BAB I PENDAHULUAN. Sari Pertiwi, 2014 EFEKTIVITAS MODEL SINEKTIK DENGAN MEDIA FILM PENDEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kenyataan hal tersebut seringkali tidak terjadi. Pembelajaran menulis cerpen masih dianggap

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

2015 EFEKTIFITAS MEDIA BUKU HARIAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN (EKSPERIMEN KUASI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KLARI KARAWANG TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Raya Antapani, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis paragraf

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekarang. Tidak hanya dijadikan sebagai perantara informasi dan komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Rosalita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. membaca, menulis, menyimak, berbicara. Setiap keterampilan erat sekali kaitannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tulisan. Pada semua jenjang pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. yakni menulis karya sastra dan melisankan karya sastra. proses belajar mengajar, sehingga dapat mencapai hasil yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Swie Indarti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan agar siswa terampil menyimak, terampil berbicara, terampil

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah N. Yuli Mutiara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan dari masyarakat. Secara alami,

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung ataupun tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1981:3). Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanda Mahesa, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Shinta Rizki N, 2013

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Delia Nurjanah, 2014 PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPENMELALUI PENDEKATAN SAINTIFIKDENGAN

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

Oleh : Maria Krisnauli Manik Dr. Rosmawaty, M.Pd. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

2015 PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL BERBASIS FILM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis cerita pendek (cerpen) merupakan salah satu kompetensi dalam kurikulum 2013 yang harus dikuasai siswa. Kurikulum 2013 memang berbeda dengan kurikulum KTSP, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya dapat terlihat dari pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 berbasis teks, sedangkan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum sebelumnya berbasis keterampilan berbahasa. Dengan menggunakan pendekatan berbasis teks, itu artinya siswa dituntut untuk memahami isi serta konteks yang terdapat dalam teks dan juga dituntut untuk menguasai struktur dari teks tersebut. Selain itu, siswa juga dituntut untuk dapat menulis teks yang dipelajarinya. Teks yang dimaksud dalam kurikulum 2013 berupa teks sastra dan teks non-sastra. Teks sastra yang terdapat dalam kurikulum 2013 adalah teks cerita pendek (cerpen). Teks cerpen dipelajari di kelas VII semester dua. Terdapat delapan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam memahami sebuah teks khususnya teks cerpen. Salah satu kompetensi dasar yang berkaitan dengan teks cerpen adalah kompetensi menyusun teks cerpen. Kompetensi dasar tersebut menuntut siswa untuk menghasilkan sebuah produk atau karya berupa cerpen, yang berarti siswa dituntut untuk mampu menulis cerpen. Menulis merupakan suatu cara berkomunikasi antara penulis dan pembaca atau secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap penulis atau pengarang mempunyai pikiran dan gagasan yang ingin disampaikan yang kemudian diterjemahkan ke dalam sandi-sandi tulis (Tarigan 2008:21).

2 Berdasarkan pengertian tersebut, menulis merupakan suatu cara komunikasi penulis atau pengarang untuk menyampaikan ide, imajinasi, serta curahan perasaan ke dalam sebuah tulisan. Tidak mudah menyampaikan ide, imajinasi, serta curahan perasaan ke dalam sebuah tulisan. Menurut Kuncoro (2009:7) terdapat beberapa hambatan internal dan eksternal bagi penulis pemula. Hambatan tersebut diantaranya, yaitu kurangnya pengetahuan, belum memiliki penguasaan berbahasa yang baik, serta kurangnya minat dalam menulis, sedangkan faktor eksternal yang menghambat seseorang untuk menulis adalah sulitnya mencari topik atau ide untuk bahan tulisan. Dalam kenyataannya, hambatan-hambatan tersebut memang menjadi penghalang bagi siswa dalam menulis cerpen. Hambatan yang seringkali dialami ketika pertama kali akan menulis cerpen adalah kesulitan dalam mencari ide atau topik cerita. Selain itu, kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen pun menjadi salah satu hambatan dalam pembelajaran. Akibatnya, ketika mengikuti pembelajaran menulis cerpen siswa seringkali mengeluh dan terlihat kurang memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Padahal, keterampilan menulis itu harus diawali oleh minat, kreativitas, sebilangan latihan, dan kebiasaan membaca berbagai sumber bacaan. Oleh karena itu, menarik minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sangat penting dilakukan guna meningkatkan pembelajaran menulis cerpen. Hal itu dapat dilakukan dengan cara menerapkan sebuah model pembelajaran beserta media pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi tertarik dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan permasalahan tersebut, model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model sinektik. Model ini diharapkan mampu menjadi solusi yang tepat untuk dapat memecahkan masalah dalam pembelajaran menulis cerpen. Model sinektik merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang oleh Wiliam John Gordon untuk mengembangkan kreativitas siswa khususnya dalam keterampilan menulis dan mengarang. Atas dasar itulah, penulis memilih model pembelajaran ini. Adapun penggunaan media pembelajaran merupakan

3 upaya untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan daya kreasi siswa dalam menulis sebuah tulisan, khususnya cerpen. Media yang dipilih untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan daya kreasi siswa salah satunya adalah media film. Media film menurut Naim (dalam Isjoni dan Arif, 2008) merupakan suatu media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan-pesan pendidikan secara konkrit dan terperinci seperti tujuan pembelajaran dalam kurikulum serta pembentukan sikap dan tingkah laku siswa. Di samping itu, media film juga digunakan untuk menonjolkan realita kehidupan, membentuk sikap serta membangkitkan emosi dan perasaan. Video atau film dilihat sebagai media yang dinamik yang dapat merangsang tingkah laku serta sikap dan terkadang dapat mempengaruhi psikologi seseorang. Media yang peneliti pilih dalam pembelajaran menulis cerpen ini adalah media film pendek. Penggunaan media film pendek ini diharapkan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan daya kreasi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Model pembelajaran dan media pembelajaran berkaitan erat. Model pembelajaran berfungsi mendukung media pembelajaran agar dapat difungsikan dalam pembelajaran di kelas. Begitupun media pembelajaran berfungsi untuk mendukung langkah-langkah dalam model pembelajaran sehingga model pembelajaran dapat digunakan dengan optimal. Penelitian yang berkaitan dengan model sinektik telah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut dilakukan oleh Fany Oktaviani (2008) dengan judul Pembelajaran Menulis Narasi dengan menggunakan Metode Sinektik di Kelas X SMA Negeri 1 Sumedang Tahun Pelajaran 2007-2008. Penelitian ini berhasil mengungkapkan model sinektik efektif terhadap pembelajaran menulis narasi. Penelitian terkait pembelajaran menulis cerita pendek dengan media film pun sebelumnya telah dilakukan, film yang digunakan berupa cuplikan film kolosal. Penelitian tersebut dilakukan oleh Windasari (2011) dengan judul Penggunaan Media Cuplikan Film Kolosal Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam

4 Pembelajaran Menulis Cerpen (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X-H SMA Angkasa Kota Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Penelitian ini berhasil meningkatkan keterampilan siswa menulis cerita pendek. Penelitian terkait pembelajaran menulis cerita pendek lainnya telah dilakukan oleh Dian Rosdiana tetapi dengan media lagu. Penelitian Rosdiana (2008) ini berjudul Penggunaan Media Lagu Sebelum Cahaya Letto sebagai Upaya Meningkatkan Pembelajaran Menulis Cerpen. Media lagu Sebelum Cahaya ini pun berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa pada setiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen siswa adalah 48,1. Siklus kedua mengalami peningkatan yaitu 63,2 dan pada siklus ketiga menjadi 79,3. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Novy Restiany dengan judul Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas X dengan Menggunakan Teknik Show Not Tell (Penelitian Tindakan Kelas di SMA 1 Margahayu Tahun Ajaran 2011/2012). Penelitian ini pun menunjukkan peningkatan pada keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan Teknik Show Not Tell. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai kemampuan menulis cerpen siswa. Pada siklus 1 nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen adalah 67,15. Pada siklus II nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen meningkat menjadi 82,09 dan pada siklus III nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen meningkat menjadi 90,43. Berbeda dengan penelitian-penelitian mengenai pembelajaran cerpen yang sudah dilakukan sebelumnya, penelitian ini menggunakan model pembelajaran disertai media film pendek untuk merangsang imajinasi dan daya kreasi siswa dalam menulis cerpen. Penggunaan model sinektik disertai dengan media film pendek ini diharapkan mampu mengoptimalkan pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penulis optimis penelitian ini akan berhasil. Penelitian ini penting dilakukan mengingat pembelajaran menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa dalam

5 kurikulum 2013. Berdasarkan hal itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan model pembelajaran sekaligus media alternatif yang tepat, yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Adapun judul penelitian ini adalah Efektivitas Model Sinektik dengan Media Film Pendek dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Siswa mengalami kesulitan dalam mencari ide dan mengembangkan imajinasinya. b. Siswa kurang memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. c. Siswa kurang memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Bagaimana kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan model sinektik dengan media film pendek? b. Bagaimana kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas kontrol sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran yang menggunakan model sugestiimajinatif dengan media film lagu? c. Apakah terdapat perbedaan antara kemampuan menulis cerpen siswa kelas eksperimen dan kemampuan menulis cerpen siswa kelas kontrol sesudah diberi perlakuan? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

6 a. Mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung dalam menulis cerpen sebelum menggunakan model sinektik dengan media film pendek. b. Mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung dalam menulis cerpen sesudah menggunakan model sinektik dengan media film pendek. c. Mengetahui efektivitas model sinektik dengan media film pendek dalam pembelajaran menulis cerpen. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan penelitian ini sebagai berikut. 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk pembelajaran menulis cerpen sehingga pembelajaran menulis cerpen dapat berjalan dengan efektif. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis cerpen. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang model yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen.