BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab dibidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan beberapa tahun sebelumnya sangat berbeda. Perbedaannya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu instrument yang digunakan negara untuk menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dapat terselesaikan dengan cepat, mudah dan praktis. Konsep inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. terbukti bahwa pada pendapatan negara sebesar Rp Triliun bersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. bawah Departemen Keuangan yang memiliki tugas untuk mengamankan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman luar negeri. Arum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangunan negara (Soemitro dalam Handayani dan Supadmi, 2012). Salah

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

pembiayaan dan pembangunan dalam negeri. Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana dengan penerimaan pajak ini negara dapat membiayai semua kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil. Dari sektor pajak diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

2015 PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN DAN KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) TERHADAP EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

BAB I PENDAHULUAN. paling populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2011:1). Untuk itu pemerintah melalui

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pemerintah, pembangunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembayar pajak, dan (2) melakukan ketentuan perpajakan secara seragam untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. hal yang diharapkan oleh suatu bangsa yang telah merdeka. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada perkembangan dan kemajuan dalam bidang kearsipan. Berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan. rangka pelaksanaan pembangunan yang bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera diperlukan pembangunan yang merata. Berdasarkan data yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penerimaan pajak di Indonesia dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Guna

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak berperan penting sebagai sumber penerimaan negara di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara, maka negara menetapkan perpajakan sebagai salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan pembangunan, baik pembangunan ditingkat pusat maupun daerah. Pembangunan yang merata dalam segala bidang kehidupan masyarakat merupakan cita-cita dan harapan bangsa ini agar dapat terciptanya masyarakat Indonesia yang makmur, adil, dan sejahtera. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya negara Indonesia memerlukan dana atau penerimaan yang cukup besar bagi kas negara. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa pajak memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembangunan negara. Penerimaan pajak merupakan sumber utama pendapatan negara dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Dalam Liberti Pandiangan (2008) menyebutkan bahwa lebih dari 80% total penerimaan negara dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari penerimaan pajak. Pajak bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan dan peningkatan sarana publik. Alokasi pajak tidak hanya diberikan kepada rakyat yang membayar pajak tetapi juga untuk kepentingan rakyat yang tidak membayar pajak. Dengan demikian, peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Target penerimaan pajak senantiasa 1

2 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya tuntutan akan peningkatan penerimaan pajak mendorong Direktorat Jenderal Pajak terus melakukan reformasi perpajakan berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial serta memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak. Sistem perpajakan di Indonesia menganut self assessment system, sehingga sangat dibutuhkan peran aktif serta partisipasi positif Wajib Pajak dalam menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri besarnya pajak yang terutang, serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat dimana Wajib Pajak terdaftar. Namun seringkali masalah yang selalu dihadapi Wajib Pajak dalam proses penyusunan dan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah bentuk formulir yang kerap kali berubah dan karena panjangnya antrian pada saat melaporkan SPT di Kantor Pelayanan Pajak, sehingga Wajib Pajak enggan untuk menyusun dan melaporkan SPT tersebut. Birokrasi yang cukup rumit pada saat Wajib Pajak ingin melakukan perpanjangan jangka waktu pelaporan SPT juga kerap memicu Wajib Pajak dalam mengeluhkan sistem perpanjangan jangka waktu pelaporan sebelumnya, yakni sistem secara manual yang mengharuskan wajib pajak bertemu dengan Account Representative untuk mengkonsultasikan permohonan perpanjangan jangka waktu pelaporan SPT. Konsultasi dengan Account Representative seperti ini seringkali membuat Wajib Pajak risih dan merasa tidak nyaman, tentu saja hal ini berdampak pada rendahnya kepuasan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT.

3 Direktorat Jendral Pajak melakukan modernisasi sistem administrasi perpajakan guna meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan sehingga dapat meningkatkan penerimaan negara. Dengan modernisasi kantor pelayanan perpajakan maka kinerja dapat ditingkatkan berdasarkan fungsi, sekaligus mengurangi interaksi antara petugas perpajakan dan Wajib Pajak untuk meminimalisasi praktik korupsi. Modernisasi tidak hanya terbatas pada alat, perangkat, dan sistem tetapi juga berharap modernisasi mental dan integritas aparat pajak jauh lebih penting. Modernisasi perpajakan meliputi reformasi kebijakan, reformasi administrasi dan reformasi pengawasan. Reformasi kebijakan terdiri dari amandemen undang-undang antara lain UU No. 36 tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan, UU No. 16 tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), UU No. 42 tahun 2009 mengenai PPN dan PPnBM. Reformasi administrasi merupakan reformasi yang dilakukan berkaitan dengan organisasi, teknologi informasi dan SDM, sedangkan reformasi pengawasan terkait dengan adanya kode etik pegawai seirama dengan pelaksanaan good governance dan equal treatment dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian tujuan modernisasi perpajakan adalah (1) tercapainya tingkat kepatuhan (tax compliance) yang tinggi, (2) tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi dan (3) tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Modernisasi administrasi perpajakan dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak yaitu dengan menerbitkan peraturan Direktur Jendral Pajak nomor: PER-

4 44/PJ/2010 tentang bentuk, isi, dan tata cara pengisian serta penyampaian surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai (SPT masa PPN) lalu dirubah menjadi peraturan Direktur Jendral Pajak nomor: PER-11/PJ/2013 tentang perubahan atas peratuaran direktur jendral pajak nomor PER-44/PJ/2010. Hal ini dilakukan sebagai bentuk peningkatan kualitas pelayanan perpajakan terhadap wajib pajak salah satunya dikembangkannya pelaporan pajak terutang dengan menggunakan elektronik SPT (e-spt). Pelaporan pajak terutang melalui SPT manual dinilai masih memiliki kelemahan khususnya bagi wajib pajak yang melakukan transaksi cukup besar harus melampirkan dokumen (hardcopy) dalam jumlah cukup besar kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sementara proses perekaman data memakan waktu cukup lama sehingga pelaporan SPT menjadi tertunda dan terlambat serta menyebabkan denda. Selain itu dapat terjadi kesalahan (human error) dalam proses ulang perekaman data secara manual oleh fiskus. Dalam sistem modernisasi sekarang ini pembuatan profil adalah suatu hal yang baru dan mesti dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Modern, salah satu bentuk modernisasi pajak yaitu dengan adanya Account Representative (AR) dimana dengan adanya Account Representative (AR) tersebut pada seksi pengawasan dan konsultasi setiap Kantor Pelayanan Pajak di tuntut untuk lebih dekat, lebih mengenal dan lebih tahu akan kondisi wajib pajaknya. Peranan Account Representative (AR) didalam memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak sangat diperlukan. Dan dengan berlakunya sistem Account Representative (AR) sebagai salah satu wujud pelayanan prima kepada

5 wajib pajak, diharapkan dapat membantu peningkatan penerimaan pajak melalui kegiatan intensifikasi wajib pajak yaitu dengan pembuatan profil wajib pajak yang nantinya akan digunakan sebagai dasar acuan dalam tahapan awal pelaksanaan pemeriksaan pajak. Sehingga proses pemeriksaan yang dilaksanakan nantinya dapat berjalan lebih fokus dan memiliki kualitas dan keakuratan hasil yang sangat baik. Kepuasan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan atau jasa yang dikehendaki Wajib Pajak, sehingga jaminan kualitas pelayanan menjadi prioritas utama. Wajib pajak mempunyai persepsi yang tinggi terhadap kualitas pelayanan yang akan diterimanya. Persepsi ini seringkali berbeda dengan kualitas pelayanan yang diterimanya. Kepuasan Wajib Pajak dapat menjadi refleksi dari kinerja atau kualitas pelayanan Account Representative (AR) kepada wajib pajaknya. Secara umum kepuasan dan ketidakpuasan tersebut merupakan perbedaan antara harapan dan kenyataan kinerja atau kualitas pelayanan yang dirasakan. Peningkatan kualitas pelayanan diharapkan dapat menigkatkan kepuasan Wajib Pajak dalam bidang perajakan. Pada sistem e-spt dan kualitas pelayanan Account Representative yang tersedia tidak semua orang merasa puas dengan modernisasi pelayanan perpajakan tersebut seperti fenomena berikut: Pada tahun 2013, dalam proses penarikan pajak terutama tersebut, banyak masyarakat yang mengeluhkan perilaku petugas pajak yang memperlakukan Wajib Pajak (WP) dengan kasar bahkan layaknya pencuri. Direktur Jendral Pajak Fuad Rahmany memberikan pandangan akan hal ini. Dia meminta para Wajib

6 Pajak lebih memaklumi atas perilaku pemungut pajak selain itu memastikan akan memperingatkan mereka dan ini menjadi masukan instansinya untuk memperbaiki pelayanan dengan lebih baik. (http://bisnis.liputan6.com) Pada tahun 2014, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sudah mendeklarasikan sistem pelaporan pajak secara elektronik (e-filing), namun banyak Wajib Pajak (WP) belum memanfaatkan sistem tersebut, salah satunya untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh). Seorang Staf Akunting perusahaan yang bergerak di bidang distributor bahan bangunan, PT Surya Praba Jatisatya mengaku belum pernah sama sekali menggunakan e-filing karena beberapa kekhawatiran. Sementara Petugas Pelayanan Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Menteng Dua yang tidak ingin disebutkan namanya mengakui penggunaan e-filling pada penyampaian SPT 2014 masih cukup rendah karena sistemnya banyak mengundang keluhan. Mungkin karena gencarnya kami sosialisasi dan maintenance sehingga loading atau trafik tinggi dan berimbas pada server. (http://bisnis.liputan6.com) Pada tahun 2015, Beberapa warga mengeluh soal pelayanan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak melalui sistem layanan SPT online (e-filing). seorang warga Cibubur, Jakarta Timur mengaku kesulitan mengakses layanan e-filing. Padahal dirinya sudah punya e-fin atau kode nomor untuk mengakses sistem e- filing. Hal yang sama juga diutarakan salah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini mengatakan kesulitan mengakses layanan e-filing meski dilakukan tengah malam karena Loading-nya cukup lama. (http://finance.detik.com)

7 Beberapa penelitian mengenai penerapan e-spt dan kualitas pelayanan Account Representative telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan wajib pajak tersebut. Menurut hasil penelitian Furi Fathul Jannah (2014) yang berjudul Pengaruh Efektivitas Penggunaan Fasilitas E- Filing Terhadap Kepuasan Wajib Pajak dalam Pelaporan SPT pada KPP Pratama Bandung Cicadas diperoleh kesimpulan bahwa efektifitas penggunaan e-filing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan wajib pajak dalam pelaporan SPT. Menurut hasil penelitian Sri Rahayu (2009) yang berjudul Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak diperoleh kesimpulan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Menurut hasil penelitian Stefanny Radja Ludji dan Retnaningtyas Widuri (2013) yang berjudul Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Kantor Pelayanan Pajak Madya Surabaya Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Badan Di Surabaya Tahun 2013, diperoleh kesimpulan bahwa kualitas layanan Kantor Pelayanan Pajak Madya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan Wajib Pajak Badan di Surabaya tahun 2013 baik secara simultan maupun parsial. Menurut hasil penelitian Novi Purnama Sari yang berjudul Pengaruh Penerapan e-spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan SPT (Studi Kasus Pada KPP Madya Malang) diperoleh kesimpulan bahwa menunjukkan bahwa variabel manfaat kegunaan sistem (usefulness) berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan artinya responden percaya jika menggunakan e-spt dalam pelaporan pajak akan membantu meningkatkan

8 kinerjanya. Menurut hasil penelitian Rio Septiadi Ademarta (2008) yang berjudul Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang Dan Solok diperoleh kesimpulan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak yang terdaftar di KPP Pratama Padang dan Solok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut telah mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan e-spt dan profesionalisme Account Representative, untuk mengetahui sejauhmana tingkat kepuasan wajib pajak. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada Wajib Pajak.. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PENERAPAN E-SPT DAN PROFESIONALISME ACCOUNT REPRESENTATIVE TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK: SURVEY PADA KPP PRATAMA BANDUNG CIBEUNYING. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di muka, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan e-spt pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 2. Bagaimana profesionalisme Account Representative pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 3. Bagaimana tingkat kepuasan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

9 4. Seberapa besar pengaruh penerapan e-spt terhadap kepuasan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 5. Seberapa besar pengaruh profesionalisme Account Representative terhadap kepuasan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying 6. Seberapa besar pengaruh penerapan e-spt dan profesionalisme Account Representative terhadap kepuasan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan e-spt pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 2. Untuk mengetahui profesionalisme Account Representative pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 3. Untuk mengetahui besarnya tingkat kepuasan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penerapan e-spt terhadap kepuasan wajib pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh profesionalisme Account Representative terhadap kepuasan wajib pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

10 6. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penerapan e-spt dan profesionalisme Account Representative terhadap kepuasan wajib pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.4.1 Kegunaan Praktis Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya bagi: a. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai pengaruh penerapan e- SPT dan kualitas pelayanan Account Representative sebagai salah satu bentuk penerapan sistem administrasi perpajakan modern. b. Bagi Instasi Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan masukkan dan referensi pada perusahaan untuk pengambilan keputusan yang berguna bagi Direktorat Jendral Pajak dalam memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak sebagai salah satu tujuan dari reformasi administrasi perpajakan melaui penerapan e-spt dan kinerja Account Representative, serta kendala-kendala yang menghambat dalam penarapan sistem administrasi perpajakan modern

11 c. Bagi Pihak Lain Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi salah satu tambahan ilmu serta referensi penelitian selanjutnya dan khusnya untuk menguji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. 1.4.2 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan ilmu pengetahuan khususnya bidang akuntansi mengenai pengaruh penerapan e- SPT dan kualitas pelayanan Account Representative sebagai salah satu bentuk penerapan sistem modernisasi administrasi perpajakan di lingkungan Direktorat Jendral Pajak. Serta sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya dalam mendorong kepercayaan masyarakat terhadap sistem administrasi perpajakan modern di Indonesia. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian penyusunan skripsi ini, dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cibeunying. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai dengan selesai.