WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150 Tambahan Lembaran Negara

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BUPATI GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/20M.PAN/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik;

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH. PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 10 "A TAI-lUri c2.017 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 48 TAHUN No. 48, 2017 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 33 Tahun : 2015

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 12 Tahun 2018 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 30 TAHUN 2015

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 130 TAHUN 2016

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 7.1 TAHUN 2018 TENTANG TAHAPAN PEMBERIAN IZIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

bahwa sehubungan dengan telah diundangkannya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 41 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN WALIKOTA BINJAI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.738, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Penyediaan Akomodasi. Pendaftaran. Prosedur.

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK BIDANG PERIZINAN

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI DEMAK PROVVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 40 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 24 TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN PEMBERIAN IZIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembara

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keteram

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 737, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Perjalaann Wisata. Pendaftaran.

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

7. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 34 TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA WISATA PERAHU LAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

'~\,.~'.~ ~ Y WALIKOTA SURAKARTA PERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG

TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG PENGELOLAAN DAN PENANDATANGANAN PERIZINAN

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL BAGI PEMBERI KERJA PEKERJA MELALUI MEKANISME PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa Sistem Jaminan Sosial merupakan program nasional yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi rakyat; b. bahwa dalam rangka memberikan kepastian pelaksanaan jaminan sosial bagi Pemberi Kerja dan Pekerja di Kota Depok, perlu didukung dengan melakukan optimalisasi penyelenggaraan jaminan sosial di bidang pelayanan publik; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Wali Kota tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bagi Pemberi Kerja Pekerja Melalui Mekanisme Pelayanan Terpadu Satu Pintu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, Dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 238, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5481); 7. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221); 8. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; 2

9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengenaan dan Pencabutan Sanksi Administratif Tidak Mendapat Pelayanan Publik Tertentu Bagi Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara; 10. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Depok (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2016 Nomor 10); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALI KOTA TENTANG OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL BAGI PEMBERI KERJA PEKERJA MELALUI MEKANISME PELAYANAN TERPADU SATU PINTU. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Wali Kota ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Pemerintah Daerah Kota Depok yang selanjutnya disebut Pemerintah Kota adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Wali Kota adalah Wali Kota Depok. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Depok. 5. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat DPMPTSP adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Depok. 6. Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat PD adalah unsur pembantu Wali Kota dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. 3

7. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. 8. Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui DPMPTSP. 9. Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. 10. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. 11. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan menurut perjanjian atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian antara pengusaha dengan tenaga kerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya. 12. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya bukan penyelenggara Negara yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 13. Izin adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada setiap orang atau badan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dalam rangka pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan. 14. Pelayanan Publik Tertentu adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap orang atau perusahaan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Depok meliputi izin, tanda daftar, atau yang sejenisnva. 4

15. Virtual Account/Kode Iuran adalah nomor rekening virtual yang disediakan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan untuk pemberi kerja dan perorangan sebagai rekening tujuan dalam pembayaran iuran. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud dan Tujuan Peraturan Wali Kota ini adalah sebagai dasar hukum bagi Pemerintah Kota untuk mewajibkan Pemberi Kerja agar mendaftarkan dirinya dan/atau Pekerjanya dalam program Jaminan Sosial. Pasal 3 Optimalisasi penyelenggaraan Jaminan Sosial Pekerja melalui mekanisme pelayanan terpadu satu pintu bertujuan untuk: a. memberikan perlindungan sosial kepada Pemberi Kerja dan Pekerja; b. meningkatkan kesadaran Pemberi Kerja dalam mendaftarkan dirinya dan/atau Pekerjanya dalam program Jaminan Sosial. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 4 Ruang lingkup Peraturan Wali Kota ini memuat pengaturan mengenai pelaksanaan optimalisasi penyelenggaraan Jaminan Sosial Pekerja melalui mekanisme pelayanan terpadu satu pintu meliputi: a. mekanisme pengajuan permohonan; b. kepesertaan program jaminan sosial; c. tata cara pengenaan sanksi. 5

BAB IV MEKANISME PENGAJUAN PERMOHONAN Pasal 5 (1) Pengajuan permohonan perizinan baru pemohon harus mencantumkan bukti pendaftaran dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. (2) Dalam hal pengajuan permohonan perpanjangan perizinan dan/atau perubahan, pemohon harus mencantumkan bukti bayar lunas iuran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. (3) Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi: a. Izin Prinsip Penanaman Modal; b. Izin Lokasi; c. Izin Pemanfaatan Ruang; d. Izin Mendirikan Bangunan; e. Izin Pendahuluan; f. Izin Pemasangan Reklame; g. Izin Gangguan; h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Mikro; i. Izin Usaha Bidang Industri, terdiri dari: 1. Izin Usaha Industri; 2. Tanda Daftar Industri. j. Perizinan Bidang Lingkungan Hidup, terdiri dari : 1. Izin Pengelolaan Limbah Cair; 2. Izin Lingkungan; 3. Izin Pembuangan Limbah B3. k. Izin Pelayanan Kesehatan Swasta, terdiri dari : 1. Izin Rumah Sakit Kelas C dan D; a) Izin Mendirikan Rumah Sakit; b) Izin Operasional. 2. Izin Klinik; 3. Izin Radiologi; 4. Izin Laboratorium; 5. Izin Apotek; 6. Izin Optik; 7. Izin Toko Obat; 8. Izin Salon Kecantikan; 6

9. Izin Griya Tradisional; 10. Izin Sarana Pelayanan Dialisis; 11. Izin Pelayanan Darah; 12. Izin Sarana Pemberantasan Hama. l. Tanda Daftar Usaha Pariwisata, terdiri dari: 1. Izin Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi; 2. Izin Usaha Penyediaan Akomodasi; 3. Izin Usaha Jasa Makanan dan Minuman; 4. Izin Usaha Jasa Perjalanan Wisata; 5. Izin Usaha Jasa Transportasi Wisata; 6. Izin Usaha Kawasan Pariwisata; 7. Izin Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi dan Pameran; 8. Izin Usaha Jasa Konsultan Pariwisata; 9. Izin Usaha Jasa Informasi Pariwisata; 10. Izin Usaha Jasa Pramuwisata; 11. Izin Usaha Wisata Tirta; 12. Izin Usaha Solus Per Aqua (SPA). m. Izin Usaha Jasa Konstruksi; n. Izin Usaha Perikanan dan Tanda Daftar Usaha Perikanan; o. Izin Usaha Peternakan: 1. Izin Prinsip; 2. Izin Usaha Peternakan. p. Izin Usaha Pemotongan Hewan atau Unggas; q. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan dan Izin Usaha Toko Modern, terdiri dari: 1. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (Pertokoan, Mall, Plaza dan Pusat Perdagangan); 2. Izin Usaha Toko Modern (Minimarket, Supermarket, Departement Store, Hypermarket dan Perkulakan); 3. Izin Usaha Pasar Tradisional. r. Izin Pengelolaan Tempat Parkir; s. Izin Pendirian dan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar Swasta; t. Izin Operasional Kursus (PKBM/BIMBEL/LKP); 7

u. Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing; v. Izin Operasional Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI); w. Izin Operasional Bursa Kerja Khusus (BKK); x. Izin Operasional Lembaga Pelatihan Kerja (LPK); y. Izin Operasional Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN); z. Izin Operasional Yayasan/Panti/Organisasi Sosial. Pasal 6 (1) Bukti Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilengkapi dengan pernyataan kesanggupan untuk menyerahkan data Pekerja dan membayar iuran yang pertama. (2) Bukti Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bukti kepesertaan dan berlaku paling lama 3 (tiga) bulan sejak izin diterbitkan. (3) Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemberi Kerja tidak mendaftarkan seluruh Pekerjanya dan/atau tidak membayarkan iuran kepesertaan BPJS dan/atau mendapatkan sanksi administrasi dari BPJS, maka BPJS memberikan rekomendasi kepada PD untuk dilaksanakan pengawasan dan pengendalian. BAB V KEPESERTAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL Pasal 7 (1) Pemberi Kerja selain Penyelenggara Negara Wajib: a. mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan; b. memberikan data dirinya dan pekerjanya berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS Kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan; 8

c. memungut iuran dari pekerjanya, membayar iuran yang menjadi tanggung jawabnya, dan menyetor iuran kepada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Kewajiban melakukan pendaftaran kepesertaan Program Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku bagi setiap pemberi kerja pada Badan Usaha Milik Negara, usaha besar, usaha menengah, usaha kecil dan usaha mikro sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 8 (1) Setiap Pemberi Kerja yang akan melakukan perpanjangan izin yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota melalui DPMPTSP, wajib melampirkan tanda bukti kepesertaan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dan bukti pembayaran iuran bulan terakhir pada berkas permohonan perpanjangan izin. (2) Setiap Pemberi Kerja yang telah menerima izin yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota setelah berlakunya Peraturan Wali Kota ini, wajib mendaftarkan dirinya dan seluruh pekerjanya sebagai peserta Jaminan Sosial kepada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterbitkannya izin. (3) Setiap Pemberi Kerja yang telah menerima Izin yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota sebelum berlakunya Peraturan Wali Kota ini, wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal dilakukan sosialisasi oleh BPJS Kesehatan dan/atau BPJS Ketenagakerjaan. (4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), pendaftaran terhadap pekerjanya yang telah terdaftar sebagai peserta pada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. 9

Pasal 9 (1) Setiap Pemberi Kerja yang mengikuti lelang pengadaan barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kota, wajib melampirkan Surat Pernyataan Kesediaan Mematuhi Ketentuan Jaminan Sosial Bagi Pekerja dalam Dokumen Penawarannya. (2) Kewajiban melaksanakan ketentuan jaminan sosial dicantumkan dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa antara pemenang lelang dengan Pejabat Pembuat Komitmen di lingkungan Pemerintah Kota Depok. (3) Pemenang lelang wajib melampirkan bukti kepesertaan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dan bukti pembayaran iuran bulan terakhir kepesertaan pekerja yang dipekerjakannya. (4) Dalam hal Pemenang Lelang tidak melampirkan bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka diberikan sanksi berupa penundaan pembayaran termin pertama sampai dengan dilunasinya pembayaran iuran kepesertaan pekerjaanya pada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BAB VI TATA CARA PENGENAAN SANKSI Pasal 10 (1) Pemberi Kerja selain Penyelenggara Negara yang melanggar ketentuan pada Pasal 7 ayat (1) diberikan teguran dan dikenakan sanksi oleh BPJS sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Apabila Pemberi Kerja tidak mengindahkan teguran dan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS memberikan rekomendasi kepada DPMPTSP untuk melakukan pengawasan. (3) Rekomendasi BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan pertimbangan DPMPTSP untuk menghentikan pelayanan publik. (4) Penghentian pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa penagguhan pemberian izin baru, perpanjangan izin dan/atau perubahan izin. (5) Pelayanan publik dapat diberikan kembali setelah pemberi kerja meyerahkan bukti pendaftaran kepesertaan BPJS. 10

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Depok. Ditetapkan di Depok pada tanggal 2 Juni 2017 WALI KOTA DEPOK, TTD K.H. MOHAMMAD IDRIS Diundangkan di Depok pada tanggal 2 Juni 2017 SEKRETARIS DAERAH KOTA DEPOK, TTD HARRY PRIHANTO BERITA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2017 NOMOR 27 11