Pengabdian Pada Masyarakat PENINGKATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG BERORIENTASI PADA PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA Oleh: Lena Rosdiana Pangaribuan, S.Pd, M.Si (Dosen FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pertama pembelajaran matematika (Depdiknas, dalam Nizarwati 2009: 57) adalah agar siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Sejalan dengan tujuan di atas, siswa diharapkan dapat mengaplikasikan konsep matematika yang telah mereka dapatkan dalam menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan. Pendidikan adalah proses pembudayaan karakter atau kristalisasi nilai-nilai kehidupan manusia. Sebab hingga saat ini dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum, pendekatan, metode, strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang professional adalah aspek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Model pembelajaran yang efektif dan baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran matematika cukup banyak. Namun, jika ingin mengembangkan pembelajaran matematika yang bersifat kontekstual dan Open Ended, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat diterapkan pada pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Menurut Wena (2009: 91) pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan permasalahan praktis sebagi pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk proses berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking). Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang telah jadi dalam benak pikirannya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri mengenai dunia sosial dan sekitarnya. Proses pembelajaran dikelas tidak terlepas dari peran seorang guru. Guru adalah pendidik professional. Guru memiliki tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, membimbing, melatij serta mengevaluasi peserta didik mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan menengah. Seorang guru selayaknya memiliki kemampuan professional yang mendukung kinerja seorang guru. Kemampuan seorang guru tersebut merupakan bagian dari kompetensi yang dimiliki guru. 1
Perangkat pembelajaran matematika atau yang sering disebut sebagai kurikulum merupakan bagian yang penting dari sebuah proses pembelajaran, juga merupakan pedoman para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi pembelajaran tersebut disajikan, indikatorindikator apa sajakah yang ingin dicapai, hingga bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh guru. Selain itu, perangkat pembelajaran juga bertujuan untuk membantu para siswa untuk mengikuti proses pembelajaran matematika. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, maka permasalahan yang dikaji pada rumusan masalah ini adalah Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Dari permasalahan tersebut dapat dirincikan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana keefektifan perangkat pembelajaran matematika berorientasi pada Problem Based Learning yang telah dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika siswa? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada Problem Based Learning yang telah dikembangkan? 1.3 Hipotesis Penelitian Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi syarat keefektifan perangkat pembelajaran. 2. Penggunaan perangkat pembelajaran berorientasi Problem Based Learning yang telah dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara signifikan. 1.4 Alasan Pemilihan Pokok Bahasan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Alasan Pemilihan Yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah segitiga. Alasan peneliti memilih pokok bahasan tersebut adalah karena peneliti merasa bahwa segitiga adalah suatu bangun datar yang sangat mudah dikenal oleh siswa sehinga dalam menerapkan pembelajaran siswa tidak lagi mengalami kesulitan. 2
1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi guru matematika mengenai model pembelajaran matematika dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menggunakan perangkat pembalajaran matematika beroritentasi pada Problem Based Learning yang telah dikembangkan. 1.5 Metodologi Inovasi 1.5.1 Materi Inovasi Yang menjadi materi inovasi dalam penelitian ini adalah pengembangan dengan menggunakan model pengembangan perangkat pembelajaran Thiagarajan, Semmel dan Semmel, yaitu: model 4-D (Define, Design, Develop, Disseminate) yang telah dimodifikasi. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning. 1.5.2 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian ini adalah penelitian yang masih baru dilakukan. Atau dengan kata lain, belum ada penelitian yang serupa yang pernah dilakukan di lokasi penelitian yang sama. 1.6 Sistematika Penulisan PERSIAPAN Penyusunan Instrumen Penelitian Penetapan Sampel PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA KESIMPULAN PENYUSUNAN LAPORAN 3
BAB II PEMAPARAN DAN PEMBAHASAN 2.1 Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan sumber belajar yang disusun sedemikian rupa dimana siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran (Subanindro dalam Fitriani, 2014: 3). 2.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menurut Salinan Lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses (Permendikbud, 2013: 5), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatn pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,menyenangkan, menantang, efisien dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian seseuai dengan bakat, kinat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas: a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan b. Identitas mata pelajaran atau tema/sub tema c. Kelas/semester d. Materi pokok e. Alokasi waktu ditentukan dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai f. KI dan KD yang mencakup pada ranah religious, sikap, pengetahuan dan keterampilan g. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan mengggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan 2.1.2 Bahan Ajar Bahan ajar menurut Majid (2008: 173) adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bias berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar, memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara 4
runtu dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terapadu 2.1.3 Tes Kemampuan Belajar (TKB) Tes Kemampuan Belajar (TKB) adalah salah satu yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses pembelajaran. Adapun beberapa dasar penyusunan tes belajar adalah sebagai berikut: 1. TKB harus dapat mengukur apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku 2. TKB disusun sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari 3. Pertanyaan TKB hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan 4. TKB hendaknya disusun sesuai dengan tujuanpenggunaan tes itu sendiri. Karena dapat disusun untuk berbagai kebutuhan. 2.2 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah modifikasi dari Model Thiagarajan, Semmel dan Semmel yang dikenal dengan model 4-D (Four D Mode) yang terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu tahap pendefenisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate) (Trianto, 2007:56). 2.2.1 Tahap Pendefenisian (Define) Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefenisikan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan menganalisis tujuan dan batasan materi pembelajaran yang telah dikembangkan perangkatnya. Kegiatan dalam tahap ini adalah analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas dan perumusan tujuan pembelajaran. 2.2.2 Tahap Perancangan (Design) Tujuan tahap ini adalah merancang perangkat pembelajaran, sehingga diperoleh prototype (contoh perangkat pembelajaran). Tahap ini dimulai setelah ditetapkan pembelajaran khusus. Kegiatan pada tahap ini adalah pemilihan media, pemilihan format dan perencanaan awal. 5
2.2.3 Tahap Pengembangan (Develop) Tujuan dari tahap ini adalah menghasilkan draft perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli yaitu tahap ini meliputi validasi perangkat oleh para ahli/pakar diikuti dengan revisi. 2.2.4 Tahap Penyebaran (Disseminate) Pada tahap ini dilakukanlah uji coba lapangan dengan jumlah siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya. Uji coba lapangan dilakukan menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Uji coba akan dikatakan selesai, jika perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan efektif serta kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat. Setelah dinyatakan efektif, maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan perangkat pembelajaran yang telah diujicobakan. Kegiatan ini dilakukan secara terbatas pada forum musyawarah guru mata pelajaran. Hasil dari tahapan ini adalah merekomendasikan kepada seluruh guru untuk menggunakan perangkat pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif pembelajaran di kelas. 2.3 Penerapan Model Problem Based Learning Savoie dan Hughes yang dikutip dalam Wena (2009: 91) menyatakan bahwa model belajar berbasis masalah memeiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut: 1. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan. 2. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa. 3. Mengorganisasikan pembelajaran diseputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu. 4. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. 5. Menggunakan kelompok kecil. 6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu para peserta didik mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir, dan pemecahan masalah yang peserta didik temui dalam kehidupan sehari-hari. 6
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Trianto, 2010:98) Tahap Tahap I Orientasi siswa pada masalah Tahap II Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap III Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap IV Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap V Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Guru membantu siswa untuk mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka gunakan. 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan telah diujicobakan dinyatakan telah efektif. Hal tersebut disebabkan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan telah memenuhi kriteria keefektifan, yaitu: a. Tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada Problem Based Learning sudah dapat efektif, dikarenakan rata-rata kemampuan guru mengelola pembelajaran telah mencapai kriteria minimal, yaitu baik. b. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan dinyatakan telah efektif, maka dianalisislah bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Kesimpulan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada problem based learning mengalami peningkatan yang signifikan. 2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi pada Problem Based Learning sudah berada pada kriteria batasan keefektifan pembelajaran. 3.2 Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, peneliti ingin memberikan saran yaitu bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran berorientasi pada Problem Based Learning pada materi pokok matematika yang lain atau pada mata pelajaran yang lain dapat merancang/mengembangkan komponen-komponen model pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan dikembangkan. 8
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Bistari, Bsy. 2010. Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai untuk Meningkatkan Komunikasi Matematik. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, 1 (1): 11-23 Dewi, Muthia. 2014. Pengembangan Model Matematika menggunakan model Thiagarajan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui pendekatan pembelajaran matematika realistic di MTs.Pesantren Daar Al Uluum Kisaran. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis). Yogyakarta: Multi Presindo Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standard Kompetensi Guru) Bandung: ROSDA NCTM. 2010. Why is Teaching with Problem Solving Important to Students Learning. Problem Solving Research Brief Rusman. 2011. Model-model Pemebelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta : Rajawali Press. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Slavin, Robert E.2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta : Indeks Standar Nasional Pendidikan (SNP). 2008. Standar Nasional Pendidikan (SNP). Bandung:Fokusmedia Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Wiyana, dkk. 2013. Pengaruh Pengetahuan KTSP dan Pendidikan Terhadap Kemampuan Menyusun RPP Guru SDN Jatiyoso Tahun 2011/2012. Jurnal Teknologi Pendidikan, 9