memilih kata-kata yang kariema sebagai salah satu formula kaidah diksi dalam berkomunikasi, terdapat dalam surat Al-Isra ayat 23: Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra: 23) Dilihat dari segi bahasa, kata kariema berarti perkatan mulia. Perkataan yang mulia adalah perkataan yang memberi penghargaan dan penghormatan kepada orang yang diajak bicara. Sehubungan dengan diksi atau pilihan kata, maka kata yang termasuk kategori kariema adalah katakata yang mencerminkan kemuliaan, atau menggambarkan sikap memuliakan orang yang diajak bicara. 2) Memilih kata-kata yang ma rufa 6

Kata Qaulan Ma`rufa disebutkan Allah dalam Al-Quran sebanyak lima kali. Dalam QS An-Nissa: 5, QS An-Nissa: 8, QS Al Baqarah: 235, QS Al Baqarah: 263, QS Al-Ahzab: 32. Kata ma`rufa dari kelima ayat tersebut, berbentuk isim maf`ul dari kata arafa, besinonim dengan kata al-khair atau al-ikhsan yang berarti baik. Dan wakuuluu linnasi husnan sederajat dengan kalimat qaulan ma`rufan yang bermakana perkataan yang baik atau ungkapan yang pantas atau tepat. Secara bahasa arti ma rufa adalah baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat (Shihab, 2000:125). Ucapan yang baik adalah ucapan yang diterima sebagai sesuatu yang baik dalam pandangan masyarakat lingkungan penutur. Dengan demikian, hubungan harmonis antarwarga akan terus dipelihara, dan karena itulah ayat ini ditetapkan dengan perintah ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik (Shihab, 2000:330-332). Perkataan yang baik maksudnya perkataan yang menimbulkan rasa tentram dan damai bagi orang yang mendengarkannya baik interpersonal communication, group communication dan Mass communication. Qaulan Ma`rufa berarti kata-kata yang bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, dan menunjukan pemecahan kesulitan. Qaulan Ma`rufa lebih banyak ditunjukan kepada wanita atau orang yang kurang beruntung kehidupannya. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan pantas kepada orang lain. Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan betapa pentingnya berbicara yang baik dengan siapapun, dimanapun, dan kapanpun, dengan syarat pembicaraan itu dapat mendatangkan manfaat dan pahala, baik untuk komunikator dan juga komunikan. Dalam Tafsir Al-Qurtubi dijelaskan mengenai Qaulan ma rufa, yaitu melembutkan kata-kata dan menepati janji. Dan beberapa ulama berselisih mengenai kata. Sebagian mengartikan: Serulah mereka, semoga Allah melimpahkan keberkahan bagimu dan menjagamu. Ada sebagian yang lain mengartikan yaitu Berilah janji dengan janji yang baik (Al-Maraghi, 1988: 33) 3) Memilih kata-kata yang layyina 7

Kata qaulan Layyina disbutkan dalam QS Thaahaa: 44, yang berbunyi, Maka berbicaralah kamu berdua kepadanyna dengan kata kata yang lemah lembut, mudah- mudahan ia ingat akan takut. Menurut Al-Maraghi Qaulan Layyinan berarti pembicaraan yang lemah lembut agar lebih dapat mnyentuh hati dan menariknya untuk menerima dakwah. Sedangkan menurut Ibnu kasir, yang dimaksud layyinan ialah kata kata sindiran/ bukan dengan kata-kata terus terang. Al-Zuhaily mengatakan, Maka katakanlah kepadanya (Firaun) dengan tutur kata yang lemah lembut (penuh persaudaraan) dan manis didengar, tidak menampakkan kekerasan dan nasihatilah dia dengan ucapan yang lemah lembut agar dia lebih tertarik karena dia akan merasa takuk dengan siksa yang dijadikan oleh Allah melalui lisannya. Maksudnya agar nabi Musa dan Nabi Harun meninggalkan sikap yang kasar. Berdasarkan tiga pendapat di atas dapat disimpulakan Qaulan Layyina memiliki makna kata-kata yang lemah lembut, suara yang enak didengar, sikap yang bersahabat, dan perilaku yang menyenangkan dalam menyerukan agama Allah. Dengan kata-kata Qaulan Layyinan, orang yang diajak berkomunikasi akan merasa tersentuh hatinya, tergerak jiwannya dan tentram batinnya, sehingga ia akan patuh. Dari ayat Al-Hujurat ayat 2, Luqman ayat 19, dan An-Nisaa ayat 158 dapat ditarik kesimpulan yakni: a. Larangan berkata keras, berarti bahwa suara yang bernada keras dan tinggi akan mendatangkan emosi yang berlebihan, mengundang setan, dan meruntuhkan akal sehat. b. Larangan berkata buruk, (kata kata yang kotor) c. Perintah berkata lunak, yang bernada sederhana. 4) memilih kata-kata yang balinga Qaulan Baligha diartikan sebagai pembicaraan yang fasih atau tepat, jelas maknanya, terang, serta tepat mengungkapkan apa yang dikehendakinya atau juga dapat diartikan sebagai ucapan yang benar dari segi kata. Dan apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif. 8

Ucapan yang artikulatif atau fasih lebih menarik dan dapat meminimalisir kesalahpahaman antara komunikan dan komunikator. Sebaliknya, ucapan yang tidak artikulatif, akan membosankan sehingga kurang mendapat perhatian dari komunikan atau pendengar. 5) Memilih kata-kata yang maysura Al-Isra Ayat 28, Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas (baik). Ayat tersebut menunjukan, Allah memberikan pendidikan kepada Nabi Muhammad saw. untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam menghadapi keluarga dekat, orang miskin, dan musafir. Secara etimologis, kata Maysura berasal dari kata Yasara yang artinya mudah atau gampang. Digabung dengan kata Qaulan menjadi Qaulan Maysura berarti berkata dengan mudah dan gampang. Berkata dengan mudah maksudnya kata-kata yang digunakan mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Dalam tafsir Al-Maraghi kata Qaulan Masyuran berarti kata-kata yang mudah dan lunak. Sebagaimana dikatakan para ahli komunikasi bahwa ada dua dimensi dalam komunikasi, yaitu (1) isi pesan (content), (2) Penyampaian pesan (metakomunikasi). Jadi, agar pesan dapat diterima oleh pendengar, maka pesan tersebut hendaknya disampaikan dengan cara yang mudah. Salah satu prinsip komunikasi dalam Islam adalah setiap berkomunikasi harus bertujuan mendekatkan manusia dengan Tuhannya dan hamba-hamba-nya yang lain. Seorang komunikator yang baik adalah komunikator yang mampu menampilkan dirinya sehingga disukai dan disenangi orang lain. Untuk dapat disenangi orang lain, ia harus memiliki sikap simpati (menempatkan diri secara imaginaif dalam posisis orang lain) dan empati (berada pada posisi orang lain). 6) Memilih kata-kata yang Sadieda Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa: 9) 9

Perkataan qaulan sadieda berarti perkataan yang benar. Namun, tidak sesederhana itu. Perkataan qaulan sadida diungkapkan Al-Quran dalam konteks pembicaraan mengenai wasiat. Menurut beberapa ahli tafsir seperti Hamka, At-Thabari, Al- Baghawi, Al-Maraghi dan Al-Buruswi bahwa qaulan sadida dari segi konteks ayat mengandung makna kekuatiran dan kecemasan seorang para pemberi wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk ucapan-ucapan yang lemah lembut, jelas, jujur, tepat, baik, dan adil. Lemah lembut artinya cara penyampaian menggambarkan kasih sayang. Jelas mengandung arti terang sehingga ucapan itu tak mengandung penapsiran lain. Jujur artinya transparan, apa adanya, tak ada yang disembunyikan. Tepat artinya kena sasaran, sesuai yang ingin dicapai, dan sesuai pula dengan situasi dan kondisi. Baik sesuai dengan nilai-nilai, naik nilai moral-masyarakat maupun ilahiyah. Sedangkan adil mengandung arti isi pembicaraan tidak berat sebelah atau memihak. 1.4 Implementasi Kaidah Diksi dalam Alquran dalam Komunikasi Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan terpisah dari komunitasnya. Menyandang predikat sebagai mahkluk sosial, manusia selalu terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, baik secara kelompok maupun secara personal. Keterlibatannya dalam interaksi antarpribadi merupakan salah satu kegiatan dasar manusia dalam proses sosial. Dalam interaksi, manusia melakukan pertukaran pesan melalui berbagai macam simbol yang disepakati bersama, yakni bahasa. Bahasa yang digunakan masyarakat berhubungan dengan struktur dan lapisan yang dimiliki masyarakat setempat. Ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin kompleks suatu masyarakat, maka stuktur masyarakat itu semakin rumit pula. Kompleksitas masyarakat juga ditentukan oleh ragam budaya dan proses-proses yang dihasilkan sehingga bahasa yang digunakan mengikuti aturan atau norma yang berlaku. 10

Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antarpribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan antar pribadi itu mampu memberikan dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang lain. Untuk dapat menjaga hubungan baik dengan anggota masyarakat yang lain, diperlukan komunikasi yang baik pula. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang sesuai dengan aturan atau norma dalam masyarakat yang lebih dikenal dengan etika komunikasi. Etika komunikasi merupakan sistem komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana seseorang harus hidup secara baik sebagai manusia. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa sistem komunikasi berhungan dengan struktur dan lapisan masyarakat. Dalam hal ini, adanya tingkatan-tingkatan dalam komunikasi. Tingkatan-tingkatan komunikasi yang dimaksud adalah krama, madya, dan ngoko, atau dikenal dengan bahasa tingkat tinggi (high style), menengah (midle style), dan bahasa tingkat rendah (low style). Bahasa tingkat tinggi (high style) dipilih oleh masyarakat yang status hierarkhinya lebih rendah untuk dipergunakan kepada masyarakat yang status hierarkhinya lebih tinggi, sebagai bentuk penghormatan. Misalnya, seorang anak kepada orang tua, murid kepada guru, santri kepada kiai. Bahasa tingkat tinggi atau yang lebih dikenal dengan bahasa halus dalam masyarakat Madura pada kenyataannya merupakan reaktualisasi formula kaidah diksi dalam ayat-ayat Alquran Formula kaidah diksi dalam ayat-ayat Alquran diaplikasikan dalam konsep kesantunan. bertujuan untuk mengatur tata cara berkomunikasi antarsesama dalam rangka menjunjung tinggi etika dengan pertimbangan status hierarkhi. Hal ini sejalan dengan pendapat Schiffrin (1994:32) bahwa Penggunaan bahasa dalam komunikasi terkait dengan paradigma fungsional yang memandang bahasa sebagai suatu sistem sosial budaya. Sebagai sistem 11

sosial budaya, keberadaan bahasa terikat oleh aturan dan nilai sosial yang berlaku di masyarakat. (Saryono, 1995:4). Salah satu sistem sosial budaya masyarakat Madura adalah konsep Buppa, Babu, Guruh, Ratoh. Atas dasar inilah kesantunan dalam bahasa Madura memiliki konsep yang berbeda dengan bahasa Daerah lainnya di Idonesia. Kesantunan berbahasa tidak dilihat dari pilihan kata-kata semata, melainkan juga bagaimana kata-kata itu diucapkan dengan intonasi tertentu. Berdasarkan kerangka acuan tersebut, dapat dilihat bagaimana formula kaidah diksi dalam Alquran kemudian menjadi formula khusus dalam bahasa Madura halus. Wujud aplikasi aplikasinya dapat dilihat dari contoh-contoh berikut. a) Kata-kata yang kariema Dilihat dari segi bahasa, kata kariema berarti perkatan mulia. Perkataan yang mulia adalah perkataan yang bertujuan untuk memberi penghargaan dan penghormatan kepada orang yang diajak bicara. Sehubungan dengan diksi atau pilihan kata, maka kata yang termasuk kategori kariema adalah kata-kata yang tergolong dalam kelompok high style, dalam bahasa Madura dikenal dengan bahasa enggi bhunten. Bahasa tersebut dipergunakan oleh masyarakat yang hierarkhinya lebih rendah kepada masyarakat yang status hierarkhinya lebih tinggi, sebagai bentuk penghormatan, misalnya murid kepada guru atau oleh santri kepada kiai. b) Kata-kata yang ma rufa Ma`rufa berarti perkataan yang baik atau ungkapan yang patut atau tepat. Dalam bahasa Madura ada kosa kata yang tergolong sebagai kata yang kasar, menengah, dan halus, yakni bahasa enggi-bhunten, enggi enten dan njek-iyah. Kosa kata yang tergolong dalam kelompok-kelompok tersebut dalam penggunaannya mengikuti aturan-aturan kepatutan. Misalnya, kepatutan penggunaan bahasa enggi-bhunten adalah murid kepada guru atau oleh santri kepada kiai. Sementara enggi enten digunakan oleh teman 12

sebaya dengan menunjukkan kesopanan. Sedangkan bahasa njekiyah.digunakan oleh orang tua kepada anaknya. c) Kata-kata yang layyina Kata qaulan Layyina berarti pembicaraan yang lemah lembut. Dalam konteks bahasa Madura, bahasa yang lemah lembut dapat dilihat dari intonasi penggunaan kata-kata. Misalnya, enggi (ya) dengan dengan e nggi (yang diucapkan dengan lebih lembut dan terkesan ditarik) memiliki tingkat kesopanan yang berbeda. Kata yang kedua dipandang lebih sopan karena pengucapannya lebih lembut. d) Kata-kata yang balinga Qaulan Baligha diartikan sebagai pembicaraan yang fasih dan benar dari segi kata. Dan apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif. Ucapan yang artikulatif atau fasih lebih menarik dan dapat meminimalisir kesalahpahaman antara komunikan dan komunikator. Sebaliknya, ucapan yang tidak artikulatif, akan membosankan sehingga kurang mendapat perhatian dari komunikan atau pendengar. Dengan demikian, maka komunikasi tidak efektif. Hubungan konsep ini dengan bahasa Madura adalah bahwa bahasa yang sengaja diucapkan secara tidak artikulatif dipandang sebagai sikap yang tidak sopan. Oleh sebab itu, untuk menunjukkan kesopanan dalam berbahasa tidak hanya dituntut memilih kata-kata yang tergolong high style, melainkan juga perlu pengucapan yang jelas dan artikulatif. e) Kata-kata yang maysura Maysura berarti ucapan yang mudah,. Kesantunan dalam komunikasi tidak semata-mata dilihat dari pilihan diksinya, melainkan juga bagaimana diksi tersebut mampu mewadahi pesan yang hendak disampaikan. Artinya, bahasa itu akan dianggap santun apabila pesan disampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna. Dalam komunikasi yang santun, seseorang tidak 13

dengan sengaja menggunakan bahasa yang sulit dipahami oleh lawan bicaranya. Dalam konteks ini, komunikasi yang santun dapat diukur dari transparansi komunikasi karena tidak mempersulit orang lain untuk melakukan penafsiran-penafsiran atas bahasa-bahasa yang sulit. f) Kata-kata yang Sadieda Perkataan qaulan sadieda berarti yang perkataan yang benar terutama berhubungan dengan isi pesan. Konsep sadieda telah menjadi tolok ukur kesantunan berbahasa dalam masyarakat Madura. Sebagus apapun kata-kata yang yang dipilih oleh seseorang, maka hal tersebut tidak dianggap sopan apabila pesan yang disampaikan hanyalah kebohongan semata. Oleh sebab itu, kesantunan berbahasa tidak semata-mata dilihat dari tinggi-rendahnya kelas kata yang dipilih, melainkan juga dapat dilihat dari benar-tidaknya isi pesan yang disampaikan kepada lawan bicara. III. SIMPULAN A. Alquran mempunyai formula khusus terkait dengan kaidah diksi. Ada beberapa ayat Alquran yang secara khusus mengajarkan aturan-aturan dalam berkomunikasi. Sebagai contoh, Qaulan Ma rufa (QS. Al- Baqarah: 235; QS. An- Nisa : 5& 8; QS. Al-Ahzab: 32), Qaulan Maysura ( QS. Al-Isra : 28 ), Qaulan Kareima (QS. Al-Isra : 23), qaulan Sadieda (Annisa: 9), Qaulan Baligha (QS. an-nisa :63), Qaulan Layyina (QS. Thaha: 44). Kaidah diksi atau aturan-aturan komunikasi dalam ayatayat Alquran.berbanding lurus dengan kaidah diksi dalam komunikasi sehari-hari, khususnya untuk menunjukan nilai kesantunan dalam komunikasi. B. Dalam masyarakat Madura, nilai kesantunan dalam komunikasi sejatinya merupakan aplikasi dari aturan-aturan komunikasi yang terdapat dalam Alquran. Misalnya, (1) Qaulan kariema adalah kata-kata yang tergolong dalam kelompok high style, dalam bahasa Madura dikenal dengan bahasa enggi bhunten. (2) Ma`rufa berarti perkataan yang baik atau ungkapan 14

yang patut atau tepat. Dalam bahasa Madura ada kepatutan penggunaan kosa kata sesuai dengan golongan bahasa enggi-bhunten, enggi enten dan njek-iyah. (3) Kata qaulan Layyina berarti pembicaraan yang lemah lembut. Dalam konteks bahasa Madura, bahasa yang lemah lembut dapat dilihat dari intonasi penggunaan kata-kata. (4) Qaulan Baligha merupakan bahasa yang artikulatif. Untuk menunjukkan kesopanan dalam berbahasa madura tidak hanya dituntut memilih kata-kata yang tergolong high style, melainkan juga perlu pengucapan yang jelas dan artikulatif. (5) Maysura berarti ucapan yang mudah,. Dicerna sehingga tidak mempersulit lawan bicara untuk memahami pesan.(6) Perkataan qaulan sadieda berarti yang perkataan yang benar yakni tidak mengandung kebohongan. DAFTAR PUSTAKA Al-Maraghi, Mustafa. 1988. Tarjamah Singkat Tafsir Al-Maraghi Cet. I. terjemahan Noer Aly, Bahrun Abu Bakar. Semarang: PT. Toha Putera. Alquran dan terjemahanya Depag RI, PT kumodasmono Grafindo Semarang, tahun 1994. Faiz, Fakhruddin.2003. Hermeneutika Qur ani: Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi. Yogyakarta: Penerbit Qalam. Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia. Nababan, P.W.J. 2000. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Gramedia. Shihab, Quraisy. 2000. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur an. Jakarta: Lentera Hati. Rida, Muhammad Rasyid. 1367H. Tafsir al-manar Juz III. Kairo: Darul Manar. Sailendra, Artina. tanpa tahun. Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsp Sopan Santun dalam Komunikasi Pembantu Rumah Tangga dengan MajikanDiKecamatanRungkut.http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/abs.pdf. diakses tanggal 8 Mei 2012 Wahab, Abdul. 1995. Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra. Katsir, Ibnu, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir, terjemahan Salim Bahreisy & Said Bahreisy, PT. Bina Ilmu, 1990. Saryono, Djoko. 1995. Tata Krama Komunikasi Berbahasa Indonesia. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Negeri Malang. Schiffrin, D. 1994. Approuch to Discourse. Combridge: Blackwell Publishers. 15