Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

II TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan suatu peran (Soekanto, 1990:268). Menurut Palan, peran adalah merujuk pada hal yang harus dijalankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1) Muhammad TWH, Drs.H. Peristiwa Sejarah di Sumatera Utara,(2011:85)

PERANAN MAYOR JENDERAL SUDARSONO DALAM PERISTIWA 3 JULI 1946 DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

A. Pengertian Orde Lama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dan politik memiliki definisinya masing-masing. Secara sederhana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

Dari Maklumat, Penculikan, sampai Pembunuhan

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1988 TENTANG BADAN KOORDINASI BANTUAN PEMANTAPAN STABILITAS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lain, sementara kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang

Surat-Surat Buat Dewi

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

Sosialisme Indonesia

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

I. PENDAHULUAN. Orde Baru lahir dari tekad untuk melakukan koreksi total atas kekurangan sistem politik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk,

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

BAB I PENDAHULUAN. tokoh perjuangan lainnya, seperti dengan Tan Malaka, Soekarno, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN

BAB V KESIMPULAN. beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana. Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Ketika Bung Karno Didemo Tentara

(1) PENCERMATAN DAN PERNYATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan tanggal 17 Agustus Sebagai

Komunisme dan Pan-Islamisme

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencatatan sejarah adalah sangat penting,karena tanpa pencatatan sejarah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

I. PENDAHULUAN. yakni sebagai pelabuhan pusat perdagangan rempah-rempah daerah Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

RENGASDENGKLOK. Written by Soesilo Kartosoediro Thursday, 19 August :51 -

PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Suatu Studi Di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur)

Transkripsi:

10 II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Peranan Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku dari orang yang memiliki kedudukan atau status. (http://www.google.com/modulonline/pengertian Peranan). lebih lanjut peranan menurut Koentjaraningrat merupakan suatu peranan khas yang dipentaskan atau ditindakkan oleh individu dalam kedudukan dimana ia berhadapan dengan individu-individu dalam kedudukan lain (Koentjaraningrat, 1986 : 169). Konsep peranan menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar mengatakan bahwa yang dimaksud peranan itu meliputi 3 hal yaknu : 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

11 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. (Soerjono Soekanto, 1982 : 269) Peranan ialah suatu perilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu, peranan yang dapat dipelajari sebagai bagian dari individu (Cohen, 1992:76). Peranan dalam hal ini sebagai tindakan nyata yang dilakukan baik secara individu maupun bersama-sama yang sesuai dengan status atau kedudukannya untuk mencapai tujuan tertentu. Cohen juga menyatakan bahwa dalam melaksanakan suatu peranan tertentu kita diharapkan oleh masyarakat agar menggunakan cara-cara yang sesuai dengan yang mereka harapkan. Keadaan semacam ini disebut sebagai Prescribed role (peranan yang dianjurkan). Tetapi, adakalanya orang-orang yang diharapkan ini tidak berperilaku konsisten terhadap harapan-harapan orang lain. Keadaan seperti itu disebut dengan Enacted role (peranan nyata) yaitu keadaan sesungguhnya dari seseorang dalam menjalankan peranan tertentu (Bruce J. Cohen, 1992 :81). Ketidakselarasan pelaksanaan kedua peranan tersebut mungkin disebabkan oleh : 1. Kurangnya pengertian para individu terhadap persyaratan-persyaratan bagi peran yang harus ia jalankan. 2. Kesengajaan untuk bertindak menyimpang dari persyaratan peran yang diharapkan. 3. Ketidakmampuan individu memainkan peran tersebut secara efektif.

12 Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa peranan merupakan kemampuan sesorang atau individu dalam memainkan fungsinya untuk bertindak secara efektif dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Menurut pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa peranan yang dilakukan Mayor Jenderal Sudarsono dalam keterlibatannya pada peristiwa 3 Juli 1946 merupakan peranan nyata Enacted role dimana upaya yang dilakukan Mayor Jenderal Sudarsono yang berposisi atau berkedudukan sebagai perwira tinggi militer seharusnya menjaga stabilitas Negara yang sedang dalam krisis hebat dan berupaya menengahi kekisruhan para politisi justru malah terlibat di dalamnya, maka peranan mayor pada waktu itu bisa dikatakan tidak konsisten dengan apa yang diharapkan masyarakat. Apabila dilihat dari konsep peranan yang dilakukan Mayor Jenderal Sudarsono dalam organisasi ialah sebagai pemimpin. Menurut Kartini Kartono pemimpin adalah seorang yang mengendalikan kegiatan pengaturan dalam organisasi agar terjadi ketertiban dalam kegiatan organisasi, perlu ada pengaturan mengenai pembagian tugas, cara kerja, dan hubungan antara yang satu dengan yang lain serta pribadi yang satu dengan yang lain. (Kartini Kartono. 1994 : 7) Sebagai pemimpin Mayor Jenderal Sudarsonono memiliki wewenang, dan untuk menjalankan peranannya ia menggunakan wewenangnya untuk melakukan pengaturan, dalam kajian ini mengatur keamanan dan ketertiban karena situasi negara yang tidak stabil pada saat itu dengan member perintah untuk kepada bawahannya untuk menculik Syahrir.

13 2. Konsep Peristiwa Peristiwa adalah sejarah, maka sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa pada masa lampau dan menyangkut manusia sebagai makhluk sosial, dapat dijadikan pedoman untuk menentukan kebijaksanaan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Untuk mengetahui dan memahami kebenaran dari peristiwa atau sejarah itu sendiri maka perlu dikemukakan pengertian peristiwa menurut pendapat beberapa ahli. Mengenai peristiwa atau kejadian ini Soemardjo, 1961 seperti dikutip oleh Ali Imron mengemukakan : Apa saja yang terjadi dan berbentuk dalam masa lampau adalah kejadian. Semua kejadian terutama yang menyangkut kehidupan manusia menjadi perbincangan sejarah. Dengan demikian tidak terhinggalah jumlah kejadian di bumi ini, sejak bumi ada hingga kini. Jumlah kejadian itu akan lebih besar lagi bila diketahui bahwa yang dimaksud kejadian itu bukan saja hal-hal yang dapat diraba dengan tangan dan dilihat oleh mata, tetapi juga yang pernah dicita-citakan manusia dan ditakutinya(ali Imron, 1995 : 3). Jadi suatu peristiwa menjadi perhatian dan menarik apabila pengalaman manusia, dan apa-apa yang dialami manusia dimasa lampau dan kehidupannya di masa lampau. Banyak manusia yang menjadikan pengalaman nya sebagai ilmu dan bagian objek studi nya meskipun dengan cara dan titik perhatian yang berbeda. Banyak juga para sejarawan yang tertarik dengan peristiwa masa lampau tersebut, namun perlu dilihat dari segi aspek yang mana yang menjadi perhatian utama sejarawan dalam studi terhadap masa lampau itu. Dan para sejarawan tertarik pada aspek peristiwa sebagai (event), peristiwa khusus, dan dimensi kronologis. Menurut Maskun dalam bukunya yang berjudul Manusia Dan Sejarah mengatakan bahwa :

14 Dalam hal ini kelihatannya sejarawan terutama tertarik pada aspek-aspek tertentu dari pengalaman masa lampau yaitu tentu saja tertarik terhadap,(1) peristiwa sebagai suatu (event), bukannya bagaimana adanya atau adanya peristiwa tersebut sebagai suatu gejala yang bisa diisolasikan dengan peristiwa-peristiwa yang lain. Selanjutnya dalam mengkaji peristiwa sebagai peristiwa tentu mereka menaruh perhatian pada (2).peristiwa khusus (particulars), yaitu peristiwa-peristiwa yang meskipun mungkin ada persamaan jenisnya dengan peristiwa-peristiwa lainnya, tetapi tidak pernah sama betul (identik) dengan peristiwa-peristiwa lainnya itu. sejarawan juga tertarik pada (3). Dimensi kronologis (urutan perkembangan dari peristiwa untuk mengartikan perubahan atau perkembangan (change) yang menjadi landasan utama bagi persambungan/urutan-urutan peristiwa-peristiwa tersebut. Akhirnya oleh karena segala sesuatu di masa lampau hakekatnya mensejarah (mengandung unsur historis), maka sejarah secara lebih luas mencakup materi dari semua ilmu sosial dan humaniora(maskun, 2008:16-17). Peristiwa adalah suatu bentuk kejadian yang dialami dan menyangkut kehidupan manusia baik yang benar-benar terjadi, dan yang pernah direncanakan atau dicitacitakan oleh manusia itu sendiri meskipun banyak kesamaan namun setiap peristiwa pastilah berbeda, membahas suatu peristiwa sama saja membahas sejarah manusia dengan begitu sejarah lebih luas cakupannya dari ilmu-ilmu yang lain ketika menjadi suatu peristiwa, peristiwa sendiri dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dari segi-segi urutan perkembangan yang kemudian disususun dalam suatu cerita sejarah. 3. Konsep Peristiwa 3 Juli 1946 Peristiwa 3 Juli 1946 adalah suatu peristiwa yang dilakukan untuk mencoba meruntuhkan atau mengganti pemerintahan yang sudah terbentuk pada masa itu yakni pemerintahan Perdana Menteri Syahrir. Peristiwa 3 Juli 1946 muncul karena kekecewaan para politisi terhadap kinerja pemerintah yang dianggap gagal dalam

15 menangani krisis politik dan terlalu lunak dalam menghadapi Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Perbedaan pandangan politik antara oposisi dan pemeritah pada waktu itu membuat jurang perpecahan semakin lebar dimana pihak oposisi menginginkan perjuangan yang 100% merdeka sedang pemerintah menginginkan jalur diplomasi. Hal ini menimbulkan penculikan terhadap Perdana Menteri Syahrir pada waktu itu. Pada 23 Maret 1946, tokoh-tokoh kelompok Persatuan Perjuangan antara lain Tan Malaka, Subardjo, dan Sukarni ditangkap dengan tuduhan bahwa kelompok ini berencana untuk mengganti kabinet. Hal ini membuat tokoh-tokoh Persatuan Perjuangan lainnya bergerak untuk mencari dukungan salah satunya ialah Mayor Jenderal Sudarsono, seorang perwira yang menjabat sebagai Panglima Divisi III yang membawahi Kedu, Pekalongan, dan Yogyakarta. Mayor Jenderal Sudarsono tergabung dalam Persatuan Perjuangan untuk meneruskan progam Persatuan Perjuangan yang ingin merdeka 100% yang tidak berjalan baik karena tokohnya banyak yang ditangkap oleh pemerintah. Salah satu upaya yang ditempuh Mayor Jenderal Sudarsono salah satunya adalah dengan melakukan penculikan terhadap perdana menteri Syahrir yang progamnya dianggap gagal dalam menangani krisis. Alasan kaum oposisi membidik Syahrir ialah perayaan Isra Mi raj Nabi Muhammad SAW di alun-alun utara Yogyakarta memicu ketidakpuasan pada sejumlah pihak di luar pemerintahan. Pidato Wakil Presiden Muhammad Hatta tentang permintaan pemerintah kepada Belanda agar mengakui de fakto atas Jawa dan Sumatera dinilai amat merugikan Indonesia. ( M. Yuanda Zara, 2009 : 170 ).

16 Pada tanggal 27 Juni 1946, Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan beberapa anggota kabinet diculik oleh orang-orang Persatuan Perjuangan dibawah komando Mayor Jenderal Sudarsono. Pada tanggal 28 Juni 1946, Presiden Soekarno menyatakan keadaan bahaya di Indonesia. Keesokan harinya, seluruh kekuasaan pemerintahan diserahkan kembali kepada Presiden Republik Indonesia. Tanggal 3 Juli 1946, Mayor Jendral Sudarsono, pelaku utama penculikan yang sehaluan dengan kelompok Persatuan Perjuangan, menghadap Soekarno bersama beberapa rekannya dan menyodorkan empat maklumat untuk ditandatangani Presiden, yang menuntut agar Presiden memberhentikan Kabinet Sjahrir II Presiden menyerahkan pimpinan politik, sosial, dan ekonomi kepada Dewan Pimpinan Politik. Presiden mengangkat 10 anggota Dewan Pimpinan Politik yang nama-namanya dicantumkan dalam maklumat Presiden mengangkat 13 menteri negara yang nama-namanya dicantumkan dalam maklumat Soekarno tidak menerima maklumat tersebut dan memerintahkan penangkapan terhadap Mayor Jenderal Sudarsono yang dianggap ingin merebut kekuasaan terhadap pemerintah secara paksa. Penculikan terhadap Perdana Menteri Syahrir inilah yang menjadi penyebab utama lahirnya peristiwa 3 Juli 1946 yang sebelumnya terjadi perbedaan pendapat antara pihak Persatuan Perjuangan dengan pemerintah dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

17 B. Kerangka Pikir Mayor Jenderal Sudarsono adalah seorang perwira yang menjabat sebagai Panglima Divisi III yang membawahi Kedu, Pekalongan, dan Yogyakarta. Selaku panglima pada bidang keamanan negara Jenderal Sudarsono merasa mempunyai kewajiban untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam upaya mengisi dan mempertahankan kemerdekaan, para pejuang yang tergabung dalam pemuda, politisi dan militer membentuk suatu oposisi yang bersifat radikal dalam mempertahankan negara bernama Persatuan Perjuangan. Mereka mengisyaratkan untuk memperjuangkan merdeka 100% dan mencoba menghadapi ganguan dari luar tanpa jalur diplomasi. Hal ini ditentang oleh pemerintah yang berkuasa pada saat itu yakni Perdana Menteri Syahrir. pemerintahan Syahrir cenderung terbuka terhadap Balanda ditambah dengan pemerintahannya yang dianggap gagal menangani masalah di dalam negeri dan justru menimbulkan kekacauan baik dalam pemerintahan maupun pertahanan khususnya militer, maka pihak oposisi di bawah pimpinan Mayor Jenderal Sudarsono menggagas untuk menculik Syahrir. Mayor Jenderal Sudarsono adalah tokoh utama dan pemimpin aksi serta pengatur strategi dalam upaya penculikan terhadap Perdana Menteri. Peristiwa penculikan ini yang menjadi awal munculnya peristiwa 3 Juli 1946. Mayor Jenderal Sudarsono juga bertangung jawab atas terjadinya usaha kudeta ini dengan menghadap presiden kala itu dan mendapat hukuman.

18 C. Paradigma MAYOR JENDERAL SUDARSONO Persatuan Perjuangan Kegelisahan Sudirman Penyusun Konsep Penanggung jawab Gerakan Garis Penyebab Garis Kegiatan

19 REFERENSI Soerjono Soekanto,. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers : Jakarta.Halaman 238 Bruce. J. Cohen. 1992. Metode Penelitian Deskriptif. Gramedia : Jakarta. Halaman 76 Ali Imron. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Bandar Lampung : Unila Press. Halaman 3. Maskun. 2008. Manusia Dan Sejarah. Bandar Lampung : Unila Press. Halaman 16-17. M. Yuanda Zara. 2009. Peristiwa 3 Juli 1946. Media Pressindo : Yogyakarta. Halaman 170 (http://www.google.com/modulonline/pengertian Peranan)