BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk dalam suatu negara

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain. Dalam melakukan pembangunan ekonomi dibutuhkan berbagai kriteria khusus dalam menentukan sektor-sektor basis atau sektor unggulan. Terlebih di era globalisasi seperti saat ini, negara berkembang seperti Indonesia yang mengharuskan setiap wilayah memiliki potensi khusus yang harus dikembangkan agar tidak jauh tertinggal dengan perkembangan ekonomi di negara-negara maju. Suatu negara selalu menginginkan perekonomian yang maju dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Maka pembangunan ekonomi sangat penting dilakukan dalam mencapai sasaran tersebut. Pembangunan ekonomi memiliki sasaran dalam meningkatkan kecerdasan, taraf hidup hingga kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi memiliki peran yang utama, maka diperlukan adanya keterkaitan yang optimal antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan penganggaran sebagai salah satu upaya memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan ekonomi agar tercipta 1

2 pembangunan ekonomi yang efektif dan efisien. Tentu dalam mencapai semua tujuan itu harus berfokus pada potensi masing-masing disuatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja serta daya saing untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama sama mengambil inisiatif pembangunan daerah di mana sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Arsyad, 1999). Hal ini sama yang dipaparkan oleh Dodik (2012), Pembangunan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, bersama-sama dengan masyarakatnya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk merangsang perkembangan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat daerah. Tujuan pokok pembangunan ekonomi menurut Jhingan (1992:420) ialah untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan

3 dan industri. Modal juga diperlukan untuk mendirikan berbagai fasilitas infrastruktur seperti sekolah, rumah sakit, jalan raya, jalan kereta api, dan sebagainya. Teori ekonomi basis mengklasifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Yang dimaksud kegitan basis adalah kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang maupun jasa ditujukan untuk ekspor keluar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional dan internasional (Hendayana, 2003 dalam Elsjamina, 2014). Dengan menggunakan paradigma pembangunan wilayah masa kini yaitu Endogenous Development Strategy yang memadukan faktor endowments (modal pembangunan secondary r.esources) dengan kemampuan SDM yang dikembangkan secara sustainable, maka pembangunan dan pertumbuhan Kabupaten Madiun di masa mandatang akan semakin terarah, jelas, terukur dan sesuai target. Strategi ini bertujuan membuka peluang investasi dan menciptakan minat investasi di berbagai bidang. Dengan masuknya investasi diharapkan dapat menciptakan multiplier effect secara forward-backward linknge, yang menuju pada social welfare. Endogenous Development Strategy merupakan strategi pembangunan yang mengokohkan karakteristik wilayah yang dipadukan dengan pembangunan SDA, dengan menggali, menemukan dan menetapkan potensi-potensi pembangunan daerah (sektor unggulan dan produk unggulan) yang dapat menjadi kekuatan dan push factor pembangunan. Penggalian potensi ini sangat

4 penting, karena diharapkan pembangunan menjadi lebih fokus untuk mengembangkan potensi yang sudah ada. Di samping itu segala potensi tersebut akan dapat "dijual" kepada para investor. (Purwanti, 2008). Pemerintah selalu dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian dan investasi swasta yang diharapkan mampu untuk memicu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Keberadaan investasi inilah yang akan mendorong pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi pada sektor-sektor lain. Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Pendapatan tambahan tersebut dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun. (Tambunan, 2001: 2 dalam Dodik 2012). Pada umumnya Produk Domestik Regional Bruto di Indonesia dibagi dalam sembilan sektor ekonomi, antara lain: Sektor pertanian, Sektor Pertambangan dan penggalian, Industri pengolahan, Listrik dan air minum, Bangunan dan konstruksi, Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, Jasa-jasa. Sama halnya dengan daerah-daerah lain, Kabupaten Madiun menerapkan salah satu indikator sektor unggulan dengan melihat data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dimana besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Madiun diperoleh dari jumlah seluruh nilai tambah dari

5 produk barang maupun jasa yang di ukur dari berbagai aktivitas ekonomi di wilayah kabupaten Madiun. PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Madiun tahun 2011 mencapai 9.118.181,88 juta. Angka ini terus bertambah selama 5 tahun ke depan sampai tahun 2015. Hal ini sama halnya dengan PDRB kabupaten Madiun jika dilihat dari harga berlaku yang selama 5 tahun dari tahun 2011-2015 selalu mengalami penigkatan yang signifikan. Pertumbuhan PDRB selama 5 tahun tersebut di dominasi sektor pertanian, pada sektor ini memberikan kontribusi hampir 35% dari jumlah PDRB. Sektor listrik dan gas merupakan sektor paling kecil dalam menyumbang kontribusi PDRB kabupaten Madiun yaitu hanya sebesar 1%. Berikut merupakan data PDRB Kabupaten Madiun atas dasar harga konstan dan harga berlaku Tahun 2011-2015 seperti dibawah ini : Tabel 1.1 Pruduk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kabupaten Madiun Tahun 2011-2015 (Jutaan Rupiah) Tahun Harga Konstan Harga Berlaku 2011 9.118.181,88 9.118.181,88 2012 9.135.698,24 10.181.983,12 2013 9.654.148,56 11.293.562,04 2014 10.169.684,29 12.531.745,97 2015 10.705.114,97 13.874.666,14 Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2015 Dari 38 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur kabupaten Madiun merupakan salah satu daerah otonom yang memiliki kebebasan dalam memberikan pelayanan pada masyarakat, menyelenggarakan pemerintahan serta

6 melakukan perencanaan, pemanfatan dan pengawasan potensi ekonomi yang ada di wilayah Kabupaten Madiun. Kesungguhan pemerintah dalam membangun daerah ini diukur dengan adanya suatu sistem pemerintahan yang dikenal dengan istilah Otonomi daerah. Untuk mendukung hal itu pemerintah mengeluarkan Undang-undang 22 Nomor Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No.32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004. Undang-undang tersebut merupakan landasan bagi daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri dengan lebih mengandalkan kemampuan dan potensi yang dimiliki daerah. Undang-undang ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar (local discretion) kepada daerah untuk merancang berbagai program pembangunan yang sesuai dengan keinginan masyarakat setempat (local needs). Sejak Otonomi Daerah tersebut diberlakukan, peran pemerintah daerah dalam mengelola rumah tangganya sendiri semakin besar. Tuntutan untuk mampu membiayai urusan rumah tangga tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa pemerintah daerah beserta perangkatnya harus bekerja keras agar mampu menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan daerah untuk pelayanan terhadap masyarakat. (Yulianita, 2012). Produk domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator dalam menghitung perkembangan perekonomian. Nilai dan kontribusi yang

7 besar akan memberikan dampak bagi PDRB kabupaten Madiun. Berikut merupakan data PDRB atas harga konstan Tahun 2011 sampai 2013 : Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 sampai 2013 (Jutaan Rupiah) Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Sektor Nilai % Nilai % Nilai % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3.212.472,40 36,65 3.136.750,19 34,34 3.201.108,17 33,16 112.342,95 1,24 107.568,83 1,18 108.336,72 1,12 911.146,53 9,91 896.074,90 9,81 954.101,66 9,88 8.344,20 0,10 9.262,71 0,10 9.837,57 0,10 15.263,95 0,17 15.932,14 0,17 16.947,36 0,18 957.042,80 10,35 953.338,86 10,44 1.032.507,93 10,69 1.333.348,57 14,62 1.370.301,40 15,00 1.491.136,55 15,45 120.638,26 1.36 127.118,18 1,39 141.287,90 1,46 198.072,53 2,21 200.028,40 2,19 212.384,77 2,20 219.844,70 2,47 231.497,83 2,53 59.513,65 2,69 223.170,94 2,54 226.349,86 2,48 24.954,37 2,50 Keterangan : Sektor 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Listrik dan Gas; 5. Pengadaan air, pengelolaan sampah; 6. Konstruksi; 7. Perdagangan besar dan eceran; 8. Transportasi dan pergudangan, 9. Penyediaan akomodasi; 10. Jasa keuangan; 11. Jasa lainnya. Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2015 Berdasarkan tabel 1.2 sektor pertanian Tahun 2011 memiliki PDRB sebesar 3.212.472,40 juta dan nilai kontribusi sebesar 36,65 %. Namun, pada tahun 2012 sektor pertanian megalami penurunan 3.136.750,19 yang juga sebanding lurus dengan penurunan nilai kontribusi sebesar 34,34%. Meskipun demikian sektor pertanian merupakan penyumbang kontribusi tertinggi PDRB

8 kabupaten Madiun. Sedangkan sektor terendah adalah sektor listrik dan gas dimana nilai kontribusinya dari tahun 2011 sampai 2014 rata-rata hanya mencapai 0,10%. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Madiun merupakan Kabupaten yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan namun disisi lain Kabupaten Madiun memiliki beberapa sektor yang dianggap kurang menguntungkan. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai beberapa permasalahan sebagai berikut yaitu dalam menentukan sektor basis dan non basis di wilayah Kabupaten Madiun serta bagaimana konstribusi sektor unggulan terhadap perekonomian dan pembangunan di Kabupaten Madiun dengan judul penelitian ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011-2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis perekonomian di wilayah Kabupaten Madiun tahun 2011-2015? 2. Bagaimana perubahan struktur perekonomian di wilayah Kabupaten Madiun tahun 2011-2015?

9 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sektor basis dan non basis perekonomian di wilayah Kabupaten Madiun tahun 2011-2015. 2. Untuk mengetahui perubahan struktur perekonomian di wilayah Kabupaten Madiun tahun 2011-2015. D. Manfaat Penelitian Melihat dari tujuan penelitian diatas maka yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pemerintah daerah, sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan mengenai masalah-masalah perencanaan pembangunan serta upaya pemerintah dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan msyarakat khususnya di Kabupaten Madiun. 2. Bagi UMS, untuk menambah referensi bagi perpustakaan UMS sebagai bahan bacaan dalam menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca maupun mahasiswa. 3. Bagi Peneliti, sebagai syarat dan tanggung jawab peneliti dalam menempuh pendidikan sarjana.

10 E. Metode Penelitian 1. Variabel-variabel Untuk menganalisis data diperlukan definisi operasional masingmasing variabel penelitian. Variabel merupakan subyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB Kabupaten Madiun 2011-2015. 2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, antara lain : PDRB Kabupaten Madiun dan PDRB Provinsi Jawa Timur 2011-2015, data ini digunakan untuk menganalisis sektor yang berpotensi dan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Madiun serta kontribusi sektor unggulan di Kabupaten Madiun. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Madiun dan Provinsi Jawa Timur. Selain itu, data sekunder lainnya yang masih ada kaitannya dengan tujuan penelitian ini. 3. Metode Analisis Data A. Analisis Location Quotient (LQ) Untuk menganalisis sektor basis dan non basis dikabupaten Madiun digunakan metode analisis Location Quotient (LQ). Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam ekonomi basis sebagai langkah awal dalam memahami sektor kegiatan dari PDRB Kabupaten Madiun yang menjadi pemacu pertumbuhan.

11 Ada dua cara untuk mengukur LQ, yaitu melalui pendekatan nilai tambah atau PDRB dan pendekatan tenaga kerja. Berkaitan dengan tujuan penelitian, dalam mengukur LQ menggunakan pendekatan nilai tambah atau PDRB (Taringan, 2009: 39) adalah sebagai berikut : Dimana : Vi Vt Yi Yt LQ > 1 LQ < 1 LQ = 1 : Nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang rendah : Nili PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah : Nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas : Total PDRB pada tingkat PDRB yang lebih atas : Sektor basis : Sektor Nonbasis : Sama dengan daerah lain B. Analisis Shift Share Esteban Marquilas melakukan modifikasi dari analisis shift share Klasik dengan cara mendefinisikan kembali kedudukan atau keunggulan kompetitif sebagai komponen ketiga dari teknik shift share dan menciptakan komponen shift share yang keempat yaitu pengaruh

12 Alokasi (Aij). Formula analisis shift share Esteban Marquilas adalah sebagai berikut (Hermanto 2000 dalam Fatimah dkk 2013): C. D ij = N ij + M ij + C ij + A ij F. Sistematika Penulisan berikut : Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai BAB I Pendahuluan Berisi mengenai uraian latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Merupakan paparan mengenai teori-teori yang dibutuhkan untuk penelitian ini seperti landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. BAB III Metode Penelitian Merupakan uraian tentang variabel penelitian dari definisi operasional variabel, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

13 BAB IV Hasil dan Pembahasan Terdiri dari deskripsi obyek penelitian, analisis data, dan pembahasan masalah penelitian. BAB V Penutup Terdiri dari kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan saran-saran bagi pihak-pihak terkait dalam masalah penyerapan tenaga kerja.