ABSTRAKSI SKRIPSI PELAKSANAAN LANDREFORM DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu

A. Latar Belakang Masalah

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan rakyatnya. Tujuan tersebut juga mengandung arti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sebagai permukaan bumi merupakan faktor yang sangat penting

RESUME PROSEDUR PEMECAHAN TANAH PERTANIAN DAN CARA-CARA KEPEMILIKAN TANAH ABSENTEE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. petani penggarap tanah maupun sebagai buruh tani. Oleh karena itu tanah

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA TANAH KAS DESA DI DESA KENAIBAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN

JURNAL KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI TANAH PERTANIAN YANG BERASAL DARI TANAH ABSENTEE DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. pemilikan tanah sebgai sebesar besarnnya untuk kemakmuran rakyat. 1. menetapkan kemajuan yang sudah dicapai. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM PENGELOLAAN ASET TANAH INSTANSI PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

PELAKSANAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH PERTANIAN KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB IV HAMBATAN PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM DAN UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN DI KECAMATAN TALANG EMPAT KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan. perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula

LAND REFORM ATAS TANAH EKS HGU PT RSI DI KABUPATEN CIAMIS SUATU KAJIAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam suatu kehidupan. masyarakat, terlebihi masyarakat Indonesia yang tata kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus merupakan

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

Presiden Republik Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1 Henry Bernstein,Jurnal of Agrarian Change, Vol.13 No.2, 2013 Blackwell Publishing Ltd, London, 2013, Hal

*Dosen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Tadulako.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah sebagai salah satu kebutuhan dalam penyelenggaraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan tempat di mana manusia berada dan hidup. Baik langsung

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

HUKUM AGRARIA. Seperangkat hukum yang mengatur Hak Penguasaan atas Sumber Alam. mengatur Hak Penguasaan atas Tanah. Hak Penguasaan Atas Tanah

PERUBAHAN STATUS TANAH HAK MILIK MENJADI HAK GUNA BANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN PT (PERSEROAN TERBATAS) MELALUI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

JURNAL. Diajukan oleh : SUSIMARGARETA NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan)

PELAKSANAAN PENINGKATAN HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK UNTUK RUMAH TINGGAL DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO

JURNAL. Diajukan Oleh : WINARDI WIJAYA LIE. N P M : Program Studi : Ilmu Hukum Program kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, dinamis dan sangat prospektif dan penuh dengan persaingan

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERAN BPN DALAM KONSOLIDASI TANAH DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk. kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

/diusahakan sendiri oleh pemilik secara aktif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.

PROBLEMA DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA

BAB III PENUTUP. Dusun Tengan Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah ada

BAB I PENDAHULUAN. Absentee. Pemilikan tanah absentee adalah pemilikan tanah pertanian yang dimiliki

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan. sebagai berikut :

rakyat yang makin beragam dan meningkat. 2 Kebutuhan tanah yang semakin

MENTERI DALAM NEGERI

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL PT. MUTU GADING KARANGANYAR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena buruh merupakan permasalahan yang menarik dari dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

Transkripsi:

ABSTRAKSI SKRIPSI PELAKSANAAN LANDREFORM DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengandalkan hidup dari tanah pertanian sehingga tanah merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Sifat manusia yang ingin selalu menguasai dan memiliki tanah yang lebih dari yang lain sehingga perlu adanya pengaturan tentang tanah demi tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Persoalan tanah merupakan masalah yang sangat kompleks karena menyangkut keseluruhan hidup manusia seperti produksi pertanian, taraf hidup keluarga tani, pemukiman penduduk dan lain sebagainya. Adanya pertambahan penduduk yang makin meningkat dengan luas tanah pertanian yang semakin sempit maka sudah semestinya tanah yang ada diatur penggunaannya agar benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai realisasi dari ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 maka dalam rangka peningkatan penggunaan dan penguasaan atau pemilikan tanah pertanian dimana penduduk Indonesia bermata 1

pencaharian sebagai petani, perlu mendapat perhatian dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan program landreform guna mengatur penggunaan tanah, sehingga penghalang yang timbul akibat ketimpangan dalam soal pemilikan tanah pertanian dapat diatasi. Pada dasarnya program landreform menuntut adanya keadilan sosial dalam penguasaan tanah pertanian, emansipasi para petani, dan pembangunan sosial ekonomi yang merata pada seluruh masyarakat. Pengaturan penguasaan tanah obyek landreform secara swadaya adalah redistribusi tanah obyek landreform oleh pemerintah, yang ditunjang partisipasi secara aktif dan dibiayai oleh petani penerima redistribusi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pembagian tanah tersebut kepada para petani penggarap yang sanggup berperan-serta dalam pelaksanaan dan pembiayaannya, dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. 1 Proses pelaksanaan landreform berupa pendataan awal dilakukan oleh Kanwil BPN. Dari pendataan tersebut dilihat mana tanah yang terkena abseente, swapraja dan bekas swapraja. Tanah abseente atau dalam bahasa Sunda guntai, yaitu pemilikan tanah yang letaknya di luar daerah tempat tinggal yang empunya. ( Absent artinya tidak hadir, tidak ada di tempat) 2. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk mempelajari dan memahami mengenai segala sesuatu yang berkaitan atau berhubungan dengan pelaksanaan Landreform dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu penulis menuangkan dalam skripsi yang berjudul: 1 Boedi Harsano, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1997 hal 377 2 Ibid, hal 349 2

PELAKSANAAN LANDREFORM DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yang dibuat oleh penulis hanya membatasi masalah yang akan diteliti yaitu mengenai pelaksanaan landreform khususnya redistribusi tanah pertanian yang terkena absentee dan mengenai pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sleman C. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan redistribusi tanah pertanian di Kabupaten Sleman? b. Bagaimana pengaruh pelaksanaan redistribusi tanah pertanian terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sleman? c. Permasalahan apa yang di hadapi oleh BPN Kabupaten Sleman dan bagaimana upaya penyelesaiannya? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui pelaksanaan redistribusi tanah pertanian di Kabupaten Sleman b. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan redistribusi tanah pertanian terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sleman 3

c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan cara penyelesaian dari pelaksanaan redistribusi tanah pertanian di kabupaten Sleman. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan guna meraih gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum Universitas Muhamadiyah Surakarta. b. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Sarana untuk menambah pengetahuan bagi penulis serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat. b. Menambah literatur khususnya mengenai pelaksanaan Landreform. 2. Manfaat Praktis Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai pelaksanaan landreform dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat. F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan non-doktrinal yang bersifat kualitatif, karena individu merupakan subyeknya. 3 2. Jenis Penelitian 3 Husaini Usman, Metode penelitian sosial, Jakarta, Bumi Aksara 1995 hal.81 4

Berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan-keadaan atau gejala-gejala lainnya. 4 3. Sumber Data a. Sumber Data Primer Dilakukan melalui penelitian lapangan dengan mengadakan penelitian secara langsung ketempat obyek penelitian yang terkait dengan masalah yang diteliti yaitu di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sleman dan warga Donoharjo, Ngaglik, Sleman. b. Sumber Data Sekunder Dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan mencari berbagai bahan dan informasi yang berhubungan dengan obyek yang diteliti yaitu tentang pelaksanaan landreform khususnya redistribusi tanah pertanian. 4. Teknik Pengumpulan Data Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1.Teknik Pengumpulan Data Primer a. Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab dan berbicara langsung dengan subyek penelitian yaitu Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional kabupaten sleman dan warga Donoharjo, Ngaglik, Sleman. b. Studi Kepustakaan 4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 1993, hal.3 5

yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari bahan-bahan yang berupa buku-buku dan bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan masalah landreform. 2. Teknik pengumpulan Data Sekunder yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan yang merupakan pendukung dan pelengkap penelitian lapangan. 5. Metode Analisa Data a. Reduksi Data Merupakan bentuk analisa yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak diperlukan. b.editing Bertujuan untuk membetulkan jawaban yang kurang jelas dari responden atau kelengkapan jawaban responden. G. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Landreform Secara harfiah landreform berasal dari kata-kata dalam bahasa inggris yang terdiri dari kata Land dan Reform. Land artinya tanah, sedangkan Reform artinya perubahan dasar atau perombakan untuk membentuk atau membangun atau menata kembali struktur pertanian. Jadi arti dari Landreform adalah perombakan struktur pertanian lama dan pembangunan struktur pertanian lama menuju struktur pertanian baru. 2. Tujuan Landreform 6

Tujuan dari pelaksanaan program landreform adalah agar masyarakat adil dan makmur dapat terselenggara dan khususnya taraf hidup tani meninggi dan taraf hidup seluruh rakyat jelata meningkat. Selanjutnya landreform bertujuan untuk memperkuat dan memperluas pemilikan tanah untuk seluruh rakyat Indonesia, terutama kaum tani. 5 3. Dasar Hukum Pelaksanaan Landreform Landasan operasional pelaksanaan Landreform adalah Undang-Undang Pokok Agraria yakni UU No. 5 Tahun 1960 (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104) tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 4. Obyek Landreform Tanah- tanah obyek landreform yang akan diredistribusikan kepada para petani penggarap menurut ketentuan pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 5. Panitia Landreform Keberhasilan suatu program sebagian besar ditentukan oleh organisasi penyelenggaranya termasuk tenaga-tenaga pelaksananya. Penyelenggaraan landreform dianggap bukan hanya tugas Departemen Agraria saja, melainkan menyangkut pula bidang berbagai Instansi lain. 6. Panitia Pertimbangan Landreform Dalam melaksanakan tugas-tugas para pelaksana landreform didampingi/dibantu oleh suatu panitia yang dinamakan Panitia Pertimbangan Landreform yang bertugas memberikan saran-saran maupun pertimbangan- 5 Boedi Harsono, Op.Cit., hal 329 7

pertimbangan dalam hal pelaksana landreform menghadapi masalah/kasus landreform 7. Yayasan Dana Landreform Untuk memperlancar pembiayaan landreform dan mempermudah pemberian fasilitas-fasilitas kredit kepada para petani. 8. Pengertian Redistribusi Tanah Pertanian Redistribusi adalah proses pemberian hak milik atas tanah pertanian kepada para petani yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan urutan prioritasnya di dalam pasal 8 ayat (1) Peratutan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961. 6 9. Dasar Redistribusi Tanah Pertanian Dasar hukum Redistribusi Tanah Pertanian adalah Peraturan Pemerintah no. 224 tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Gantikerugian. Peraturan ini dikeluarkan pada tanggal 19 September 1961 dan mulai berlaku tanggal 24 September 1961. Peraturan Pemerintah tersebut kemudian ditambah dan diubah dengan Peraturan Pemerintah no. 41 tahun 1964. 10. Subyek Redistribusi Tanah Pertanian Subyek redistribusi tanah pertanian adalah: a. penggarap tanah yang bersangkutan; b. buruh tani tetap pada bekas pemilik yang mengerjakan tanah tersebut; c. pekerja tetap pada tanah yang bersangkutan; d.penggarap yang belum sampai 3 tahun mengerjakan tanah yang bersangkutan; e. penggarap yang mengerjakan tanah hak pemilik; f. penggarap tanah-tanah oleh pemerintah diberi peruntukan lain; 6 I Nyoman Budi Jaya, Op. Cit. hal. 34 8

g. penggarap yang tanah garapannya kurang dari 0,5 ha; h. pemilik yang luas tanahnya kurang dari 0,5 ha; i. petani atau buruh tani lainnya. Kemudian diprioritaskan kepada: a. petani yang mempunyai ikatan keluarga sejauh tidak lebih dari dua derajat dengan bekas pemilik, dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 5 orang; b. petani yang terdaftar sebagai veteran; c. petani janda pejuang kemerdekaan yang gugur; d. petani yang menjadi korban kekacauan. 7 11. Prosedur Redistribusi Tanah Pertanian a. Kegiatan pendaftaran dan penelitian. b. Tindakan penetapan bagian tanah untuk bekas pemilik. c. Bahan-bahan keterangan untuk pemberian ganti kerugian. d. Pendaftaran para penggarap. e. Pemberian ijin untuk mengerjakan tanah-tanah kelebihan. f. Redistribusi. 8 G. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian penulis pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sleman. A. Proses pelaksanaan redistribusi tanah pertanian yang dilakukan oleh Kantor BPN Kabupaten Sleman sebagai berikut : 7 A.P. Parlindungan, Pertanyaan-pertanyaan Mengenai Masalah-masalah Pertanahan, Bandung, Mandar Maju, 1992 hal.59 8 I Nyoman Budi Jaya, Op. Cit. hal. 35 9

1) Pendataan Awal Pendataan awal dilakukan oleh Kantor Wilayah (Kanwil) BPN Propinsi dan Kantor BPN Kabupaten Sleman. Pada pendataan awal, tanah yang akan diredistribusikan diseleksi terlebih dulu mana tanah yang terkena absentee atau tidak. 2) Ganti kerugian Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sleman, besarnya ganti kerugian ada tiga (3) kriteria yaitu : * Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 * menurut harga umum setempat * Rp. 350,-/m2. B. Pengaruh pelaksanaan redistribusi tanah pertanian terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sleman. Hasil wawancara dengan penerima redistribusi tanah pertanian di desa Donoharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman 1) Bapak Mertowiyono menjelaskan bahwa : asal mula tanah tersebut adalah milik Bapak Wongsodikoro (orangtua bapak Merto). Pak Wongso mempunyai tiga (3) orang anak yang bernama: Sarmin memperoleh 1000m2, Merto memperoleh 1000m2, dan Hadi memperoleh 700m2, karena Sarmin meninggalkan desa dan sudah lama tidak kembali ke desa maka tanah Sarmin yang 1000m2 digarap oleh Merto dan Hadi. Seiring dengan berjalannya waktu, tanah milik Sarmin terkena absentee. Setelah tanah tersebut terkena absentee, yang menggarap selanjutnya adalah Merto 10

Sebelum memperoleh tanah redistribusi, luas tanah Bapak Merto hanya 1000 m2 dapat menghasilkan 10 kuintal gabah. Setelah memperoleh tanah redistribusi pendapatan Bapak Merto meningkat dua kali lipat, itu dikarenakan luas tanah yang diperoleh sama dengan luas tanah sebelum menerima redistribusi tanah sehingga pendapatan bersih yang diperoleh rata-rata sebesar Rp. 5.000.000. 2) Bapak Satari yang menerangkan bahwa asal mula tanah tersebut adalah milik kakaknya yang bernam Sa baniyah karena kakaknya tinggal di kecamatan Tempel (luar kecamatan Ngaglik) sedangkan letak tanah tersebut di Kecamatan Ngaglik sehingga tanah tersebut terkena absentee. Semenjak tanah tersebut terkena absentee maka pak Satari yang mengerjakan / menggarap tanah tersebut. Perekomonian keluarga Bapak Satari tidak mengalami peningkatan yang berarti setelah menerima redistribusi tanah pertanian yang terkena absentee karena selama tahun 1990 2005, Bapak Satari menyerahkan hasil garapan yang berupa padi kepada bekas pemilik atas nama Sa baniyah seperti yang telah disepakati sebelumnya. Tahun 2006 Bapak Satari mulai merasakan peningkatan perekomonian karena pada tahun itu, Bapak Satari sudah dapat menikmati hasil garapan yang berupa padi tersebut. Luas tanah yang diperoleh Bapak Satari dari redistribusi seluas 325 m2. C. Permasalahan yang dihadapi oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional dan Upaya Penyelesaiannya Permasalahan yang ada di Kantor BPN Sleman adalah mengenai kelengkapan syarat-syarat redistribusi tanah yang belum dilengkapi pihak penerima redistribusi dan bekas pemilik tanah redistribusi sehingga 11

penyelesaiannya Kantor BPN menyuruh para pihak untuk melengkapi persyaratan yang dibutuhkan tersebut agar SK redistribusi dapat segara dibuat dan diterbitkan. H. Pembahasan Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor.420.3/607/KPTS/67/BPN/1990 menetapkan bahwa : 1. Memberikan hak milik kepada para penggarap atas tanah/tegal yang berasal dari tanah absentee. 2. Membebankan kewajiban kepada para penggarap untuk membayar harga tanah itu beserta biaya administrasi kepada Negara. A. Proses pelaksanaan redistribusi tanah pertanian yang dilakukan oleh Kantor BPN Kabupaten Sleman. Kedua penerima redistribusi tanah tersebut telah memenuhi ketentuanketentuan bagi para penerima redistribusi tanah-tanah obyek landreform yang diatur dalam Pasal 8 ayat (1) PP Nomor 224 Tahun 1961 yang menyatakan bahwa petani penggarap yang mungkin menerima tanah-tanah redistribusi adala petanipetani yang tergolong dalam prioritas. Dalam hal ini Bapak Mertowiyono dan Bapak Satari menjadi petani yang diberikan pengutamaan prioritas. B. Pengaruh Pelaksanaan Redistribusi Tanah Pertanian Terhadap kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Sleman. Dalam SK Gubernur Nomor. 420.3/607/KPTS/67/BPN/1990 tanggal 30 Maret 1990, Bapak Mertowiyono yang beralamat di Suruh, Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik memperoleh tanah yang letaknya di Desa Donoharjo Kecamatan Ngaglik dengan luas 964 m2, nomor kode tanah III/B/67/IX, batas 12

utara = Wirosemito, timur = Parit, barat = Ny. Kamijoyo, selatan = Martowiyono, jenis tanah adalah sawah, bekas pemilik Bapak Sarmin, penyelesaian uang ganti rugi belum dilakukan, yang harus dibayarkan (uang baru) Rp. 1.030.015,- dengan perincian uang ganti rugi sebesar Rp. 971.712,- dan biaya administrasi sebesar Rp. 58.303,-. Sesuai SK Gubernur Nomor. 420.3/607/KPTS/67/BPN?1990 tanggal 30 Maret 1990, Bapak Satari tempat tinggal Ngepos desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik memperoleh tanah dari bekas pemilik yang bernama Ny. Sa baniyah letak tanah di Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik dengan luas tanah 325 m2, nomor kode III/B/67/IX, batas-batas tanah sebelah utara = Satari dan Darmi, timur = Parit, barat = Dulahadi, selatan = Ny. Pawirosumadi, jenis tanah adalah sawah, uang pemasukan yang harus dibayar sebesar Rp.542.111,- dengan perincian uang ganti rugi sebesar Rp. 481.163,- dan biaya administrasi sebesar Rp. 28.870,- dan lain-lain sebesar Rp. 32.078,-. C. Permasalahan Yang Dihadapi Oleh BPN dan Upaya Penyelesaiannya. Permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sleman pada dasarnya tidak ada karena Kantor BPN bertugas untuk melakukan pendataan awal dan memeriksa dengan teliti semua syaratsyarat yang harus dilampirkan untuk melakukan pembayaran ganti kerugian dan pembuatan SK Redistribusi. 13

I. Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan 1. Tanah yang diredistribusikan oleh Pemerintah kepada warga Desa Donoharjo berasal dari tanah pertanian yang terkena absentee karena pemiliknya berada diluar kecamatan dimana tanah itu berada. 2. Dengan adanya redistribusi tanah pertanian yang terkena absentee, dapat menghindarkan pemilikan tanah pertanian di luar kecamatan dimana tanah itu berada sehingga penggarapan tanah tidak menjadi terlantar. 3. Proses pelaksanaan redistribusi tanah pertanian yang dilakukan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sleman meliputi : pendataan awal tanah pertanian yang terkena absentee, pemberian ganti kerugian kepada bekas pemilik yang tanahnya terkena absentee, dan melakukan pembagian tanah kepada para petani penggarap yang masuk dalam daftar prioritas. 4. Pengaruh redistribusi tanah pertanian terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sleman khususnya warga Desa Donoharjo adalah : a. Bapak Mertowiyono, sebelum memperoleh tanah redistribusi, luas tanah Bapak Merto hanya 1000 m2. Setelah memperoleh tanah redistribusi pendapatan Bapak Merto mengalami peningkatan hampir dua kali lipat yaitu sebesar Rp. 5.000.000,- karena luas tanah tersebut adalah 964 m2. b. Bapak Satari, sebelum memperoleh tanah redistribusi, pendapatan Bapak Satari hanya mengandalkan gaji yang diterima setiap bulan sebagai guru pada SMP Negeri 5 Sleman. Setelah menerima tanah redistribusi pada tahun 1995, pendapatan Bapak Satari merasakan peningkatan dalam hal perekonomian 14

karena Bapak Satari sudah dapat menikmati hasil garapan yang berupa padi. Tanah redistribusi tersebut seluas 325 m2 dapat menghasilkan 3,5 kuintal gabah sekali panen. Bapak Satari memperoleh pendapatan rata-rata Rp. 750.000,-. 5. Kedua warga Desa Donoharjo yang menerima redistribusi tanah pertanian yang terkena absentee tersebut, merasa telah sejahtera karena adanya peningkatan perekonomian/pendapatan yang diterima. 6. Permasalahan yang dihadapi oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sleman pada dasarnya tidak ada karena hanya bertugas untuk melakukan pendataan awal dan memeriksa dengan teliti semua syarat-syarat yang harus dilampirkan dalam Surat Keputusan Redistribusi. b. Saran - saran Setelah mengetahui beberapa kesimpulan diatas, maka penulis akan memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Dengan adanya redistribusi tanah pertanian diharapkan akan dapat membantu para petani penggarap untuk dapat memiliki tanah sendiri sehingga dapat mengerjakan tanah tersebut secara efisien. 2. Mengingat faktor redistribusi tanah pertanian adalah karena adanya pertimbangan kegunaan tanah maka diharapkan agar peredistribusian tanah tersebut sampai pada para petani penggarap yang benar-benar masuk dalam daftar prioritas. 15