BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan di Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar Negara. sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2009 PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2009

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

Berdasarkan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional (sisdiknas), disebutkan dalam pasal 1 ayat (14), Pendidikan

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

LEMBARAN DAERAH NOMOR 31 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BATANG

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sistem Pendidikan Nasional

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PENDIDIKAN GRATIS

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2009

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat dicapai melalui pendidikan. Pendidikan yang baik dapat menghasilkan SDM yang berkemauan dan berkemampuan untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkesinambungan. Hal ini penting, terutama ketika dikaitkan dengan Sistem Pendidikan Nasional, yang menjelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa 1. Sistem pendidikan nasional Indonesia juga menegaskan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya serta Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% 1 Umaedi, dkk, Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta. Depdiknas. 2011. hlm. 11

2 (dua puluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional 2. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Suatu kebijakan pendidikan di daerah dalam konteks otonomi daerah dikaitkan dengan kebijakan publik desentralisasi yakni urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan, dan kebijakan pendidikan nasional. Dalam kebijakan pendidikan nasional ada dua hal khusus yang berkenaan dengan hal tersebut adalah pertama menetapkan alokasi dana pendidikan sekurang-kurangnya 20% baik pada APBN dan APBD, kedua pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan baik setiap warga Negara. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya daya guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun yang dikenal sebagai wajib belajar sembilan tahun 3. Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kemampuan aparat pemerintahan dalam merumuskan program/kebijakan untuk dilaksanakan oleh 2 Ibid. hlm. 14 3 Ketentuan Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

3 aparat pemerintah dan kelompok-kelompok masyarakat yang ikut serta bersamasama melaksanakan program/kebijakan yang telah diputuskan, yang harusnya didukung oleh sarana dan prasarana yang ada. Fenomena yang terjadi di Kota Metro hasil pra survey pendahuluan peneliti berdasarkan informasi dari Dikbudpora Kota Metro serta beberapa tokoh masyarakat dan kepala sekolah bahwa di Kota Metro angka partisipasi murni masih fluktuatif. Berikut ini adalah tabel angka partisipasi murni Kota Metro dari Tahun 2010 sampai 2013. Tabel 1. Jumlah Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, SMP/MTs, SM/MA Tahun 2010-2013 INDIKATOR TAHUN 2010 2011 2012 2013 Angka Partisipasi Murni a. PAUD - - - - b. TK/RA - - - - c. SD/MI 99,53 101,62 102,39 102,39 d. SMP/MTs 83,69 86,30 82,29 82,29 e. SM/MA 59,50 62,23 63,64 63,64 Sumber: Dikbudpora Kota Metro 2010-2013 Merujuk pada tabel 1 disebutkan jika dari tahun ke tahun angka partisipasi murni tingkat SD/MI dan SM/MA meningkat, namun di tingkat SMP/MTs angka partisipasi murni masih rendah yakni 82,29. Dari fenomena tersebut terlihat bahwa dalam rangka mencapai tujuan kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan tersebut perlu dievaluasi kembali mengenai pelaksanaan kebijakan tersebut. Demikian halnya menganai angka buta huruf sampai tahun 2012 tingkat buta huruf di Kota Metro mencapai angka 2.651. Dalam tabel berikut ini dijelaskan lebih rinci tentang status pendidikan penduduk usia 7-12 Tahun (TK),

4 usia 7-12 Tahun (SD/MI), usia 13-15 (SMP/MTs) dan usia 16-18 (SMA/MA) serta kemampuan membaca dan menulis usia 10 Tahun ke atas di Kota Metro. Tabel 2. Status Pendidikan Penduduk Berdasarkan Usia dan Kemampuan Membaca dan Menulis Usia 10 Tahun ke Atas T A H U N Tidak/Belum Pernah Sekolah S S S M M D P A Masih Sekolah Tidak Bersekolah Lagi TK SD SMP SMA SD SMP SMA Dapat Mem baca dan Menulis Tidak dapat Mem baca dan Menu lis 2010 196 69 26 8.713 43.713 15.004 10.172 295 1.302 201 104.011 7.813 2011 174 42 15 9.131 45.131 15.396 11.201 354 668 197 116.815 5.896 2012 105 17 9 9.474 59.477 16.817 13.023 95 586 109 141.820 2.651 Sumber: Dikbudpora Kota Metro 2013 Berdasarkan data tabel 2 dapat diketahui bahwa dalam bidang pendidikan status pendidikan penduduk usia 7-12 Tahun (TK), usia 7-12 Tahun (SD), usia 13-15 (SMP) dan usia 16-18 (SMA) serta dalam hal status pendidikan masih sekolah serta kemampuan membaca dan menulis usia 10 Tahun ke atas di Kota Metro meningkat dalam beberapa tahun terakhir walaupun angka status siswa tidak bersekolah lagi dan tingkat buta huruf masih cukup tinggi. Hal ini menunjukkan kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan di Pemerintah Kota Metro dalam mewujudkan perluasan akses dan pemerataan, serta peningkatan mutu dan relevansi pendidikan perlu dilakukan sebuah evaluasi menganai pelaksanaan tujuan pokok kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan tersebut. Menelaah fenomena yang terjadi saat ini bahwa penyebab banyaknya anak usia pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah di Kota Metro yang berstatus tidak bersekolah salah satunya adalah kurang dipahaminya mengenai kebijakan

5 program pemberian subsidi biaya pendidikan. Sebagaian masyarakat masih menilai bahwa untuk memperoleh pendidikan pada jenjang TK, SD, SMP dan SMA masih dipungut biaya operasional pendidikan yang dibebankan kepada peserta didik melalui komite sekolah. Perspektif masyarakat ini beranjak dari adanya beberapa sekolah yang tidak mendapatkan subsidi biaya pendidikan dari pemerintah daerah Kota Metro sehingga biaya operasional sebagian masih dibebankan kepada peserta didik. Ketentuan dalam Pasal 9 Perda Nomor 10 Tahun 2008 disebutkan bahwa sekolah yang diberi subsidi biaya Pendidikan adalah sekolah yang telah memenuhi syaratsyarat tertentu sebagaimana tertuang dalam Perda tersebut, sedangkan ketentuan Pasal 10 ayat (1) Perda Nomor 10 Tahun 2008 disebutkan bahwa sekolah swasta yang tidak mengikuti program subsidi pendidikan tidak diberikan bantuan subsidi biaya pendidikan. Selain sosialisasi yang belum optimal kepada pihak sekolah serta warga masyarakat tentang kebijakan subsidi biaya pendidikan tersebut, masyarakat Kota Metro juga masih kurangnya dorongan kesadaran dalam memperhatikan anaknya untuk memperoleh pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi sehingga masih terdapat jumlah anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Bentuk perwujudan pembangunan daerah dewasa ini sesuai dengan pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan adanya kebijakan-kebijkan yang dimiliki oleh pemerintah daerah dalam mengurus pemerintahannya sendiri. Salah satu bentuk kebijakan tersebut adalah adanya program pemerintah Kota Metro dalam pemberian subsidi biaya pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah.

6 Kebijakan pemerintah daerah Kota Metro dalam pelaksanaan program pemberian subsidi biaya pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah di Kota Metro ini berorientasi dalam hal peningkatan pendidikan anak-anak usia sekolah, sehingga tingkat buta huruf atau tidak bersekolah dapat berkurang. Program pemberian subsidi biaya pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah di Kota Metro pada awal pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemberian subsidi biaya pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah di Kota Metro. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pemerintah Kota Metro. Visi Kota Metro yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yaitu Metro Menuju Kota Pendidikan yang Unggul dan Masyarakat Sejahtera. Sesuai dengan Visi Kementrian Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Kemendiknas Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Pendidikan Nasional 2009-2014 yaitu Insan Indonesia Cerdas Komprehensif, Kompetitif, dan Bermartabat (Insan Kamil/Insan Paripurna) 4.Sejalan dengan Visi Kementerian Pendidikan Nasional dan Visi Kota Metro tersebut Dinas Pendidikan kota Metro pada tahun 2015 ingin mewujudkan Pendidikan Unggul, Berwawasan Global, Berbudaya dan Berakhlak Mulia. Atas dasar Visi Kota Metro dan Visi Pendidikan Kebudayaan, Pemuda dan Olah raga Kota Metro tersebut maka Misi Pendidikan Kota Metro sebagai berikut : a. Mewujudkan pendidikan berkualitas yang berakar pada budaya dan akhlak mulia. 4 Profil Kota Metro 2013. hlm. 7

7 b. Mewujudkan pendidikan berwawasan global berbasis teknologi informasi. c. Mengembangkan potensi kebudayaan, pemuda dan olahraga. d. Mengembangkan dan menggali potensi seni dan budaya daerah. e. Mewujudkan layanan prima pendidikan 5. Kebijakan pemerintah Kota Metro dalam pelaksanaan program pemberian subsidi biaya pendidikan yang membuat dan melaksanakan program tersebut yang bukan hanya untuk siswa wajib belajar 9 tahun sebagaimana program nasional tetapi juga pada SMA. Selain itu pemberian subsidi ini bukan hanya sekolah negeri tetapi juga sekolah swasta dan madrasah. Program subsidi biaya pendidikan merupakan salah satu program perwujudan visi dan misi Pemerintah Kota Metro sebagai kota pendidikan. Dalam program tersebut disalurkan bantuan dana pendidikan secara langsung kepada satuan pendidikan untuk membiayai kegiatan operasional satuan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai tingkat SMA. Alokasi penggunaan dan mekanisme pengelolaan dana tersebut harus sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan dan standar pengelolaan. Khusus di Kota Metro, bantuan subsidi biaya pendidikan telah sampai pada tingkat SMA/MA dalam bentuk Bantuan Operasional Daerah (BOSDA) dan dana rutin yang dianggarkan melalui APBD Kota Metro. Pemberian subsidi biaya pendidikan dimaksudkan untuk mengurangi beban masyarakat/orang tua siswa dalam mendapatkan pendidikan yang layak dan bermutu. Subsidi biaya pendidikan juga bertujuan untuk membantu biaya penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik/orang tua peserta didik yang 5 Ibid. hlm. 8

8 berkaitan dengan proses belajar mengajar dan kegiatan pembangunan sekolah. Subsidi biaya pendidikan tersebut merupakan bantuan dalam bentuk dana yang diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk keperluan pembebasan dan atau pembayaran Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP), buku dan biaya proses belajar mengajar bagi setiap peserta didik sekolah yang secara nyata terdaftar selaku peserta didik pada lembaga/sekolah penerima subsidi. Tujuan kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan di Pemerintah Kota Metro sebagaimana termaksud dalam Perda Nomor 10 Tahun 2008 adalah untuk mewujudkan perluasan akses, pemerataan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, melalui proses penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu pada tingkat pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah, mendorong sekolah penerima subsidi, melaksanakan manajemen berbasis sekolah dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan pendidikan pra sekolah pendidikan dasar dan menengah, memotivasi dan melanjutkan upaya reformasi pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah. Kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan di Pemerintah Kota Metro pada hakikatnya membantu menjamin tersedianya lahan, sarana dan prasarana pendidikan, tenaga kependidikan, dan biaya operasional penyelenggaraan dengan pembagian beban tugas dan tanggung jawab sebagaimana yang diatur dalam perundang-undangan yang mengantur tentang pendidikan. Selain itu, kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan di Pemerintah Kota Metro membantu terselenggaranya dan suksesnya wajib belajar sembilan tahun dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh

9 warga masyarakat usia sekolah dan mengantisipasi kesenjangan masyarakat khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan sebagai warga masyarakat dalam mengisi kemerdekaan bahagian dari upaya pencerdasan Bangsa. Kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan di Pemerintah Kota Metro berpotensi untuk mengurangi beban masyarakat sebagai peserta didik atau orang tua peserta didik dan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada usia belajar guna mendapatkan layanan pendidikan yang layak dan bermutu, namun penggunaan subsidi biaya pendidikan belum membiayai beberapa hal yang dibutuhkan sesuai petunjuk teknis dan masih ada beberapa kegiatan yang tidak masuk dalam pendanaan sesuai juknis, selain itu pencairan dana sering terlambat dan nilai dana yang cair tidak sesuai dengan yang dianggarkan. Berdasarkan uraian tentang kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan di Pemerintah Kota Metro tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan memiliki tujuan yang penting yakni dalam hal mengurangi beban masyarakat/orang tua siswa untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan bermutu dan untuk membantu biaya penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik maupun orang tua peserta didik dalam proses belajar mengajar dan kegiatan pembangunan sekolah. Dalam konteks penyelenggaraan administrasi pemerintahan daerah yang baik (good governance) maka pemerintah daerah mampu mempertanggungjawabkan segala sikap, perilaku dan kebijakan yang dibuat secara politik, hukum, maupun ekonomi dan membuka kesempatan masyarakat untuk melakukan pengawasan. Sebagai perwujudan konkrit dari implementasi good governance di daerah adalah:

10 a. Pemerintah daerah administrasi diharapkan dapat berfungsi dengan baik dan tidak memboroskan uang rakyat. b Pemerintah daerah dapat menjalankan fungsinya berdasarkan norma dan etika moralitas pemerintahan yang berkeadilan. c. Aparatur pemerintah daerah mampu menghormati legitimasi konvensi konstitusional yang mencerminkan kedaulatan rakyat. d. Pemerintah daerah memiliki daya tanggap terhadap berbagai variasi yang berkembang dalam masyarakat 6. Kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan di Pemerintah Kota Metro menitik beratkan pada pencapaian tujuan sesuai dengan maksud dan tujuan kebijakan program pemberian subsidi biaya pendidikan sebagaimana tertuang dalam maksud dan tujuan Perda Nomor 10 Tahun 2008 itu sendiri yakni perluasan akses dan pemerataan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, serta manajemen berbasis sekolah tingkat pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kebijakan Pemerintah Kota Metro dalam Program Pemberian Subsidi Biaya Pendidikan. 6 Sedarmayanti. Good Gavernance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah. Mandar Maju. Bandung. 2011. hlm. 26

11 1.2. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1.2.1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah kebijakan pemerintah Kota Metro dalam program pemberian subsidi biaya pendidikan? b. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam kebijakan pemerintah Kota Metro dalam program pemberian subsidi biaya pendidikan? 1.2.2. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian skripsi ini terbatas pada kajian bidang ilmu Hukum Administrasi Negara khususnya hanya terbatas pada hukum administrasi daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah Kota Metro dalam program pemberian subsidi biaya pendidikan. Lingkup pembahasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada kebijakan Pemerintah Kota Metro dalam program pemberian subsidi biaya pendidikan tingkat pra sekolah (TK/RA), pendidikan dasar (SD/MI) dan menengah (SMP/MTs dan SMA/MA), sedangkan ruang lingkup tempat penelitian hanya dibatasi pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Inspektorat dan Instansi Pendidik/Sekolah di Kota Metro. Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan di Tahun 2014.

12 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah Kota Metro dalam program pemberian subsidi biaya pendidikan. b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam kebijakan pemerintah Kota Metro dalam program pemberian subsidi biaya pendidikan. 1.3.2. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis: a. Kegunaan Teoritis 1). Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi perkembangan ilmu hukum khususnya hukum administrasi negara. 2). Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk dijadikan arah penelitian lebih lanjut pada masa yang akan datang. b. Kegunaan Praktis 1). Bagi Pemerintah, dapat memberikan masukan bagi pemerintahan Kota Metro agar daerah tersebut kedepanya lebih baik dan pemerintah setempat lebih memperhatikan dan meningkatkan pendidikan masyarakat. 2). Bagi Instansi Sekolah, dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi pihak sekolah untuk lebih bersikap aktif dalam merespon permasalahan subsidi biaya pendidikan.

13 3). Bagi masyarakat, dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan sehingga dapat mendidik kita menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpikir dan bertindak kritis terhadap segala ketimpangan yang terjadi dalam pemberian subsidi biaya pendidikan.