BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas dasar pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran (Fadillah, 2015). Menurut Singarimbun (2015), kimia merupakan ilmu yang kaya akan konsep yang bersifat abstrak, kimia bukanlah pelajaran yang baru bagi siswa, namun seringkali dijumpai siswa-siswi yang menganggap materi kimia rumit dan sulit dipelajari, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya. Berdasarkan observasi peneliti di SMA Negeri 1 Batang Kuis, hampir pada setiap pertemuan guru mengajar menggunakan metode ceramah yaitu sekitar 85% dalam satu semester. Hal tersebut tentu membuat siswa bosan dan tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, menurut Joyce (2009) perlu untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat dan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan serta yang dapat bersifat melatih siswa melakukan penelitian untuk menemukan konsep. Model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran latihan penelitian atau inquiry training yang dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat (Trianto, 2009). Inquiry training adalah suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Menurut Suchman (dalam Joyce, 2009), model inquiry training memotivasi siswa untuk melakukan sebuah penemuan yang memanfaatkan eksplorasi rasa keingintahuan siswa, sehingga siswa yang aktif dalam memperoleh pengetahuan tersebut mulai bertanya mengapa peristiwa itu terjadi, menyelidikinya, memperoleh, dan memproses data secara logis, serta mengembangkan strategi-strategi intelektual umum yang dapat digunakan untuk mencari jawaban mengenai fenomena atau peristiwa tersebut. Hasil penelitian 1
2 Schlenker (dalam Joyce, 2009), menunjukkan bahwa inquiry training dapat meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Selain itu, hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa guru hanya menggunakan satu bahan ajar yang menurutnya paling baik tanpa mau repot-repot mencari bahan ajar lain sebagai pendukung. Menurut NRC (dalam Rahmadhani, 2016), selain sekedar mengetahui bahan ajar yang akan diberikan, seorang pendidik harus memahami dan mampu mengintegrasikan pengetahuan konten ke dalam pengetahuan tentang kurikulum, pembelajaran, mengajar dan siswa. Pengetahuan-pengetahuan tersebut dapat menuntun pendidik untuk merangkai situasi pembelajaran sesuai kebutuhan individual dan kelompok siswa. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran berjalan statis dan berdampak pada hasil belajar siswa yang cenderung rendah. Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran kimia di sekolah, salah satu cara yang dapat digunakan dan dapat membantu anak-anak belajar sains agar nantinya sungguh menguasai bahan sains dan teknologi serta berminat untuk mengembangkannya di kemudian hari, adalah lewat Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang mengkaitkan materi dengan pedagogiknya, sehingga guru semakin dapat membantu siswa memahami bahan sains dengan lebih mudah. Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan suatu pengetahuan yang berisi materi pembelajaran (Content) dan ilmu mengajar (pedagogik) yang dipadukan oleh seorang guru dalam pembelajaran untuk menciptakan pengetahuan baru. Menurut Loughran (dalam Tritiyatma, 2016), PCK dapat berkembang seiring dengan berjalannya waktu melalui pengalaman proses pembelajaran. Pengembangan PCK dapat diaktualisasikan dengan menggunakan Content Representation (CoRe) Framework dan Pedagogical and Profesional- Experience Repertoires (PaP-eRs) design. CoRe adalah framework (lembar kerja) yang berisi uraian konsep-konsep penting dalam mengerjakan suatu topik tertentu, sedangkan PaP-eRs adalah suatu akun narasi dari PCK seorang guru yang
3 menekankan pada bagian-bagian atau aspek suatu materi pembelajaran yang akan disampaikan. Larutan penyangga (buffer) merupakan salah satu materi kimia yang mengkaji tentang pengertian larutan penyangga, ph larutan penyangga, dan fungsi larutan penyangga dalam makhluk hidup dan kehidupan sehari-hari. Materi pokok larutan penyangga merupakan konsep yang tidak cukup dihafal saja namun terdapat konsep-konsep yang perlu diobservasi melalui kegiatan ilmiah berupa praktikum, kegiatan ini sangat penting untuk membuktikan konsep-konsep yang telah ada. Materi larutan penyangga sangat cocok apabila dalam pembelajarannya menggunakan model inquiry training (latihan penelitian). Melalui model inquiry training yang didalamnya terdapat kegiatan eksperimen untuk menemukan suatu konsep, sehingga dengan model inquiry training siswa dapat terlatih membangun pengetahuannnya sendiri melalui kegiatan ilmiah (Fajariani, 2013). Beberapa penelitian mencoba menerapkan model inquiry training memiliki dampak positif terhadap kegiatan pembelajaran yakni pada penelitian yang dilakukan oleh Pandey (dalam Puspandini, 2013), menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model inquiry training lebih baik jika dibanding dengan menggunakan model konvensional yang diterapkan di kelas kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Puspandini (2013), menunjukkan bahwa kerja ilmiah siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran inquiry training lebih tinggi secara sangat signifikan dari pada siswa yang belajar dengan model 5E Learning Cycle dengan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 78,7 sedangkan kelas kontrol 70,8. Fajariani (2013), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri pada materi larutan penyangga mendapatkan respon yang baik dari siswa dengan persentase rata-rata diatas 69%. Lalu menurut hasil penelitian Tritiyatma (2016), penggunaan CoRe framework dan PaP-eRs design dalam pembelajaran sangat disarankan untuk pengembangan PCK calon guru karena dapat membuat calon guru lebih siap untuk mengajarkan suatu materi dari segi konten maupun cara mengajarkannya.
4 Berdasarkan uraian di atas dengan menggunakan model inquiry training yang dikombinasikan dengan media bahan ajar berupa Pedagogical Content Knowledge (PCK) diharapkan hasil belajar kimia siswa akan meningkat. Untuk itu penulis tertarik dan berencana untuk melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Inquiry Training Berbasis Pedagogical Content Knowledge (PCK) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA pada Pokok Bahasan Larutan Penyangga. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu: 1. Kimia merupakan suatu mata pelajaran yang cukup sulit dimengerti oleh siswa 2. Siswa kurang terlatih membangun sendiri pengetahuannya serta membangun kemampuannya 3. Model dan media pembelajaran yang diterapkan oleh guru kimia kurang bervariasi. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka permasalahan yang diteliti yaitu apakah hasil belajar kimia siswa yang diberikan model pembelajaran Inquiry Training berbasis Pedagogical Content Knowledge (PCK) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional? 1.4 Batasan Masalah Untuk mengarahkan penelitian agar permasalahan tidak terlalu luas maka dilakukan pembatasan masalahnya sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Inquiry Training berbasis Pedagogical Content Knowledge (PCK) 2. Materi pokok bahasan yang diajarkan adalah larutan penyangga
5 3. Objek penelitian adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2016/2017. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bahwa hasil belajar kimia siswa yang diberikan model pembelajaran Inquiry Training berbasis Pedagogical Content Knowledge (PCK) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Guru Sebagai bahan pertimbangan guru untuk lebih memilih model dan media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran kimia dan sebagai informasi dan wacana kepada guru kimia untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan 2. Bagi Siswa Diharapkan melatih keterampilan siswa, membuat siswa lebih senang dan aktif dalam mengikuti pembelajaran kimia khususnya materi pokok bahasan larutan penyangga 3. Bagi Peneliti Bahan ajar yang dibuat dapat memberikan tambahan wawasan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam membuat sumber belajar serta meningkatkan kompetensinya sebagai calon guru 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan serta rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
6 1.7 Definisi Operasional Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu definisi operasional yaitu sebagai berikut: 1. Model pembelajaran inquiry training adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri (Trianto, 2011) 2. Pedagogical Content Knowledge (PCK) adalah suatu pengetahuan yang berisi materi pembelajaran (Content) dan ilmu mengajar (pedagogik) yang dipadukan oleh seorang guru dalam pembelajaran untuk menciptakan pengetahuan baru, PCK sangat penting dimiliki oleh seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa (Shulman dalam Rahmadani, 2016) 3. Hasil belajar merupakan suatu keadaan atau nilai dari seseorang yang belajar, dan kemampuannya untuk menggunakan apa yang diperoleh dari proses belajar mengajar serta apa yang diperoleh siswa dalam proses pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang diperolehnya (Sudjana, 2009) 4. Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai ph tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi berlangsung (Purba, 2006) 5. Model Pembelajaran Konvensional adalah model pembelajaran ceramah yang digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan (Sanjaya, 2011).