BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik. kesimpulan, yaitu :

dokumen-dokumen yang mirip
RAHASIA BANK THALIS NOOR CAHYADI, M.A., M.H., CLA

RAHASIA BANK. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790]

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat

SELUK BELUK PENGATURAN RAHASIA BANK SYARIAH. Rusdan Fakultas Ekonomi Islam IAI Nurul Hakim Kediri Lombok Barat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti.

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Dalam Buku III

BAB V. Kesimpulan dan Saran. yang memiliki berbagai macam kegunaan. Selain menjadi salah satu sektor

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472]

SEKILAS ULASAN UU PERBANKAN SYARIAH Oleh: Arief R. Permana, S.H., M.H. 1 dan Anton Purba, S.H., LL.M 2

kejahatan ekonomi di bidang perbankan dalam hukum pidana yang akan datang.

TINDAK-TINDAK PIDANA PERBANKAN INDONESIA Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H., FCBArb

PERBANDINGAN PERHITUNGAN BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN PADA PT. BANK MANDIRI

BAB I. KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH [LN 2008/94, TLN 4867]

KETENTUAN PIDANA DALAM UU NO. 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

I. PENDAHULUAN. kemajuan. Dunia perekonomian yang serba maju, secara psikologis berpengaruh pula

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

BAB I PENDAHULUAN. mengenai nasabah serta dana yang disimpannya dari pihak-pihak yang dapat

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Presiden Republik Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perputaran uang yang terjadi, hal itu akan semakin mendorong pertumbuhan

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha. Hal ini yang akan menimbulkan dunia perbankan tidak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

Departemen Hukum Otoritas Jasa Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi: diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAQ PBI Offshore Product

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai jasa yang ditawarkan. Menurut Undang-undang Rl

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

GIRO DAN DEPOSITO A. PENGERTIAN GIRO

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /KMK.06/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

MASALAH PENGGUNAAN CEK KOSONG DALAM TRANSAKSI BISNIS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN. Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasar Uang Antar Bank

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN UANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/6/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI INFORMASI PRODUK BANK DAN PENGGUNAAN DATA PRIBADI NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

berdasarkan prinsip syariah. Bank syariah di Indonesia, baik yang berbentuk bank undang-undang perbankan (UU No. 10 tahun 1998)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi, Perusahaan Keuangan, Pasar Modal, Holding. bank adalah lembaga perbankan itu sendiri.

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Yang dimaksud dengan multilateral netting adalah mekanisme perhitungan hak dan kewaji

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG

BAB II RAHASIA BANK SECARA UMUM. boleh secara terbuka diungkapkan kepada pihak masyarakat. Dalam hubungan ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai penghidupan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERTANGGUNGJAWABAN PERBANKAN DALAM PENJUALAN REKSADANA ILEGAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN HUKUM HUBUNGAN BANK DENGAN NASABAH. Kemudian pihak bank menggunakan dana yang disetorkan tersebut untuk

No pengaturan dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta penjelasannya. Dalam Pasal 70 tersebut diatur bahwa

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu : 1. Hubungan kontraktual antara bank dan nasabah dalam transaksi di perbankan adalah hubungan kontraktual berdasarkan perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak yang diatur di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu sepakat mereka yang mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu sebab yang halal dan suatu hal tertentu. Hubungan hukum antara Bank Swasta tersebut dengan nasabahnya terjadi setelah kedua belah pihak menandatangai perjanjian untuk memanfaatkan produk jasa yang ditawarkan bank, dimana setiap produk bank selalu terdapat ketentuan-ketentuan yang ditawarkan oleh Bank Swasta tersebut. Dengan adanya persetujuan dari nasabah ini berarti nasabah telah menyetujui isi perjanjian, dengan demikian berlaku asas pacta sun servanda. Kemudian apabila melihat pada kasus pembocoran data nasabah yang dilakukan oleh Bank Swasta seperti yang dibahas pada penulisan ini, maka Bank Swasta tersebut tidak 133

134 dapat menjalankan kewajibannya sebagai lembaga keuangan dalam usaha perbankan, untuk mengelola data Nasabahnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, hubungan kontraktual di bidang perbankan terdiri atas pendanaan antara Bank dengan Nasabahnya, dengan didasarkan oleh fungsi utama dari suatu bank. Kemudian selain di bidang pendanaan, hubungan kontraktual antara Bank dengan Nasabahnya di bidang perkreditan dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil. Maka dari itu, dalam menjaga rahasia nasabahnya sudah menjadi kewajiban Bank untuk tetap menjaga rahasia keuangan nasabah dalam artian, segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kewajiban bank untuk mengamankan dana nasabah, yang dalam kaitannya dengan tanggung jawab mengamankan uang nasabah perlu mengadakan suatu jaminan simpanan uang pada bank, kewajiban untuk menerima sejumlah uang dari nasabah, dengan mengingat fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dana masyarakat, maka bank berkewajiban untuk menerima sejumlah uang dari nasabah atas produk perbankan yang dipilih, seperti tabungan dan deposito, kewajiban untuk melaporkan kegiatan perbankan secara transparan kepada masyarakat dan kewajiban bank untuk mengetahui secara mendalam tentang nasabahnya.

135 2. Pengkategorian Data Nasabah dapat disebut sebagai Rahasia Dagang yang dilindungi dalam rezim HKI, harus didasari bahwa rahasia dagang merupakan informasi di bidang teknologi atau bisnis, tidak diketahui umum, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha serta dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang. Hal tersebut dikarenakan data nasabah merupakan sistem informasi dalam bidang teknologi atau bisnis transaksi mengenai keuangan nasabah, data nasabah tersebut tidak diketahui oleh masyarakat luas, data nasabah bank tersebut sudah jelas memiliki nilai ekonomis yaitu berupa jumlah saldo rekening Nasabah tersebut. Di dalam penggunaan data nasabah yang dilakukan oleh pihak Bank, makabank Swasta tersebut dapat memberikan informasi tentang data nasabahnya, harus sesuai dengan Pasal 40 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Bank Swasta tersebut dapat memberikan informasi data nasabah yang sudah diatur di dalam Pasal 44A ayat (1) Undang-Undang Perbankan menegaskan bahwa atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis. Oleh karena itu, ciri-ciri Rahasia Bank termasuk kedalam rezim Rahasia Dagang HKIadalah sebagai berikut: a. Bersifat informasi di bidang teknologi atau bisnis. Data nasabah merupakan informasi Nasabah yang ada dalam sistem kompterisasi Bank yang menyimpan data-data informasi Nasabah yang

136 kepentingannya untuk bisnis dan kegiatan ekonomi Nasabah tersebut. b. Tidak diketahui umum. Data nasabah yang ada di suatu Bank, berdasarkan peraturan perbankan dan peraturan internal Bank tidak dapat diketahui oleh khalayak banyak karena bersifat rahasia untuk melindungi kepentingan Nasabah tersebut. c. Mempunyai nilai ekonomikarena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang (pihak Bank). Data nasabah yang dijaga kerahasiaannya oleh Bank, merupakan data-data informasi Nasabah yang salah satunya adalah jumlah saldo rekening. Dalam penggunaan data nasabah yang dilakukan oleh Pihak Bank, maka pengecualian rahasia bank mengacu Pasal 40 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1998 yaitu untuk kepentingan perpajakan Adapun untuk kepentingan perpajakan (jika permintaan tertulis oleh menteri keuangan mencantumkan data berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/19/PBI /2000 tentang persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis membuka rahasia bank), untuk kepentingan penyelesaian piutang bank yang telah diserhakan kepada BUPLN/PUPN (Peraturan Bank Indonesia Nomor: 2/19/PBI /2000 tentang persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis membuka rahasia bank), untuk kepentingan peradilan dalam perkara

137 pidana, dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah, dalam tukarmenukar informasi antar bank, atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan atau ahli warisnya dan dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia. 3. Tanggungjawab korporasi dan Pegawai Bank dalam menjaga Data Nasabah dengan Pihak Ketiga, berdasarkan asas vicarious liabilitybahwa korporasi dapat dituntut bertanggungjawab. Menurut asas ini, bila seseorang agen atau pekerja korporasi bertindak dalam lingkup pekerjaannya dan dengan maksud untuk menguntungkan korporasi, melakukan suatu kejahatan, tanggungjawabnya dapat dibebankan kepada perusahaan.pertanggungjawaban Pegawai Bank dalam hal ini adalah Direksi Bank Swasta memberikan sanksi kepada pegawai bank pribadi yang membocorkan data nasabahnya. Pegawai bank adalah semua pejabat dan karyawan Bank Swasta tersebut yang diberi wewenang dan tanggungjawab untuk melaksanakan tugas operasional bank, juga mempunyai akses terhadap informasi mengenai keadaan bank. Kemudian, Direksi Bank Swasta harus bertanggungjawab atas pembocoran data nasabah tersebut. Akibat hukumnya adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadiankejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum. Jadi, apabila kita melihat tugas Bank

138 dalam menjaga krahasia data nasabah, maka Bank Swasta tidak menjalankan asas-asas hukum (khusus). Hal ini beralasan karena Bank Swasta tersebut tidak dapat menjalankan asas-asas diatas salah satu contohnya dengan bocornya data diri dan data keuangan nasabah, yang akibatnya masyarakat telah kehilangan kepercayaannya terhadap Bank Swasta tersebut B. Saran Saran peneliti mengenai data nasabah dan pertanggungjawaban Bank dalam pembocoran data nasabah, adalah: 1. Bagi Akademisi Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kerahasiaan data nasabah mengenai pertanggungjawaban bank kewajiban bank dalam menjaga kerahasiaan data nasabah membutuhkan pengaturan lebih lanjut agar menjadi jelas. Perlu pengkajian lebih dalam tentang tanggungjawab hukum suatu Bank dalam pengelolaan data nasabah serta mengenai kerahasiaan data nasabah mengenai kewajiban bank untuk menjaga data nasabah dengan baik sebagai masukan guna kemajuan ilmu hukum khususnya di bidang hukum perbankan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan mendorong adanya perkembangan ilmu hukum terkait kerahasiaan data nasabah terkait dengan pertanggungjawaban bank.

139 2. Bagi Masyarakat Masyarakat dalam hal ini nasabah perlu membaca syarat dan ketentuan ketika akan menjadi nasabah. Nasabah juga perlu memahami hak-haknya yang akan diberikan oleh pihak bank dalam menjaga kerahasiaan data nasabah sesuai sebagaimana yang telah diatur di dalam peraturan perundangundangan mengenai perbankan. Kemudian nasabah juga agar bisa lebih kritis apabila terdapat syarat-syarat yang diberikan oleh bank cenderung merugikan nasabah tersebut. 3. Bagi Pemerintah Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan melalui Bank Indonesia memperketat mengenai kerahasiaan data nasabah pada suatu bank. Hal tersebut bertujuan agar memberikan sanksi tegas kepada bank yang melakukan pelanggaran dalam bentuk pembocoran data nasabah serta untuk lebih meningkatkan kredibiltas Bank Swasta tersebut dan meningkatkan kepercayaan masyarakat khususnya nasabah. Pemerintah juga perlu mengeluarkan peraturan yang lebih terperinci mengenai tanggungjawab bank dalam pengelolaan data nasabah sebagai bentuk implementasi dari Peraturan Bank Indonesia khususnya tentang tanggungjawab hukum Bank atas kerahasiaan data nasabah. Selain itu, demi mengisi kekosongan hukum, maka perlu membentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur bahwa kerahasiaan data nasabah (rahasia bank) termasuk ke dalam rezim Rahasia Dagang HKI.