PENGEMBANGAN KARAKTER BERTEKNOLOGI MELALUI PENDIDIKAN KEJURUAN

dokumen-dokumen yang mirip
TRANSFORMASI TEKNOLOGI PADA PENDIDIKAN KEJURUAN

IMPLEMENTASI TRANSFORMASI TEKNOLOGI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KEJURUAN BIDANG TEKNIK. Oleh: Sudji Munadi

TINJAUAN TEORITIK DAN EMPIRIK PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Pertemuan 1 Ana, S.Pd. M.Pd, dkk

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

MATERI PRESENTASI SELEKSI CALON DEKAN. Dr.Ida Bagus Putera Manuaba, Drs., M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

Kurikulum Berbasis TIK

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan mutu

MODEL PROSES PEMBERDAYAAN PEMUDA KARANG TARUNA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

PROFIL LULUSAN CALON GURU IPA MELALUI PENGINTEGRASIAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prihantini, 2014

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah pada proses pembelajaran

MASALAH & TANTANGAN. 6. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,..

BAB I PENDAHULUAN. Problematika yang muncul dibidang pendidikan kejuruan adalah sulitnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Manajemen Pendidikan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul

BUDAYA (Moeljono, 2003:16)

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu, untuk membentuk kepribadian individu yang cakap dan kreatif,

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbuka untuk saling bekerja sama dan saling melengkapi. Di sisi lain, era

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KARAKTER BERTEKNOLOGI MELALUI PENDIDIKAN KEJURUAN Sudji Munadi Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas suatu bangsa, dua di antaranya adalah faktor pendidikan yang termasuk di dalamnya pendidikan kejuruan dan faktor teknologi. Pendidikan kejuruan dan teknologi adalah dua faktor yang saling mempengaruhi. Pendidikan kejuruan berperan menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas, responsif dan adaptif sehingga memiliki kemampuan dalam memilih, menggunakan, dan mengembangkan teknologi. Di sisi lain, kemajuan teknologi dimanfaatkan oleh dunia pendidikan kejuruan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus meningkatkan kualitas lulusan. Dalam proses pemanfaatan teknologi inilah pendidikan kejuruan memiliki peran strategis untuk ikut mengembangkan karakter sumber daya manusia sehingga memiliki perilaku yang positif dalam berteknologi. Fungsi Pendidikan Kejuruan Pendidikan nasional memiliki visi untuk menghasilkan INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF pada tahun 2025. Cerdas yang dimaksud adalah kecerdasan yang meliputi cerdas spiritual, emosional & sosial, intelektual dan kinetik. Kompetitif dimaknai sebagai insan yang berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, berorientasi global, dan pembelajar sepanjang hayat. Dalam visi ini tersirat bahwa proses menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan kompetitif digantungkan pada pendidikan. Hakekat pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan kejuruan, pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dari generasi ke generasi (Sumitro, dkk. 1998). Berdasarkan batasan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan berfungsi untuk melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam masyarakat dan sebagai agen pembaharuan sosial sehingga dapat mengantisipasi masa depan. Menurut Tilaar (2006), pendidikan memiliki fungsi preparatoris dan antisipasipatoris adalah bahwa di samping mempersiapkan peserta didik sebagai generasi masa depan (tenaga kerja), pendidikan juga menyiapkan peserta didik untuk antisipasi kemungkinan masa depan dengan membekali kemampuan dan tingkah laku yang diperlukan. Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenis pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Menurut Sukamto (2001), pendidikan kejuruan mencakup semua jenis dan bentuk pengalaman belajar yang membantu anak

didik meniti tahap-tahap perkembangan vokasionalnya, mulai dari identifikasi, eksplorasi, orientasi, persiapan, pemilihan dan pemantapan karir di dunia kerja. Batasan pendidikan kejuruan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kejuruan identik dengan pendidikan keduniakerjaan. Oleh karenanya, pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan umum. Beberapa karakteristik pokok tersebut di antaranya bahwa pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja, keberhasilan peserta didik dilihat dari tampilannya di dunia kerja, responsip dan antisipatif terhadap kemajuan teknolologi, lebih fokus pada learning by doing dan hands-on experience, dan perlu dukungan fasilitas untuk pembelajaran praktik. Dalam upaya ikut mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai pengisi dan penggerak pembangunan, pendidikan kejuruan memiliki banyak fungsi, diantaranya fungsi sosialisasi, kontrol sosial, seleksi dan alokasi, asimilasi dan konservasi budaya dan promosi perubahan (Wardiman D., 1998). Fungsi sosialisasi artinya dalam pendidikan kejuruan terjadi proses transmisi nilai-nilai dan norma-norma sebagai konkritisasi nilai-nilai tersebut. Fungsi kontrol sosial artinya pendidikan kejuruan berfungsi sebagai kontrol perilaku agar sesuai dengan nilai-nilai beserta normanormanya, misalnya kerjasama, keteraturan, kedisiplinan, dan kejujuran. Fungsi seleksi dan lokasi artinya pendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan, memilih, dan menempatkan calon tenaga kerja sesuai dengan perubahan dan perkembangan pasar kerja. Fungsi promosi perubahan artinya pendidikan kejuruan tidak semata-mata befungsi untuk mentransformasikan apa yang ada, tetapi juga berfungsi sebagai agen pembaharuan dan perubahan. Untuk mengoptimalkan fungsi tersebut, penyelenggaraan pendidikan kejuruan memegang beberapa prinsip pendidikan di antaranya tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja dan peserta didik dilatih dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan utama yang dihadapi pendidikan kejuruan adalah menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang tepat sehingga kemajuan teknologi ini memberikan kontribusi positif pada pengembangan kualitas peserta didik. Perilaku Berteknologi Perkembangan teknologi yang begitu cepat telah membawa dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun yang negatif. Dampak positif dapat dilihat dari segi kemudahan dan keuntungan yang diperoleh manusia, sedang dampak negatif dilihat dari adanya kerugian dan kesusahan yang diterima oleh manusia. Terlepas dari dampak positif dan negatif ini, ternyata manusia tidak bisa menghindari dari ketergantungannya pada teknologi. Menyikapi perkembangan teknologi ini Menteri Riset dan Teknologi RI merumuskan misi Kebijakan Strategis Pembangunan llmu Pengetahuan dan Teknologi Nasional di antaranya (1) membina kemampuan sumber daya manusia yang bermutu, kreatif dan proaktif utk mengantisipasi, mengadopsi, menerapkan, mengadaptasi, menginovasi, merekayasa, dan mencipta serta mengembangkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi utk menjawab pelbagai tantangan pembangunan tanpa melupakan etika berinteraksi, dan (2) mewujudkan masyarakat berbudaya yang sadar dan gemar ilmu pengetahuan dan

teknologi (Keputusan Menteri Riset dan Teknologi RI no. 02/M/Kp/H/2000). Dalam rumusan misi tersebut tampak bahwa dalam berteknologi tidak hanya dituntut memiliki keterampilan berteknologi tetapi juga harus memiliki etika dan memperhatikan nilai-nilai moral. Teknologi sering dipandang sebagai suatu hasil cipta karya manusia yang ditujukan untuk mempermudah dan mengatasi berbagai persoalan hidup dan kehidupan. Teknologi juga sering diartikan sebagai penerapan berbagai prosedur hasil penelitian ilmiah dan pengalaman praktis untuk mengatasi berbagai problem dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Stolovitch & Keeps, 1992). Dengan teknologi, suatu kegiatan atau aktivitas dapat terlaksana lebih efektif dan efisien (Noe, dkk., 1997). Dyrenfurth (1984) mendeskripsikan teknologi dilihat dari tiga aspek yaitu teknologi sebagai disiplin ilmu, teknologi sebagai sistem, dan teknologi sebagai produk yang dibuat oleh manusia. Pada bagian lain, Slamet PH (2001) mengemukakan bahwa teknologi memiliki empat komponen yaitu manusia, alat, sumber daya, dan proses. Manusia adalah subjek yang membuat, mengembangkan dan menggunakan teknologi. Alat adalah komponen penunjang pokok yang digunakan manusia demi kemajuan teknologi. Sumber daya adalah material yang digunakan untuk teknologi yang mencakup bahan, energi, uang, waktu, dan informasi. Proses merupakan keadaan yang menyebabkan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Berdasarkan hal ini maka manusia adalah komponen yang sangat berperan dalam berteknologi. Bagaimana seharusnya menyikapi kemajuan teknologi ini sepenuhnya tergantung pada manusia itu sendiri. Manusia yang selalu responsif dan antisipatif terhadap perkembangan teknologi dapat diartikan juga bahwa manusia itu melek teknologi. Melek teknologi adalah respons psikologis seseorang terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan teknologi. Terdapat beberapa ciri dari manusia melek teknologi, seperti yang dikemukakan oleh Feirer & Lindbeck (1986) dan Dyrenfuth (1984) di antaranya Awarness of key processes and their governing principles, imagination to apply existing technology to new problems or situations, sense of personal limits, familialirity with technology s effects on indivuals and society, ability to evaluate a technological process or product in terms of personal benefit as a computer, ability to choose among technological alternatives in daily life, dan ability to protect alternatives futures based on technological capacities and applications. Beberapa ciri manusia yang melek teknologi ini juga menunjukkan bahwa dalam menyikapi kemajuan teknologi tidak mementingkan keterampilan tetapi juga perilaku yang positif dalam berteknologi. Untuk dapat menghasilkan manusia yang memiliki perilaku positip dalam berteknologi dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya melalui proses pembelajaran dalam pendidikan kejuruan. Transformasi Teknologi dalam Pembelajaran Telah dikemukakan bahwa pendidikan kejuruan memiliki fungsi sosialisasi nilainilai dan norma-norma, kontrol sosial dalam membangun kerjasama, keteraturan, kedisiplinan, dan kejujuran, dan fungsi promosi perubahan yang berarti tidak sematamata mentransformasikan apa yang ada, tetapi juga berfungsi sebagai agen pembaharuan dan perubahan. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus melaksanakan programprogram pembelajaran yang dapat membawa peserta didik mampu memilih,

menggunakan, dan mengembangkan teknologi secara arif. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran kejuruan dapat diarahkan pada kegiatan belajar yang bersifat praktik. Tujuan pembelajaran teknologi lebih ditekankan pada proses mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai proses pembentukan kompetensi. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dapat dijabarkan dalam tiga keperluan yaitu teknologi sebagai ilmu, teknologi sebagai produk, dan teknologi sebagai cara atau sistem. Sebagai ilmu terapan, teknologi mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan perancangan/rekayasa untuk menemukan produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam segala aspek kehidupan. Proses pembelajaran praktik melibatkan pendidik, peserta didik, dan alat atau mesin. Dalam kegiatan pembelajaran praktik inilah para pendidik menjadi sangat penting dan dominan dalam rangka menanamkan perilaku positif pada peserta didik dalam berteknologi. Beberapa program pembelajaran yang dapat dilakukan di antaranya (1) siswa melakukan sendiri penilaian terhadap hasil belajar praktiknya untuk membentuk sikap obyektif dan tanggung jawab, (2) pemilihan dan pemanfaatan teknologi lokal untuk menumbuhkan kebanggaan terhadap produk dalam negeri, (3) kegiatan-kegiatan belajar yang ditekankan pada adaptasi dan perbaikan terhadap teknologi impor, (4) kegiatan belajar yang menumbuhkan sikap kreatif agar tidak selalu tergantung pada produk teknologi, dan (5) kegiatan belajar berkaitan dengan rekayasa dan pemanfaatan teknologi yang tidak merugikan orang lain.