X. ADMILNISTRASI. 1. Konsep satuan-satuan radiasi. Besaran-besaran radiologis yang banyak digunakan dalam proteksi radiasi adalah :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

TEORI DASAR RADIOTERAPI

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama.

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab 2. Nilai Batas Dosis

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1975 TENTANG KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 TENTANG PEMAKAIAN ISOTOP RADIOAKTIF DAN RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

FISIKA ATOM & RADIASI

Radiasi 22/12/2014. Radiasi Sumengen Sutomo

VIII. DOSIMETRI RADIASI, SAFETY, DAN REGULASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang : Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

Penulis koresponden. Alamat

Alat Proteksi Radiasi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BAB IV Alat Ukur Radiasi

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PENGENDALIAN PERSONEL DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 2005

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

KAJIAN PENERIMAAN DOSIS RADIASI EKSTERNA MELEBIHI BATAS YANG DITENTUKAN.

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1969 Tentang : Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

bahwa semakin besar jarak ukur maka dosis serap yang diterima semakin kecil. Kata kunci :Kalibrasi, survei meter, dosis serap, faktor kalibrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI UTARA M E D A N. Oleh. Universitas Sumatera Utara

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. Radioaktivitas Atom terdiri atas inti atom dan elektron-elektron yang beredar mengitarinya. Reaksi kimia biasa (seperti reaksi pembakaran dan

RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT DETEKSI DAN PROTEKSI RADIASI PENGENALAN ALAT UKUR RADIASI

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Supriyadi Dental Radiology Departement

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dasar Proteksi Radiasi

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

SUB POKOK BAHASAN. I. Dosis Radiasi & Satuan Pengukur. Dosis Radiasi

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

PENERAPAN KOEFISIEN KOREKSI ELEMEN KARTU THERMOLUMINISENCE (TLD) UNTUK PERHITUNGAN DOSIS EKSTERNA

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : IMPOR ZAT RADIOAKTIF UNTUK KEPERLUAN SELAIN MEDIK

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : PERUNUT

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : EKSPOR ZAT RADIOAKTIF

FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

PEMBUATAN KURVA ISODOSIS PAPARAN RADIASI DI RUANG PEMERIKSAAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD KABUPATEN KOLAKA - SULAWESI TENGGARA

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

KALIBRASI EFISIENSI α/β COUNTER UNTUK ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR BETA DALAM CONTOH URIN

Transkripsi:

X. ADMILNISTRASI Dalam bekerja dengan radioisotop dan sumber radiasi lainnya, kita hams selalu berhati-hati terhadap efek biologis dari radiasi. Radiasi tak terlihat dan tak terasa, hanya setelah beberapa lama baru ketahuan akibat radiasi terhadap tubuh. Kita dapat memanfaatkan segala sifat radiasi dan radioisotop tanpa menimbulkan kerusakan pada tubuh dengan melakukan prosedur-prosedur proteksi terhadap radiasi. Proteksi terhadap radiasi ini jangan menghalangi atau mengganggu jalannya pemakaian radioisotop dan radiasi. 1. Konsep satuan-satuan radiasi. Besaran-besaran radiologis yang banyak digunakan dalam proteksi radiasi adalah : (a) exposure (pemaparan) dengan satuan Rontgen ( R ) (b) exposure rate (kecepatan pemaparan) dengan satuan R/jam (c) dosis absorpsi (dosis serap) dengan satuan Rad. (d) Dosis ekivalenb dengan satuan Rem. (a) Exposure. Exposure X adalah perbandingan dari Q dan m dimana Q adalah jumlah muatan listrik dari semua ion dari suatu tanda yang ditimbulkan dalam udara bila semua elektron yang dikeluarkan oleh foton dalam elemen volume udara yang mempunyai massa m semuanya berhenti dalam udara. Dalam rumus ditulis Satuan : Rontgen ( R) dimana : 1R = 2,58 x 10 4 C/kg atau dahulu 1R = 1 esu/cc udara. (b) Expore rate Kecepatan pamaparan adalah besar pemaparan per satuan waktu. dimana t = waktu lamanya pemaparan. Satuan : Rontgen/jam

(c) Absorbed dose (dosis serap) Dosis serap D adalah perbandingan dari E dengan Am dimana E adalah energi yang diberikan oleh radiasi pengion pada materi dalam elemen volume yang mempunyai massa Satuan : Rad dimana 1 Rad = 100 org/gm (c) Dosis ekivalen Dosis ekivalen (DE) adalah perkalian dari dosis serap dengan beberapa faktor modifikasi. Dalam radiobiologi faktor modifikasi adalah RBE (Relative Biological Effectiveness) dan dalam bidang Fisika Kesehatan adalah QF (quality factor). Satuan : Rem 2. Effek biologis dari radiasi. Bila radiasi menembus sel-sel hidup akan terjadi ionisasi atau eksitasi dari atom-atom dan molekul-molekul dalam struktur sel. Perubahan ini mempengaruhi energi ikatan dari atom dan molekul. Bila molekulmolekul menjadi pecah, sebagian akan jadi bermuatan listrik yang biasa disebut radikal dan ion-ion yang pada umumnya secara kimiawi tidak stabil. Karena sel mengandung banyak air, radikal penting yang terbentuk adalah radikal dari molekul-molekul air. Effek selanjutnya ditimbulkan bila radikal-radikal dan ion-ion ini berinteraksi dengan sel lain, hingga terjadi kerusakan secara direct (langsung) dan indirect. Kerusakan besar yang terjadi dalam inti sel dan kerusakan cytoplasma akan menimbulkan effek yang besar pada sel. Proses yang terjadi dalam sel ini adalah merupakan fungsi dari dosis radiasi dan dapat menimbulkan kematian sel.

Beberapa kerusakan dalam sel masih dapat disembuhkan oleh sel sendiri atau penggantian sel rusak oleh mitosis dari sel yang baik. Sampai saat sekarang belum diketahui adanya Threshold dose dimana dibawah dose ini tak akan terdapat effek biologis. Response terhadap radiasi biasa disebut radiosensitivitas. Selsel yang lebih aktif dalam reproduksi, yang mempunyai kecepatan metabolisme yang besar dan yang memberi makan (nourished) lebih dari yang lain adalah lebih sensitif terhadap radiasi. Dalam tubuh sumsum tulang, jaringan lympoid dan organ reproduksi paling sensitif terhadap radiasi sedangkan tulang dan otot adalah kurang radiosensitif. Effek somatik. Effek dari setiap kerusakan yang mempengaruhi individu sendiri suatu kerusakan dari organ dalam tubuh dapat menimbulkan effek pada organ yang lain. Faktor-faktor yang mempengharuhi penentuan effek somatik : Sifat dari macam radiasi Dosis serap Distribusi waktu Distribusi dosis Effek genetik Effek dari setiap kerusakan yang mempengaruhi keturunan. Radiasi dapat menimbulkan perubahan atau mutasi dari beberapa effek genetik disebabkan oleh kerusakan Chromosome. "Late" effek Effek dari radiasi timbul setelah beberapa lama sesudah kena radiasi. Waktu elapse ini mungkin lama sekali hingga sukar untuk melihat hubungan radiasi dengan effek ini, juga "late effek" ini dapat ditmbulkan juga oleh hal lain. 3. Dasar-dasar proteksi radiasi Dalam setiap program, keamanan terhadap radiasi dilakukan dengan mengurangi exposure luar dan dalam sampai batas minimum. Exposure total yang diterima seseorang ditentukan oleh tiga faktor, waktu, jarak dan parsial (shielding). Faktor waktu menyatakan makin lama seseorang berada dalam medan radiasi makin besar exposure yang diterima. Dalam hal emergency dimaka pekerjaan harus

dilakukan dalam medan radiasi yang kuat, waktu memegang peranan. Agar seseorang tidak menerima expose diatas batas yang diperkenankan, prosedur kerja harus direncanakan baik dan dilakukan oleh suatu kelompok. Faktor jarak mempengaruhi intensitas medan radiasi. Intensitas medan radiasi berkurang dengan jarak terhadap sumber radiasi. Bila sumber radiasi merupakan suatu titik maka intensitas radiasi pada suatu titik A dengan jarak A dengan jarak ra adalah : dimana S = radiasi total yang dipancarkan. Dan pada titik B dengan jarak B adalah Maka atau Atau Rumus ini dikenal sebagai "inverse square low". Tetapi sering orang harus bekerja pada jarak dekat dengan sumber radiasi. Dalam hal ini digunakan perisai (shielding) yang dapat menurunkan (attenuation) tingkat radiasi. Materi dari perisai tergantung dari macam radiasi dan faktor-faktor lain seperti: ekonomis, keracunan, praktis. Ke effektifan dari perisai ditentukan oleh interaksi antar radiasi dan atom-atom dari materi perisai. Pada umumnya bila radiasi melalui perisai berlalai penurunan (attenuasi) radiasi sebagai berikut : Bila µ = koefisien attenuasi Maka penurunan intensitas setelah melalui tebal dx adalah di = -I dx Setelah melalui tebal x maka : atau

Dosis maksimum yang diperkanankan Pada tahun 1920 timbul konsep "tolerance dose" ialah dosis radiasi yang dapat diterima seseorang secara kontinu dimana dibawah dosis tersebut tak akan menimbulkan kerusakan dalam kulit (skin erythema). Pada waktu itu ditentukan tolerance dose sebesar 200 mr. Tahun 1936 tolerance dose ini dikurangi sampai menjadi 100 mr. Dengan kenaikan penggunaan radiasi setelah tahun 1942 dan diketemukannya konsep RBE dan studie irradiasi tingkat rendah maka ICRP pada tahun 1958 mereduksi dosis mingguan yang diperkanankan menjadi 100 mremhninggu. Faktor lain yang menyebabkan pengambilan keputusan ini ialah penemuan bahwa kerusakan genetik yang "ireversibel" dapat ditimbulkan oleh irradiasi "reproduction organ" dengan setiap jumlah radiasi. Sebagai alasan praktis, ICRP membuat batas dosis akumulatip maksimum kwartalan (periode 13 minggu) sebesar 3 rem dengan catatan bahwa dosis radiasi tahunan yang diterima tak boleh melebihi 5 rem. Total dosis akumulasi untuk seseorang ditentukan tak boleh melebihi 5 (N -18) Rem, dimana N = umur dalam tahun. Pada tahun 1965 ICRP menentukan batas dosis untuk umum dan orang-orang dewasa yang bekerja dalam medan radiasi sebagai berikut : 4. Dosis interna Zat radioaktif dapat masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, pemasukan melalui makanan atau minuman, ingestion dan kadang-kadang dengan cara absorpsi melalui kulit. Begitu radioisotop masuk kedalam tubuh, kelarutan dari zat radioisotop memegang peranan dan terjadi sebagian zat akan masuk kedalam aliran darah dan akan menuju dan menetap pada beberapa organ. Organ dimana kerusakannya karena radiasi menimbulkan kerusakan terbesar pada

tubuh di sebut organ kritik. Zat radioisotop yang tinggal dalam organ akan terus meradiasi organ itu sendiri dan jaringan lain sekeliling organ. Energi yang diserap tergantung dari macam radiasi, ukuran dan bentuk organ serta distribusi sumber adalah non uniform maka dalam perhitungan dosis yang diterima dianggap bahwa distribusi adalah uniform dan jaringan adalah homogen dalam komposisi dan kerapatan. Untuk suatu macam radiasi dengan energi tertentu, maka formula kecepatan pemaparan radiasi terhadap jaringan i sebagai : D i = rad/hari Dimana E = energi yang diserap per di-sintegrasi Pi = bagian dari energi yang diserap dalam jaringan i Mi = massa jaringan i Ri = retention dalam jaringan i yang merupakan fungsi dari waktu. Hingga dosis yang diterima selama waktu (t 2 t 1 ) oleh jaringan Dimana : Ej = energi dari macam radiasi ke j. fj = probabilitas per disintegrasi dari in-duk Fij = bagian energi yang dipancarkan dalam ke j QF = Quality factor MF = Distribution factor. Agar jumlah dosis dalam jumlah organ itu tidak melebihi batas dapat menimbulkan kerusakan organ maka diturunkan dari rumus tersebut diatas suatu besaran yang disebut pemasukan maksimum yang diperkenankan (MPI = maximum permissible Intake) yang akhirnya dari MPI diturunkan konsentrasi maksimum yang diperkenankan (MPC = maximum permissible concentration) dari setiap unsur radioisotop dalam udara dan air. Untuk keperluan penurunan harga-harga MPC ini dibuat konsep standard man.

5. Safe handling Mengingat effek biologi dari radiasi, maka dalam pekerjaan dengan radioisotop harus dijaga jangan sampai mendapat radiasi luar yang hingga menimbulkan radiasi dalam. Karena itu digunakan alat-alat khusus untuk bekerja dengan radioisotop. Dengan tujuan utama dari alat-alat tersebut adalah mengurangi radiasi luar, menjaga kontaminan dan menjaga tak ada pemasukan radioisotop kedalam tubuh. Alat-alat tersebut misalnya kotak yang terperisai (shielded cell) yang menggunakan blokblok perisai dari timah hitam (lead bricks), remote handling apparatus seperti tong, cepit, processing box. Disamping menggunakan alat-alat khusus itu, juga diharuskan mengikuti ketentuankletentuan keselamatan kerja dengan radiasi. IAEA mengeluarkan buku-buku ketentuan tersebut sebagai Safety Kariers dan dari sini BATAN menurunkan buku Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap radiasi sebagai manual dari Peraturan Pemerintah no.11, 12 & Dalam buku tersebut dibahas cara, prosedur dan tata kerja bekerja dengan radiasi dalam batas-batas yang sama. Pengurus sampah radioaktif Alat-alat dan bekas-bekas alat atau yang tak dipakai lagi sedangkan masih mengandung keradioaktifan dianggap sampah radioaktif. Macam sampah dapat digolongkan dalam sampah padat, cair dan gas. Karena sampah-sampah tersebut masih radioaktif jadi pengurusannya harus mengikuti buku ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi, hingga tak membahayakan manusia. 6. Personel monitoring Untuk mengetahui berapa besarnya dosis luar (external dose) yang diterim a, pekerja radiasi pada umumnya memakai alat pengukur misalnya : film badge, pocket dosimeter, TLD. Disamping memakai alat personel monitoring itu digunakan juga alat pengukur tingkat radiasi hingga pekerja radiasi dapat memperkirakan berapa dosis yang akan diterima.

Alat pengukur itu misalnya : 1. Survey meter yang berbentuk in chamber, geiger Muller, propertional, scintillation dan activitation survey meter. 2. Air monitor. Semua alat-alat tersebut diatas hams dikalibrasi terhadap suatu standard radiasi agar dapat menentukan pengukuran yang tepat. 7. Peraturan Pemerintah No.11, 12, 13 tahun 1975. Untuk menjaga keselamatan manusia dan sekelilingnya setiap negara mengadakan peraturan yang mengatur setiap pemakaian radiasi dan radioisotop. Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1969 sudah mengeluarkan PP yang mengatur pemakaian radiasi itu yang direvisi pada tahun 1975 sebagai PP No. 11, 12 dan 13. PP No.11 : tentang KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI PP No 12 : tentang IZIN PEMAKAIAN ZAT RADIOAKTIF DAN ATAU SUMBER RADIASI LAINNYA PP No 123 : tentang PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF